"Semua akan telihat apakah dengan keterpaksaan atau tidak. Penuh dengan kebohongan atau tidak,"– Daniel Whiley.
♡
Setelah mengantarkan Naura pulang, Galang langsung menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Beruntung malam ini hujan sedang turun dan jalanan menjadi senggang sehingga ia bebas mengendarai mobilnya sesuka hati.
Kakinya sudah sembuh total berkat bantuan Naura yang selalu memaksanya untuk terus berjalan. Galang membelokkan setir mobilnya ke halaman rumah. Tujuannya hanya agar segera masuk ke kamar dan menyelesaikan tugasnya agar cepat selesai. Jika harus memakan waktu istirahatnya maka Galang siap.
******
Pagi ini Naura menggigil. Tubuhnya terasa lemas dan napasnya terasa panas. Kakinya bergerak mencari kehangatan di balik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya bahkan sampai ujung kepala. Naura mengusap lengannya yang terasa dingin.
"Ma...." panggilnya lirih. Bibirnya saja bergetar karena menggigil.
"Naura," panggil Kirana dari luar kamar. Sepertinya Tuhan langsung mengabulkan ucapannya. Naura bisa mendengarnya namun suaranya tidak bisa keluar. Ia benar-benar lemas.
Karena tidak ada jawaban, Kirana memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Ia melihat tubuh Naura yang melengkung di balik selimut. Perasaannya ada yang ganjal, Naura bukanlah gadis yang bisa terkena suhu panas. Jadi tidak mungkin Naura menyelimuti tubuhnya apa lagi dengan selimut yang sangat tebal.
Kirana berjalan ke sisi ranjang Naura. Ia melihat bibir Naura yang bergetar dan pucat. Kirana langsung duduk di dekat Naura dan menyentuh kening gadis itu. "Panas."
"Rara sayang," panggil Kirana pelan seraya mengusap rambut Naura lembut.
Merasakan ada yang menyentuh rambutnya, Naura membuka matanya dan ternyata ia melihat sosok wanita yang ia sayangi.
"Rara sakit, ya?" tanya Kirana lembut dan diangguki Naura. "Rara mau makan apa? Biar Mama buatkan," tawarnya.
Naura menggeleng lemah. "Rara mau tidur aja, Ma."
"Kalau kamu gak makan, kayak mana sakitnya mau pergi?"
"Rara mau susu cokelat aja Ma, gak mau makan."
Kirana tersenyum menanggapi Naura. "Ya udah kalau kamu maunya itu. Mama buatkan dulu, ya." Kirana mencondongkan wajahnya ke kening Naura lalu mengecupnya sekilas. Naura hanya tersenyum lalu menarik selimutnya lagi sampai batas leher.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Galang dan Naura ✔
Genç Kurgu-Sampai jumpa di titik terindah menurut takdir- 15+ CERITANYA MENGURAS EMOSI. HATI-HATI! AKU NGGAK BERCANDA. Galang dan Naura harus bisa menerima kenyataan pahit jika keduanya dijodohkan. Tradisi kuno ini yang membuat keduanya harus bisa menerima s...