Baby Boy 2

340 20 17
                                    

Bulan-bulan berlalu telah di lewati Ghefira di masa kehamilannya. Segala macam efek dari janin yang ada di perutnya itu telah dia rasakan. Mulai dari pusing, mual, hati yang sangat sensitif, ingin sesuatu hal yang aneh dan lain lagi. Kini sudah masuk bulan ke sembilan. Dimana sebentar lagi kata Rafka Ghefira akan melahirkan. Argan jadi ekstra waspada, bahkan sampai dia mau izin tidak masuk kerja pagi tadi.

Ghefira tetap tidak memperbolehkan, tugasnya adalah melayani orang-orang di rumah sakit yang membutuhkan sosok peran dokter. Lagipula, jika saatnya tiba Ghefira sudah siap. Di rumah pun dia tidak sendiri, ada Monika yang sejak minggu pertama di bulan ke sembilan sudah tinggal satu rumah bersamanya.

PRANGGGGGG!!!

Suara sesuatu yang pecah terdengar nyari dari arah dapur. Di susul teriakan Ghefira yang juda dari sana membuat Monika langsung buru-buru menghampiri sumber suara. "AAAAAAA MAMAAAAAAAA!!!!"

Monika beserta asisten rumah tangga Ghefira datang dengan tergopoh-gopoh ketika mendengar teriakan Ghefira. Disana mereka berdua melihat sebuah gelas berisi susu yang pecah berserakab di lantai. Sementara Ghefira sedang berusaha mengatur nafas demi mengurangi rasa sakit yang di keluhkannya.

Keringat sudah membasahi dirinya terutama area wajah. Perutnya terasa sakit, sangat sakit.

"GEF, KAYAKNYA INI UDAH WAKTUNYA! BIBI, PANGGIL PAK WARMAN. SURUH DIA SIAPIN MOBIL TERUS SURUH KESINI BUAT BANTU BAWA GHEFIRA!" Monika kalang kabut. Dia panik bukan main melihat anaknya sedang menahan sakit. Monika seorang ibu, dia juga sudah pernah melahirkan. Jadi dia tahu betul bagaimana rasanya berada di posisi Ghefira.

Asisten rumah tangga Ghefira mengangguk paham lalu berlari untuk menjalankan tugasnya.

"Sayang, coba atur nafas terus. Tarik nafassss..." Monika mengarahkan Ghefira untuk tidak berhenti mengatur nafas. Monika mengangkat tangan ke atas sampai sejajar dengan dagunya.

"Huh huu huh. Hemmmmmmm." Arghh. Sakitnya sungguh menggila. Ghefira menarik nafas sesuai kode dari tangan Monika. Kemudian Monika menurunkan tangan kembali beriringan dengan Ghefira yang menghembuskan nafasnya pelan.

"AYO LAGI NAK LAGI!"

Asisten rumah tangga dan Pak Warman datang dengan tergesa-gesa. "PAK WARMAN! BURUAN GENDONG ANAK SAYA SAMPE MASUK KE DALEM MOBIL!!" Perintah Monika yang sudah ikut keringatan.

"Gendong nya? Tapi...."

"ADUH PAK WARMAN! INI GAWAT DARURATTTTTTTTTTT!!!!"

"SIAP NYONYA!" Pak Warman dengan cepat menggendong tubuh Ghefira lalu berlari tapi sedikit berhati-hati sampai Ghefira masuk ke dalam mobil. Monika menyuruh asisten rumah tangga Ghefira untuk tetap tinggal di rumah dan membereskan gelas yang pecah.
**

Di rumah sakit, Argan membuka pintu lalu berlari menuju ke ruangan Rafka dengan rusuh. Dia baru saja di kabari oleh Monika bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit untuk membawa Ghefira yang sepertinya hendak melahirkan. Argan panik. Sialnya tidak ada dia di rumah. Menyesal sekali dia harus berangkat kerja pagi tadi.

Dia sampai di depan ruangan pribadi Rafka. Argan membuka kasar pintu itu karena saking paniknya. "KA! ISTRI GUE!" kata Argan.

"Hem." Rafka hanya berdehem. Posisinya dia membalakangi Argan. Rafka seperti sedang merapihkan sesuatu disana.

"Ck." Argan berdecak. Dia memukul keningnya lalu berjalan dengan cepat menghampiri Rafka.

Rafka berbalik badan. Dia sudah memakai sarung tangan khas dokter serta membawa beberapa peralatan yang diperlukan. Dia menaikan satu alis ketika melihat raut wajah panik dari Argan.

Ghefira ( Selesai )Where stories live. Discover now