-ML06-

105 32 10
                                    

Happy Reading!
_________________

Citra Pov.

"Ayo Cit ah lama banget lo, gue kebelet nih." Teman ku satu ini, dimana-mana selalu saja merecoki ku, saat inilah contohnya. Dimana semua orang sudah siap-siap untuk pulang, hari sudah semakin sore dia merecoki kegiatan beres-beresku. Untung saja aku orangnya cukup teliti dalam suatu hal, semoga saja barangku tak tertinggal satupun disini.

"Lo duluan ajalah Chik ke toiletnya, gue belum selesai, ntar lo balik lagi kesini. Lo jangan nyesak-nyesak gue ntar barang gue ada yang ketinggalan lagi." Jawabku padanya.

Chika menatapku sekilas berdecak pelan, "cepetan deh, gue tunggu. Gue malas kalo balik lagi ntar orang sekalian aja gitu bareng kebelakang, parkiran juga dibelakangkan." Ucapnya lagi. Aku mengangguk.

Emang benar adanya, parkiran kantorku ini berada dibelakang tepat dimana toilet berada. Dari yang ku dengar, toilet memang sengaja dibuat di area belakang karena bos lamaku blg Pak Irawan, biar tidak ada satupun karyawannya yang malas untuk bergerak. Selain itu parkiran juga diletakkan dibelakang agar terlihat rapi disisi depan, jadi tidak malu-maluin saat tamu atau client datang menemui atasan. Oleh karena itu dibuat seperti itu, karena bos lama ku itu orangnya sangatlah perfetionis. Ia selalu berpikir terlebih dahulu apa yang terbaik atau tidak sama sekali.

"Ayo Cit ah, lama banget lo." Chika menarik tangan ku agar bergegas lebih cepat. Aku jadi seperti hewan peliharaan yang tertarik-tarik olehnya. Sabar Citra.

Sesampainya di belakang, aku segera menuju ke motorku, dan berkaca sejenak merapikan potongan tengah rambutku. Ku lihat Chika masih saja berdiri disamping toilet melihat kesana kemari. Tidak jadikah ia buang air?

"Ehh Chik!" Chika mendongak, mata belonya beralih menatapku."

"Lo gak jadi buang air? Tadi katanya kebelet." Ucapku.

"Hust." Chika mengacungkan jari telunjuknya meletakkannya dibibir.

"Lo liat apa sih?" Tanyaku lagi, Chika mengisyaratkan aku untuk mendekat ke arahnya. Akupun mendekat.

"Lo liat tuh, pak Arvi sama tunangannya yang tadi, cocok banget ya mereka. Malah tu cewek pake bawa-bawa tu bocah lagi buat alatnya dia biar makin bisa caper sama Pak Arvi dan keluarganya. Gue yakin pasti."

Ini nih. Ini yang membuatku malas selalu berdekatan dengan Chika hobinya gosip mulu.

"Hust, lo jangan asal ngomong Chik. Gak baik gosipin orang. Biarin ajalah itu hidup juga hidup mereka. Mereka yang jalanin." Ucap ku bijak, menasehati sahabatku ini.

"Tapikan Cit..."

Dorrr!

"Bangke lo Mas ngangetin gue aja, mencekam nih suasana. Gue pikir siapa rupanya elu." Chika mengelus-elus dadanya terkejut karena kedatangan Mas Radit, sedangkan Mas Radit ketawa tidak jelas melihat Chika.

"Ngapain lo Chik? Pasti gak jauh-jauh dari gosipin Pak Arvi lagikan? Ngaku lo?" Mas Radit menoel-noel pipi Chika, menyenggolnya pelan dengan alis yang di naik turunkan jenaka.

"Gak salah lagi Mas." Jawabku.

"Apaan dah. Udah deh Mas, lo kagak tau, tadi mobilnya pak Arvi masuk cewek tadi pagi juga dia kenalan sama kita bawa anak kecil lagi, gue yakin tu anak pasti jadi alat buat dia luluhin Pak Arv___"

MY LIFEWhere stories live. Discover now