-ML13-

72 28 10
                                    

Happy Reading!
_________________

"Tau apa yang lebih sakit dari patah hati? Sakit, melihat orang tidak waras seperti kalian yang mengelilingi saya."
-Arvi-

-||-

"Chik gue pinjem sendal lo bentar ya." Radit mengambil sendal Chika yang berada dibawah mejanya.

"Ehh gue belum izinin ya Mas. Mau kemana lo pinjem-pinjem sendal gue?" Ucap Chika berkacak pinggang.

Radit mendongakkan kepalanya setelah sendal jepit Chika melekat sempurna di kakinya.

"Pinjem bentaran doang Chik pilit banget sih lo. Gue mau ambil wudhu, mau shalat Zhuhur." Ucapnya.

Chika mangut-mangut sambil memakan sandwich yang dibawa dari rumahnya, "jangan lama-lama. Ntar gue mau shalat juga." Radit mengangguk.

Setelahnya Radit pergi menuju mushala kantor untuk mengambil wudhu dan shalat.

Tak beberapa lama kemudian Radit keluar dari mushala karena telah selesai menunaikan shalat. Ia menenteng sajadah dan meletakkannya diatas bahunya. Melihat kebawah. Radit dengan lasaknya menggesek-gesekkan sendal yang dipakainya ke aspal. Radit kembali mengangkat kepalanya ke atas, masih menggesek-gesek sendal itu ke aspal semakin cepat. Tingkah abstraknya semakin menjadi. Semakin berjalan kedepan tanpa sadar Radit menyandung batu, kakinya masuk kedalam selokan akibat sendalnya nyangkut di besi-besi yang menutupi selokan itu.

"Sialan! WOI KAKII! lo kenapa pake nyungsep segala sih?" racaunya kesal pada kakinya yang tak bersalah itu. Salah sendiri! Siapa suruh berjalan slengek-an dan tidak hati-hati.

RADIT-RADIT.

Radit melihat ke kakinya sendal Chika yang dikenakannya itu telah terlepas satu dari kakinya. Kini sendal itu tersangkut di sela-sela besi. Radit menarik nafas, lalu menghembuskannya gusar.

Radit berusaha mengeluarkan sendal itu dari sela-sela besi. Menariknya dan mengangkat-angkat besi itu, tetapi besi itu tidak bisa diangkat. Ia melekat dengan sangat pada selokan. Karena besi itu telah di pasang baut sehingga lebih kuat menyatu pada dinding selokan.

Radit masih terus berusaha untuk mengeluarkan sendal itu dari besi.

"Kalau Chika tau, bisa kena amuk gue." gumamnya.

Chika yang masih santai duduk diruangannya bertanya-tanya.
"Mas Radit kemana sih? Lama banget, dah gue bilang balik cepet. Gue mau shalat juga, malah gak balik-balik." Chika berdiri dari duduknya keluar dari ruangannya menyusul Radit.

Sementara Radit masih berusaha mengeluarkan sendal itu, kini nafasnya sudah ngosh-ngoshan.

"Capek gue. Ni sendal nyusahin banget sih, dari tadi gak mau keluar-keluar." Dengan kesal Radit menarik paksa sendal jepit itu sekuat tenaganya.

Kreek!

Brakk!

Radit terpental cukup jauh, dan sendal itu? Bagaimana nasibnya? Radit melihat sendal itu terlepas dari besi hitam itu. Tetapi dengan kondisi putus, dan lebih parahnya sendal busa itu terbelah dua.

MY LIFEWhere stories live. Discover now