34. Please finish all this

78 3 0
                                    

Kirei dan Derjov sekarang tengah berada di restoran hotel di dekat tempat mereka bertemu. Sengaja memilih tempat yang sepi pengunjung karena ada yang harus Kirei jelaskan pada suaminya itu.

Derjov mulai melahap steak pesanannya, sebenarnya dia sudah kelaparan dari tadi. Selagi menunggu Kirei memulai percakapan.

"Maaf atas semuanya, Jov."

"Kamu tahu benar apa yang aku rasakan sekarang, jadi langsung saja pada intinya."

Kirei menggigit bibir bawahnya, menggenggam tangannya erat. "Aku... ini tidak mudah, Jov. Aku agak trauma."

Derjov berhenti mengunyah, dia menatap Kirei lembut. Lantas tangannya terulur, mengusap pipi istrinya.

Kirei menunduk, menelan ludah pelan. Buru-buru dia mengambil segelas air putih dan meneguknya. Ini benar-benar tidak mudah untuk disuarakan.

"Pelan-pelan saja Rei."

"Kamu gak tahu gimana rasanya." Kirei menatap Derjov dengan resah. Ketakutannya delapan belas tahun yang lalu kembali menghantuinya.

"Bagaimana aku tahu jika kamu tidak mengatakannya." Derjov meraih telapak tangan Kirei, menggenggamnya erat. "Aku tahu ini berat untukmu sampai kamu merasa trauma dan pergi jauh selama delapan belas tahun. Aku hanya ingin semua masalah berakhir. Ayo ceritakan semuanya padaku sayang..."

Kirei tidak bisa menahan diri, dia menangis. "Aku telah membunuh Jevian."

Hening, Derjov tertegun beberapa saat. Rasanya dia ingin tidak percaya namun hal itu justru akan membuat Kirei merasa semakin buruk. Derjov harus mengetahui semua ceritanya dulu, dengan begitu dia juga akan mendapatkan kepercayaan Kirei.

"Aku... aku benar-benar seorang pembunuh, aku tidak bisa membayangkan itu Jov. Aku sangat buruk... aku pembunuh."

"Sudahlah Rei." Derjov menarik kursinya mendekat, demi mendekap Kirei yang terisak. Wanita itu sepertinya benar-benar trauma. "Tenanglah, semua itu sudah delapan belas tahun yang lalu." Derjov mengusap puncak kepala Kirei, mengecupnya sayang.

Kirei mulai menenangkan dirinya, mengusap air matanya pelan.

"Aku perlu tahu Rei. Kenapa kamu membunuhnya? Kapan?" Derjov bertanya pelan-pelan.

Kirei menghela napas. "Hari itu, saat kita bertengkar hebat. Aku pergi keluar sama Jevian. Saat itu ternyata dia berusaha mendekatiku dan..." Kirei kembali terisak. "D-dia..."

"Tenang Rei, tidak apa-apa. Ayo lanjutkan." Derjov mengeratkan pelukannya.

"Aku mengatakan yang sejujurnya. Sebelum itu dia seperti menyadarkanku tentang betapa baiknya kamu memperlakukanku dan aku yang selalu menyia-nyiakanmu, Jov. Saat itu aku mulai merasa bersalah padamu. Lalu Jevian malah berusaha menyentuh dan menggodaku."

"Ck, sialan." Derjov sangat kesal. Berani-beraninya Jevian?! Tapi bagaimanapun juga, harusnya Derjov tidak membiarkan istrinya pergi sendiri bersama pria lain.

"Sebenarnya Jevian adalah mantanku sebelum Guelzio. Mantan yang aku sebutkan saat kita pertama kali bertemu di klub malam."

Derjov agak terkejut. "Apa? Jadi itu dia?"

"Aku pikir dia sudah berubah. Bahkan saat aku sadar dia yang mencampur obat ke dalam minumanku, aku masih saja percaya padanya. Aku sangat bodoh." Kirei kembali menangis.

"Ternyata kamu juga sadar. Aku sudah bilang kan memang dia yang menaruh obatnya." Derjov menghela napas.

"Saat itu dia memojokkanku, Jov. Dia sangat dekat... aku tidak ada pilihan lain. Dia lebih kuat dariku, dan aku sangat takut."

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now