-ML15-

70 29 6
                                    

Happy Reading!
_________________


1.) "Saat mendung mungkin langit akan terlihat gelap, tapi apa Mas tau kalau langit takkan selalu gelap, karena setelah mendung berakhir tak memungkinkan buat pelangi untuk muncul bukan?"

2.) "Hidup itu seperti buku, memiliki dua sisi. Sisi belakang dan sisi depan. Dengan sisi-sisi itulah kita harus memilih, berjalan di atas kebaikan atau bahkan berjalan diatas keburukan."

-||-

"Kamu gak pulang Mas?" Ucap Diandra. Ia membawa segelas susu, lalu ia berikan pada Eza, Masnya.

Eza menggeleng, "nanti aja dek agak sorean, Mas malas dirumah. Nanti yang ada Mas debat lagi sama Papa."

Diandra mengangguk. Semalam Masnya itu datang malam-malam ke apartemennya dengan kondisi wajah muram. Diandra awalnya tak tahu apa yang terjadi dengan Masnya itu. Tanpa bertanya Diandra mempersilahkan Masnya yang ingin menginap untuk menginap di apartemennya sampai besok, katanya.

Sejam yang lalu, saat ia menonton berita pagi di televisi, Masnya itu datang dan duduk disebelahnya dengan wajah terlihat segar setelah mandi. Eza, Masnya itu menceritakan apa yang terjadi antaranya dengan papa mereka.

"Terserah Mas Eza aja, Diandra gak masalah kok kalo Mas mau nginap kapan aja disini, sampai kapanpun Mas mau nginap disini Diandra gak bakalan larang kok. Tapi Mas, gimana sama papa? Siapa nanti yang bakal jagain papa?" Ucap Diandra khawatir.

Eza menatap sayu adiknya itu.

"Mas gak lama-lama kok di apartemen kamu, nanti sore Mas bakal pulang. Lagian semarah-marahnya Mas, papa tetap tanggung jawab Mas buat ngejagain papa. Karena Mas adalah anak laki-laki, Mas gak mau kalo nanti Mas dicap buruk karena mengabaikan orang tua hanya karena hal sepele." Sahut Eza tersenyum tipis. Diandra ikut membalas senyuman itu.

"Itu yang Diandra suka dari Mas, Mas itu selalu memikirkan kebaikan orang lain, meskipun Mas dalam kondisi gak baik sama orang itu. Mas selalu bisa buat aku bangga, Mas bisa nurut sama papa. Mas bisa ikutin semua maunya papa selama ini. Walau Mas tau apa yang papa lakukan untuk Mas itu mengorbankan kebahagian Mas sendiri. Tapi Mas tetap lakuin itu demi kebahagiaan papa. Sementara aku? Aku gak pernah bisa jadi anak yang penurut sama papa, sampai aku milih buat tinggal sendiri diapartemen yang dikasih kakek buat aku. Aku gak bisa jadi anak kebanggaan papa dan buat papa bahagia. Karena Mas tau aku gimanakan? Aku gak suka dikekang seperti yang papa inginkan, aku gak mau menuhi semua egonya papa karena atas dasar gengsinya." Diandra menatap lurus kedepannya, membayangkan semua hal yang terjadi dimasalalu antara dirinya dan papanya. Kemudian ia tersenyum tipis.

"Benar. Kamu benar Di. Makanya semalam Mas berdebat hebat sama papa. Mas gak mau lagi nurut lagi sama papa. Mas gak mau diam lagi, Mas gak bakal jadi diri Mas yang dulu yang cuma bisa diam demi ngikutin kemauan papa yang gak baik itu. Mas ikhlas jika memang takdir Mas seperti ini, kehilangan orang yang Mas sayang Mas ikhlas Di."

Diana mendekat ke Eza, mengusap punggung Masnya itu.

"Mas yang sabar ya, ingat Mas Allah itu gak pernah tidur. Apapun kesedihan atau kekecewaan yang Mas rasakan dan alami sampai saat ini suatu saat pasti akan diganti dengan yang lebih baik lagi oleh-Nya. Mas tau, saat mendung mungkin langit akan terlihat gelap, tapi apa Mas tau kalau langit takkan selalu gelap, karena setelah mendung berakhir tak memungkinkan buat pelangi untuk muncul bukan? Begitulah dengan hidup. Hidup itu seperti buku Mas, memiliki dua sisi. Sisi belakang dan sisi depan. Dengan sisi-sisi itulah kita harus memilih, berjalan di atas kebaikan atau berjalan diatas keburukan. Semua itu kita yang nentuin baik buruknya."

MY LIFEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora