"Diamku hanya sesaat, namun bisa membuat semuanya akan berhenti juga." -Naura Gabriella.
•Maafkan jika banyak typo•
Duduk diam di sebuah di depan meja Naura membuat jantung Galang berdetak tidak karuan. Setelah berdebat dengan ego serta hati, kini Galang sudah berada di kelas Naura. Kelas Hukum.
Siang ini ia akan memulai aksinya untuk merebut hati Naura kembali. Ia menatap bekal makanan di hadapannya. Sebuah kotak makan berwarna abu-abu dengan gambar Batman di sana.
"Sumpah. Seriusan gue mah."
Galang menoleh ke arah pintu. Senyumnya mengembang kala melihat Naura dan dua sahabatnya masuk ke dalam kelas.
Naura, Teratai dan Yerin langsung terkejut mendapati Galang yang berada di depan meja Naura. Naura sendiri langsung diam dan wajahnya kembali datar.
"Mau ngapain lo!?" seru Yerin kepada Galang.
"Gue gak ada urusannya sama lo. Urusan gue sama Naura."
"Urusan Naura, urusan gue juga." Yerin mengatakan itu seolah ia benar-benar ingin menjaga Naura agar tidak kembali jatuh hanya karena laki-laki tidak tahu diri seperti Galang.
Galang menatap Naura yang juga menatapnya. Namun tatapan Naura kali ini benar-benar jauh berbeda. Tidak ada lagi kehangatan dari sorot matanya. Galang sendiri bisa memaklumi karena siapa pun itu pasti akan membencinya jika diperlakukan seperti Naura.
"Naura," panggil Galang. Naura masih menatap Galang datar tanpa minat sedikitpun.
Galang beranjak dari tempatnya menuju Naura. Ia menggeser tubuh Yerin yang menghadangnya di depan Naura. Galang menyodorkan kotak makanan itu ke hadapan Naura. "Buat lo."
Naura menatap kotak makanan itu. Ada sedikit rasa geli saat melihat gambar Batman di sana. Namun, ia harus bersikap biasa saja. Ia harus memberanikan diri untuk tidak jatuh ke lubang yang sama. Cukup sekali saja hatinya terluka dan merasakan bagaimana lelahnya perjuangan.
"Buat kamu aja. Aku udah makan," ujar Naura dingin.
"Cobain dikit aja."
Mendengar ucapan Galang tadi, membuat Naura merasakan saat ia berada di posisi Galang saat ini. Hanya saja kini semuanya telah berputar 180° dan sekarang Galang lah yang mengalaminya.
"Makasih. Tapi aku udah makan. Buat kamu aja." Naura masih terus menolak Galang dengan dingin. Ia ingin memberi pelajaran kepada Galang betapa susahnya dan sakitnya sebuah penolakan.
"Setidaknya lo hargai capeknya gue buat ini untuk lo, Ra." Entah mengapa Galang menjadi memohon.
Rupanya gini, ya, sakitnya ditolak, batin Galang.
YOU ARE READING
Galang dan Naura ✔
Teen Fiction-Sampai jumpa di titik terindah menurut takdir- 15+ CERITANYA MENGURAS EMOSI. HATI-HATI! AKU NGGAK BERCANDA. Galang dan Naura harus bisa menerima kenyataan pahit jika keduanya dijodohkan. Tradisi kuno ini yang membuat keduanya harus bisa menerima s...