Jelas

293 44 14
                                    

Argan sedari malam sudah berada di rumah sakit. Lebih tepatnya duduk disamping brankar tempat Ghefira terbaring lemah. Semalam Argan mengoceh merutuki kesalahannya. Untung ada Wira yang masih belum tidur, jadi Wira dapat menyadarkan Argan bahwa semua yang terjadi itu hal yang wajar.

Tidak selamanya hidup tentang bahagia bukan? Bahagia adalah tujuan, jalannya pun penuh dengan lika-liku. Itu kehidupan.

Apalagi dengan suatu hubungan. Tidak selamanya yang dirasakan adalah kebahagiaan. Butuh sedikit bumbu didalamnya. Ambil nilai positif dari sebuah pertengkaran dalam hubungan, bahwa itu salah satu cara agar kita dapat lebih memahami satu sama lain.

Namun, usahakan pertengkaran besar tidak terjadi. Selesaikan masalah dengan kepala dingin. Memang benar, kebanyakan manusia akan lebih percaya dengan apa yang dia lihat dibanding apa yang dia dengar.

Kembali kepada Argan yang masih terlelap disamping Ghefira. Dia menjadikan lengannya sebagai bantal agar mendukung kenyamanan tidurnya.

"Argan." Monika membangunkan Argan dengan menepuk bahunya pelan. Argan pun perlahan membuka mata lalu

"Iya ma?" kata Argan dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Kamu ga sekolah? Ini udah pagi Argan."

Argan melihat arloji di lengannya santai lalu menggeleng. Benar, ini sudah pukul setengah enam pagi. Tapi dia tidak perduli, semalam dia sudah memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah. Dia mau menemani Ghefira disini saja sampai kekasihnya itu membuka mata.

"Lho kenapa? Kamu harus sekolah Ar." Wira mendukung. Dia tidak mau jika karena putrinya Argan jadi bolos sekolah.

"Ma, Pa, please. Izinin Argan buat nemenin Ghefira. Hari ini aja deh, besok Argan janji bakal sekolah. Waktu Argan koma aja Ghefira selalu ada buat Argan." Argan mengatupkan kedua telapak tangannya. Memohon kepada Monika dan Wira agar mengizinkan dia untuk tetap disini.

"Iya udah gapapa." Final Wira. Senyum bahagia tercetak sempurna diwajah Argan.

"Tapi kalo Papa titip Ghefira sebentar gapapa? Papa sama Mama mau pulang. Mau mandi sama bawa baju ganti." Argan mengangguk dan mengacungkan jempol tanda setuju. Wira dan Monika segera pergi meninggalkan mereka berdua.

Ghefira masih belum mau membuka mata. Apa dia kelelahan sampai tertidur sepulas ini. Oh ayolah bangun Ghefira ini sudah pagi. Saatnya kamu berangkat sekolah, atau Argan nanti akan menjemput perempuan lain. Ah tidak bercanda.

Argan memberi kiss morning tepat di kening Ghefira. Setelah itu dia mengelus-ngelus pipi kanan Ghefira yang mulus dengan tangannya.

Sepertinya Ghefira merasakan ada Argan disampingnya. Dia membuka mata perlahan, diam sejenak untuk mengatur cahaya yang masuk kedalam retinanya. Sial dia tidak ingat apa-apa bagaimana dia bisa ada disini. Dia hanya ingat saat minumnya habis dan dia nekat mengisinya sendiri ke dapur. Sudah tahu masih lemas, Ghefira memaksakan dirinya karena tidak mau merepotkan orang-orang di rumah.

Alhasil, saat sudah berhasil menuruni anak tangga dia terjatuh. Kepalanya sangat pusing dan setelah itu dia tidak ingat apa-apa.

"Sayang?" lirih Argan.

"Argan, Gegef kenapa bisa disini?"

Argan memeluk Ghefira pelan, meskipun sangat bahagia dia tetap harus memastikan agar pelukannya tidak terlalu erat dan menyakiti Ghefira.

"Syukur kamu udah sadar." Argan mengelus pucuk kepala Ghefira.

"Argan, kenapa Gegef ada disini?" Ghefira melihat ke sekelilingnya.

"Kamu sakit. Bi Asih nemuin kamu pingsan di lantai. Mama sama Papa panik dan akhirnya bawa kamu kesini." Dugaan Ghefira benar. Pasti gara-gara itu. Ahh mama dan papanya memang sangat peduli padanya. Padahalkan Ghefira hanya pusing dan lemas saja, dia tidak apa-apa.

Ghefira ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang