-ML26-

55 21 54
                                    

Happy Reading!
_________________

"Apapun itu, jika memang tidak ditakdirkan untuk kita maka takkan pernah menjadi milik kita, begitu juga dengan kamu saat ini, seseorang yang dihadirkan allah, ditakdirkan untuk menjadi pendamping hidup saya."


-||-

Malam saat ini terasa sangat tenang, Arvi sesekali mengesap kopinya. Asap kopi itu menggepul di area sekitar bibir mug. Arvi melihat ponakannya itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Tersadar dahi ponakannya itu basah oleh peluh yang mendominan.

"Sel. Gisel! Bangun." Arvi mengguncang tubuh Gisel berusaha membangunkannya. Gisel semakin Gelisah dalam tidurnya.

"Mamah!" Teriaknya terbangun dari tidurnya. Lalu tak terasa cairan bening mengalir begitu saja dari pelupuk mata Gisel.

Melihat Omnya terduduk disampingnya membuatnya lantas langsung memeluk spontan tubuh Omnya itu sambil terisak oleh tangis.

"Hiks, hiks. Om Alphi Gicel mimpi mama. Hiks. Gicel lindu mama." Ucapnya sambil menangis badannya naik turun akibat isak tangisnya semakin dalam. Arvi mengelus punggung Gisel seraya menenangkan gadis kecil itu.

"Gisel rindu mama?" Gisel mengangguk.

"Gisel mimpi mama lagi ngapain?" Tanya Arvi lagi.

Gisel mengurai pelukannya, menatap Arvi sesenggukan.

"Mama bawa Gicel kelumah mama, mama peluk Gicel, mama cuapin Gicel makan, terus mama bilang cama Gicel, kalo mama mau pelgi, Gicel gak boleh nangis. Mama bilang Gicel halus nulut cama Om gak boleh nakal. Ciap itu Mama ninggalin Gicel." Gadis itu menunduk, memilin tangannya dengan selimut. Lalu mendongak menatap Arvi sendu.

Arvi mengusap pipi gembul Gisel menghapus air mata yang berlinang di area pipinya. "Kamu harus sabar, ikhlaskan mama, Gisel gak maukan mama sedih liat Gisel sedih?" Gisel menggeleng.

"Kalau gitu Gisel gak boleh nangis lagi oke! Kalo kamu nangis mama juga nangis disana. Kalau Gisel rindu sama mama Gisel berdoa sama allah supaya mama selalu bahagia disana supaya mama dijagain sama allah." Ucap Arvi memberi nasehat.

"Iya om, Gicel gak nangis lagi kok." Gisel menghapus cepat air mata dipipinya dengan tangan mungilnya, lalu menampilkan senyumnya selebar mungkin hingga terlihat giginya oleh Arvi. Arvi ikut tersenyum.

"Pinter ponakan om."

-||-

Sudah lewat lima hari sejak dimana Arvi melamar Citra secara sah kepada kedua pihak keluarga inti dari keduanya. Kini suasana dirumah Arvi maupun Citra sama-sama sibuk mempersiapkan kedua mempelai. Hari ini adalah hari dimana pernikahan mereka akan dilangsungkan.

Tidak ada tamu yang akan diundang, hanya keluarga inti saja yang mengetahuinya. Karena ini sudah persetujuan dari kedua keluarga. Bagaimana pun juga pernikahan ini diadakan karena sebuah wasiat istilahnya. Sebenarnya para kedua orang tua kedua mempelai ingin membuat acara pesta mewah, tapi Citra dan Arvi menolak. Menurut Citra pernikahan ini tidak patut untuk di mewahkan karena masih dalam keadaan duka. Belum beberapa hari kepergian Arva menghadap sang ilahi. Arvipun setuju atas pendapat Citra, ia berpikir hal yang sama, pernikahan ini cukup negara dan KUA saja tak perlu ada pesta. Oleh karena itu tak ada pesta kali ini.

MY LIFEWhere stories live. Discover now