49. Kosong dan Jackpot

14.9K 1.1K 64
                                    

Aku tau pembacaku adalah orang yang bijak dan bisa menghargai karya yang dia suka.

•••••

Tepat satu jam lamanya ia berdiri di pinggir kolam beralaskan tanah. Mata tajamnya menatap pantulan diri di sana. Angin malam membuat gelombang-gelombang kecil di kolam berair keruh.

Tangan Galang memegang kalung berbandul cincin pertunangannya dulu. Masih begitu jelas teringat akan tindakan Naura. Begitu menyesakkan dan begitu juga menyakitkan.

Takdir. Terkadang Galang ingin menyalahkannya.

Galang hanya bisa menarik napasnya dan mengeluarkannya lagi. Berulang kali sampai dadanya mulai terasa lebih ringan. Mengingat Naura mampu membuat dadanya menyempit.

Karma? Haha ... Entahlah. Galang juga tidak tahu hal itu. Namun sepertinya, iya.

Galang tersenyum kecut, "gue bisa gila kalau gini." Matanya menatap daun yang bergoyang akibat tiupan angin.

Satu helaan nafas panjang begitu terdengar di telinga Galang. Giliran tangannya yang memeluk erat tubuhnya.

Kali ini bukan hanya hatinya yang remuk. Tubuhnya juga begitu. Tidak makan secara teratur akibat dilanda kesedihan membuat kepala Galang berdenyut tidak karuan.

Jika saja saat ini ia langsung masuk ke kamar dan tidur, mungkin saja tubuhnta tidak akan terasa seperti ditusuk-tusuk.

Mulai sekarang kamu harus suka bintang, ya Gal. Aku ada di antara mereka

Sepenggal isi surat Naura membuat Galang tertawa tanpa suara. Kepalanya mendongak menatap langit. Hanya langit gelap dengan bulan setengah purnama saja yabg terlihat. Tidak ada bintang di sana, namun langit tampak bersih karena tanpa awan.

"Tenang di sana, Ra. Gue bakal nyusul."

Dalam satu tarikan, kalung yang ia kenakan terlepas dari leher. Terasa sakit memang, tetapi Galang mengacuhkannya.

"Gue bakal kembalikan ini ke pasangannya. Tanpa benda ini, gue tetap anggap lo tunangan gue, Ra."

Dilemparnya kalung itu ke dalam kolan yang sama saat Naura melepaskan embel-embel ikatan. Percaya saja, jika memang takdir, jodoh, maka tidak akan kemana.

Tanpa menoleh lagi, Galang beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam rumah. Semuanya telah berlalu, namun Naura tetap akan ada di hatinya. Sampai kapanpun itu.

Ting!

Tangan Galang berhenti mendorong pintu kaca. Tubuhnya berbalik ke belakang setelah mendengar suara benda yang bertubrukan. Ia tersenyum. "Jodoh nggak ke mana. Ikatan kita memang bener, Ra. Mereka menyatu."

*****

Keadaan kini berubah setelah Naura pergi. Banyak yang terluka dan kehilangan sosok Naura. Terlebih itu Yerin dan juga Teratai.

Mereka berdua lebih banyak diam dan melamun. Jika dulu ada Naura yang selalu membuat mereka merasa tenang maka kini tidak lagi. Hari-hari di kampus juga terasa sangat sepi.

Yerin menatap bangku dan meja panjang yang tersusun rapi di kantin dengan senyum tipis.

Sewaktu Naura ada di dekat mereka, gadis cantik itu akan meminta duduk di tengah-tengah. Saat Yerin tanya mengapa? Maka Naura akan menjawab, "Kalau kita di tengah gini, aku lebih ngerasa dikelilingi banyak orang baik." Yerin berdecih.

Teratai yang duduk di samping Yerin pun tampak diam. Ia menatap gantungan kunci dengan ukiran namanya. Itu adalah hadiah yang Naura berikan untuknya dan untuk Yerin sebelum Naura pergi.

Galang dan Naura ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang