43. Good Bye sunshine

23K 1.5K 168
                                    

Aku seriusan. Jangan baca ini di tempat yang ramai. Demi kita semua.

"Kamu tahu, dari sekian banyaknya peran antagonis di setiap serial, aku akan tetap sama. Peran antagonis di hidupmu dan hidup mereka."

•B i n t a n g n y a  j a n g a n  l u p a•

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

•B i n t a n g n y a j a n g a n l u p a•

Naura terdiam di tempat. Tangannya bergetar enggan bergerak menyentuh selimut berwarna hijau toska bergambar pohon cemara. Lagi dan lagi. Pohon cemana membuat hatinya tidak tenang. Padahal selimut itu senantiasa ia gunakan untuk membalut tubuhnya kala udara dirinf menyentuh kulit terluarnya.

Naura berjalan mendekati meja belajarnya. Tangannya mulai menggapai sebuah buku harian dengan warna biru laut dan tampak manis dengan pita kuning di sana.

Dengan satu tarikan napas. Tangannya mulai membuka lembaran demi lembaran. Melihat beberapa judul kisah hidupnya di setiap halaman. Hingga pada lembaran kosong, tangannya berhenti membalik kertas itu.

Naura mengambil pulpen hitam bertinta merah muda. Ada satu hal yang membuatnya membeku di tempat. Satu pertanyaan besar muncul di benaknya.

Apakah ini semua akan memberi kesan? Atau ini semua hanya akan meninggalkan bekas nakal layaknya tinta di kemeja putih?
Atau bahkan, semua ini tidak ada artinya?

Naura menggembuskan napasnya. "Kalau secarik kertas berisi tulisan, apakah mampu membuat semuanya berubah? Atau hanya akan memberikan goresan yang membekas di setiap orang?"

Naura sendiri bingung dengan dirinya. Namun dengan mengikuti naluri, Naura mukai mengayunkan ujung mata pena itu ke atas putihnya kertas berwarna merah muda. Pena itu tampak anggun seiring gerakan tangan sebagai acuan, serta hati dan pikiran sebagai pendirian.

*****

Galang meneguk air putih hangat dengan rakus. Buliran cair berupa keringat, mulai mengalir dari dahi sampai dagu. Nafas laki-laki itu tidak stabil.

Galang meletakkan gelas itu kembali di atas meja kecil di samping ranjang. Ia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul dua pagi. Tangan Galang tergerak untuk mengusap wajahnya gusar.

Ini adalah dua kalinya Galang dimimpikan hal yang sama. Tentang Naura dengan kotak cokelat berpita kuning.

"Lo beneran hukum gue, Ra." Galang mengusap wajahnya gusar. Matanya menatap lurus ke arah jendela. "Lo tau? Lo berhasil buat gue lemah dan lo juga berhasil buat gue jadi pecundang. Sekarang gue bisa apa? Kenapa lo selalu datang ke mimpi gue, Ra? Kenapa lo main teka-teki?" Galang mengacak rambutnya.

Setiap hal yang menyangkut Naura mampu membuat pikirannya kacau. Entah dalam bentuk atau apa pun itu.

Galang menyentuh kalung berbandul cincin pertunangannya dulu dengan Naura llau menciumnya. "Sekarang lo mau hukum gue gimana, Ra?"

Galang dan Naura ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ