-ML10-

97 28 8
                                    

Happy Reading!
_________________

"Anak kecil itu di ibaratkan seperti kaca. mudah retak dan polos. Sehingga mudah untuk dipengaruhi."
_______________________________________

"Gisel, ayuk kita pulang. Udah jam dua belas siang lho, kamu main udah dua jam. Onty-nya mau pulang." Arvi berdiri tegap didepan Gisel yang masih asik bermain ayunan.

Gisel menatap Arvi, berpikir sejenak. Sebenarnya ia belum puas bermain, ia masih ingin berada disini dan bermain, tapi Om-nya itu sudah mengajaknya untuk pulang. Gisel menghembuskan nafasnya pelan.

"Gicel ndak mau pulang Om, kita main kelumah Onty Citla aja ya. Dilumah Gicel bocen, ndak ada ciapa-ciapa, cuma ada Gicel cama Om Alphi." Gisel menunduk dengan wajah sedihnya. Ia sangat kesepian, semenjak mamanya dan nenek tidak ada dirumah ia kesepian, tidak ada yang mendengarkan ocehannya dan berbicara atau bahkan bermain dengannya.

Arvi menatap Citra sekilas, terlihat Citra yang masih terduduk di bangku dengan pikiran yang Arvi yakin sembrautan akibat kejadian tadi. Arvi menggeleng.

"Gak usah ya sayang. Kita pulang aja ya, coba deh Gisel liat Onty Citranya, kelihatan capek bangetkan? Onty mau istirahat. Kasian Onty-nya. Kalau Onty sakit gimana? Gak ada lagi yang temanin Gisel main gimana." Gisel akhirnya mengangguk, ia akhirnya mau dibujuk Arvi untuk pulang walau dengan berat hati dan kecewa tidak bisa bermain lebih lama lagi.

Gisel berjalan mengikuti Arvi dari belakang, wajahnya cemberut terlihat tak bersemangat untuk pulang, ia berjalan sambil menundukkan kepalanya.

"Gisel kenapa sayang?" Citra bertanya, dia bingung kenapa Gisel cemberut setelah bermain. Bukannya seharusnya dia senang?

"Gisel kenapa hm? Kok gak semangat gitu wajahnya. Harusnya Gisel senang dong, kan habis main." Citra berjongkok, ia memegang dagu gadis itu dan menaikkan wajahnya agar Citra dapat melihat wajahnya lebih jelas.

"Gak papa Cit, Gisel gak papa kok."

Citra tak menggubris Arvi ia masih ingin mendengar langsung dari Gisel.

"Onty maunya Gisel yang jawab, kalau Gisel gak mau ngomong, Onty juga gak akan mau ngomong lagi sama Gisel." Ancam Citra. Gisel langsung mendongak menatap Citra dan membuka suara.

"Gicel belum puas mainnya Onty, Gicel mau main kelumah Onty, tapi_" Gisel menatap Arvi takut jika Omnya itu marah padanya.

"Tapi?" Citra masih ingin mendengar kelanjutannya.

"Tapi, Om Alphi suluh Gicel pulang. Kata Om Alphi, Onty capek, Onty mau istilahat." Ia kembali menundukkan pandangannya.

Citra melirik Arvi tajam, matanya menyipit.

"Bapak kenapa paksa Gisel pulang sih? Kalau dia masih mau main biarin aja, dia mau kerumah Citra juga gak papa. Ayok. Citrakan gak larang. Jangan sangkut pautkan kejadian tadi sama Gisel, Gisel gak tau apa-apa. Saya gak pa-pa kok pak serius." Ucap Citra meyakinkan Arvi.

"Ya sudah, ayo kita kerumah kamu. Ayo Gisel kita kerumah Onty. Kamu senang?"

Gisel mengangguk dengan semangat, ia tersenyum sangat lebar hingga kelihatan gigi putihnya.

MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang