29. Miss you Mommy

57 3 0
                                    

Zavel mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Pelipisnya juga lebam akibat perkelahian tidak terprediksi baru saja hampir membuatnya babak belur. Derjovzier mungkin bisa murka mengetahui hal ini.

Tadi ada seorang pria memakai masker berusaha merampok, tanpa disuruh Zavel menghajarnya hingga dia berhasil kabur.

"Ya ampun, maaf karena merepotkanmu," Kirei berbicara dengan bahasa Inggris, mengira bahwa orang yang menolongnya barusan adalah tetangganya atau mungkin orang luar yang tidak sengaja lewat di depan apartemennya. Kejadian tadi membuatnya agak trauma tinggal sendirian.

Lantas Kirei duduk di samping Zavel, mengeluarkan kotak obatnya, dan mulai mengobati pemuda itu. "Aku tidak tahu sejak kapan ada perampok di daerah sini, untung saja kau datang. Aku sangat berterimakasih," ucapnya seraya menekan siku Zavel dengan kapas yang sudah diolesi obat merah.

Refleks Zavel mengaduh karena merasakan sakit.

"Maaf." Kirei meringis, kemudian dia menatap Zavel. Mata mereka bertemu beberapa saat, dan Kirei nampak terkejut. "K-kau siapa?" Kirei hanya bisa tersenyum kecil, "Aku cukup terkejut karena wajahmu mengingatkanku pada seseorang yang jauh."

Zavel ikut tersenyum, matanya dari tadi tidak bisa lepas dari wanita yang duduk di sampingnya. Apa dia sedang bermimpi? Zavel ingin sekali berteriak gembira. Kenapa tidak sejak dulu dia berusaha mencari Ibunya yang ternyata secantik ini? Kenapa tidak sejak dulu dia bertanya pada Guelzio yang ternyata tahu keberadaan Ibunya?

Pewaris tunggal itu mengusap air matanya, mengingat ucapan Derjov waktu dia masih di sekolah dasar. Saat itu Zavel menangis, diejek oleh teman-temannya karena tidak punya seseorang yang dia panggil ibu.

"Zavel punya Mommy kok, dia sangat cantik. Lebih cantik dari Mommy-nya teman-teman Zavel."

Zavel hampir meneteskan air mata. Tidak bisa mengungkapkan betapa bahagia dirinya sekarang. Melihat seseorang yang dulu hanya bingkai fotonya saja bisa dia peluk saat tidur di malam hari, kini dia sudah ada di hadapannya. Mengobati dirinya yang terluka dengan kasih sayang.

"Mom.. Mommy..." isakan Zavel sudah tidak tertahankan lagi.

Kirei mendongak, menatap Zavel yang tengah menahan tangis. Matanya tiba-tiba ikut tergenang. Bibirnya bergetar, "A-apa yang kau katakan, nak?"

Zavel segera memeluk Ibunya dengan erat. Tidak akan dia biarkan jarak memisahkan lagi. Zavel akhirnya menangis kencang.

"Zav... Zavelios? Ini kamu? Anakku?" Kirei mulai sadar akan apa yang terjadi. Pemuda yang menyelamatkannya ini tidak lain dan tidak bukan adalah putranya sendiri.

"Iya Mommy, ini aku Zavelios Khlenzio, aku putramu." Zavel menjawab tegas, dia terlalu bahagia. Bagaimana jika Ayahnya tahu dia berhasil menemukan Ibunya semudah ini? Apa tanggapannya? Zavel sudah tidak sabar menyatukan kembali keluarga kecilnya. Tidak sabar membagi kebahagiaan ini dengan Ayahnya. "Mom, mari kita pulang..." lirihnya.

Kirei justru pelan-pelan melepaskan pelukannya. Matanya masih terus tergenang. Lantas dia mengusap pipi Zavel. "Kamu mau menginap?" tanyanya sembari membereskan kotak obat.

"Daddy sangat menderita Mommy," Zavel hanya ingin keluarganya bersatu lagi, dia hanya ingin dunia kecilnya utuh.

Kirei tidak menghiraukannya, dia mengusap air matanya. "Tolong, jangan beritahukan keberadaan Mommy pada Daddymu, ya?" Kirei bangkit dari duduknya kemudian menaruh kotak obat di tempatnya. "Zavel juga gak boleh pulang babak belur begini, nanti Daddy pasti marah," lanjutnya seraya membereskan kekacauan yang diakibatkan oleh perampok tadi.

"Iya, Zavel mau tinggal di sini, sama Mommy selamanya." Zavel berlari, memeluk Ibunya erat. Untuk sejenak dia melupakan umurnya yang sudah 18 tahun dan bersikap seperti anak kecil. Zavel juga bersyukur memiliki Ibu yang penyayang. Zavel sudah merasa nyaman meski baru bertemu pertama kali.

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now