35. Can you love me?

118 6 0
                                    

Bukan tentang melupakan yang selama ini Derjov pelajari. Bukan tentang rasa sakit yang bisa membuatnya hancur, tapi kerinduan yang harus diobati dengan pertemuan.

Meski Kirei sudah sering membuatnya sakit hati, tapi dia akan tetap bertahan. Karena baginya, jika bukan Kirei, maka tidak ada yang lain. Kedengarannya bodoh dan memaksa, tapi itulah caranya. Semua orang punya cara sendiri dan definisinya sendiri.

Derjov benar tentang Kirei yang akan menerimanya suatu saat nanti. Dan sekarang sudah terjadi. Meski butuh delapan belas tahun. Setelah keluarga kecilnya bersatu, hubungannya dengan Kirei akan semakin dekat.

Apalagi Guelzio sudah melepaskan Kirei dan tidak ingin mengganggu Derjov lagi. Menjadi Ayah kedua untuk Zavel adalah kebahagiaan terbesarnya. Dia tidak akan mendekati Kirei lagi, demi Zavel.

"Ayah, terimakasih."

"Kau mau mengucapkannya berapa kali lagi?" Guelzio mengusak rambut pemuda di hadapannya. Sekamar dengan putranya selama beberapa hari itu menyenangkan. Karena menempuh pendidikan di luar negeri, Zavel sudah lama tidak menghabiskan waktu dengan Guelzio. "Jadilah orang yang sukses, buat aku bangga. Mengerti?"

Zavel mengangguk semangat.

"Terimakasih Guel." Kali ini Derjov sendiri yang mengatakannya. Pria itu baru saja masuk ke kamar mereka.

Guelzio pun menoleh sambil tersenyum.

"Sekarang kau punya Ayah baru dan melupakanku Zavel?" Derjov tersenyum iri sambil melihat-lihat isi kamar mereka. "Kalian tidur bersama, makan bersama, menghabiskan waktu bersama Kirei lagi. Aku benar-benar iri."

"No Dad, kami belum kemana-mana sama Mommy," jawab Zavel.

"Mau bertukar? Aku yang tidur sama Kirei. Kau sama bocah ini." Guelzio hanya bercanda.

"Enak saja kau!"

Derjov juga ikut menginap di apartemen Kirei yang jadi terasa sempit. Tentu saja dia sekamar dengan istrinya karena tidak ada kamar lain lagi. Udaranya sangat dingin, tidak mungkin dia tidur di ruang tengah.

"Bocah?" Zavel menatap Guelzio sinis.

"Ah, pantas saja Zavel terlihat sangat bahagia di sini. Ternyata ini tujuanmu dari awal, dan kamu tidak memberitahukannya pada Daddy."

"Maaf Daddy..." Zavel menghela napas.

"Aku yang melarangnya."

"Sudah kuduga." Derjov mendengus malas. "Lalu saat video call waktu itu, berarti aku memang mendengar suara Kirei?"

"Daddy mendengarnya?" Zavel terkejut. "Iya itu suara Mommy, aku langsung mematikan sambungannya agar Daddy tidak bisa mendengarnya."

"Wahh, benar-benar ya, untung kau anakku." Derjov memijat pangkal hidungnya, menyesal. "Padahal aku sudah mengira itu Kirei, tapi aku ragu."

Guelzio terkekeh. "Akhirnya juga kalian bertemu, dan Kirei mau pulang. Padahal kami sudah membujuknya, tapi sekali bertemu denganmu, dia langsung luluh."

Derjov tersenyum tipis. "Aku hanya cemas, Kirei telah mengalami hal yang sangat buruk. Aku tahu dia pasti trauma. Harga diriku juga ikut terluka, aku merasa gagal menjaganya." Dia mengepalkan tangannya.

Sebenarnya bukan hanya cemas, tapi rasanya seperti diiris-iris. Setelah sampai di negara asalnya. Derjov akan mengadili keluarga Andrew dengan menghancurkan perusahaannya. Itu pasti terjadi.

"Mommy akan baik-baik saja, dia hanya butuh dukungan kita Dad." Zavel juga sakit hati. Tentu dia paham semua yang terjadi, dia bukan anak kecil lagi.

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now