06. Attention and comfort

Start from the beginning
                                    

"Kalo gitu mau ketemu Zavel, mana dia?"

"Belum bangun." Derjov masih fokus pada kartun di televisi. "Makan dulu Rei, telingaku sakit mendengar kamu mengeluh semalaman."

Dari tadi Kirei hanya cemberut, masih tidak ada niatan untuk menyentuh buburnya. "Aku gak enak badan Jov, aku mau tidur aja."

Derjov menoleh, mengambil mangkuk bubur itu. "Sini aku suapin," dia menyodorkan satu sendok berisi bubur di depan mulut Istrinya.

"Jov? Aku bukan bayi." Meski begitu Kirei melahap suapan Derjov. Bubur ini rupanya terasa manis.

"Aku tahu, isi kepalamu aja gak ada bayinya sama sekali."

Kirei melahap suapan demi suapan tanpa protes, ada rasa yang tidak bisa dijelaskan ketika Derjov yang menyuapinya dengan telaten dan hati-hati.

Derjov tertawa kecil ketika mangkuk buburnya sudah kosong. "Pintar, kamu habisin buburnya ya Rei."

Kirei tersenyum masam. "Apa Jessi tahu kalo aku lagi sakit? Aku harus menghubunginya karena hari ini ada jadwal pemotretan penting."

"Gak perlu, aku udah ngomong sama dia tadi."

"Baiklah."

Ruangan bercat putih susu itu terlihat lengang. Tidak biasanya mereka merasa canggung satu sama lain. Biasanya mereka akan bertengkar. Entah karena Derjov atau Kirei yang jadwalnya terlalu padat, atau karena masalah lain.

Pagi, siang, dan sore. Mereka terlalu sering bertengkar karena hal sepele. Bahkan saat bermain dengan putra mereka sendiri, kadang perlu ada perdebatan atau persaingan mendapatkan perhatian bayi mungil itu.

Begitulah keseharian mereka. Sama-sama memiliki ego yang tinggi. Namun Derjov saat ini berusaha untuk memahami Kirei.

"Apa kamu masih pusing?"

Kirei menggeleng, entah kenapa dia bosan. "Kamu gak ke kantor?" tanyanya.

"Enggak," Derjov menjawab singkat.

"Kenapa?"

"Karena istriku sakit."

Seketika sebuah kehangatan mengalir dalam hatinya. Kirei menunduk, menatap ujung bajunya yang kusut. Bertanya pada dirinya sendiri, kenapa Derjov harus peduli padanya sampai seperti ini? Peduli pada orang yang bahkan tidak pernah menghargainya. Dan kenapa jantungnya berdetak lebih cepat?

"Mau pergi ke mall?" Derjov kembali fokus pada layar televisi.

Kirei mengangguk, lantas duduk di pangkuan suaminya, memeluk Derjov dengan erat. Pelukan hangat tanpa paksaan. Ini adalah cara Kirei meluapkan apa yang dia rasakan pada Derjov saat ini, seperti rasa terimakasih yang manis. Entah apa artinya, atau mungkin tidak berarti apa-apa. Hanya ingin?

Derjov jadi heran. "Kenapa tiba-tiba jadi manja? Kamu pengen minta sesuatu? Apa efek alkoholnya masih belum hilang? Kamu lagi kerasukan?"

Kirei menggeleng. "Gapapa, aku lagi pengen sama kamu, aku mau jadi istrimu sebentar saja."

"Kamu memang istriku, Rei." Derjov menghela napas, kenapa harus ada kata sebentar padahal yang dia mau adalah selamanya. Derjov mengecup kening Kirei dengan lembut. "Mandi dulu, kamu bau alkohol."

Kirei mendongak, menatap netra suaminya. "Kenapa kamu baik sama aku hari ini setelah aku mengecewakanmu kemarin? Maaf, aku semalam tertekan sampai pergi ke tempat yang sudah kamu larang."

"Sebenarnya aku sangat marah. Apalagi kamu masih menyusui Zavel, jadi tidak boleh minum banyak alkohol." Derjov memeluk istrinya, "Tapi aku sadar selama ini aku juga gak pernah peduli sama keadaanmu. Aku nggak pernah nanya kamu ingin apa."

"Kamu sudah sering berbuat baik padaku, aku baik-baik saja Jov." Kirei mengalihkan pandangannya.

Derjov hanya mengatakan apa yang dia pikirkan setelah mendengar ucapan Kirei semalam. Entah ucapan itu benar atau tidak. Baginya sekarang, Kirei adalah yang paling penting dalam hidupnya. Dia harus mulai memperhatikan wanita itu.

"Maafkan aku."

Derjov mengusap rambut istrinya."Jadi jalan?"

"Tapi Zavel?"

"Kita kan punya baby sitter."

"Kenapa kita tidak pergi bersama?"

Derjov ganti mengusap pipi istrinya. "Sekali-kali Rei, kamu tidak pernah berkencan dengan suamimu kan?"

Kirei mengangguk, senyuman kecil terpatri di wajahnya yang cantik. "Berhenti menggodaku seperti itu."

TBC

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now