"I-iya Jaehyun nyakitin gue berulang kali. Gue gak bisa ngelawan, Jen. Gue juga gak mau semua ini terjadi, jangan berfikiran buruk soal gue" lirih Ara yang mulai terisak.

"Walaupun kehamilan gue adalah kesalahan, gue gak bisa gugurin bayi ini, gue gak bisa bunuh dia" ujar Ara di sela isakannya seraya menyentuh perutnya sendiri.

Jeno terdiam, ia benci dengan kenyataan ini, namun ia tidak bisa terus menyalahkan Ara.

"Hm, jagain bayi lo baik-baik, dia gak bersalah. Ayahnya aja yang bejat" gumam Jeno sambil tersenyum kecil, lalu ia pergi meninggalkan Ara untuk memasuki kamarnya.

Jeno tidak tahu harus bersikap bagaimana, semua ini masih membuatnya kecewa. Mungkin butuh waktu lama untuk ia bersikap seperti biasa lagi.

**

Jam menunjukan pukul 2 dini hari, Jaehyun berdiri di depan mansion besar Ayahnya. Banyak penjaga yang berjaga di rumah ini.

Jaehyun memanjant dinding tinggi dengan mudah, lalu melewati dinding itu hingga ia masuk ke area belakang mansion tersebut.

Jaehyun tersenyum kecil dibalik maskernya, ada dua penjaga yang menghampirinya, dengan sigap ia berlari mendekat dan menyetrum dua orang itu dengan alat kejut listrik yang ia bawa, membuat dua orang itu jatuh tergeletak.

Untungnya hanya ada dua orang yang berjaga di belakang, namun Jaehyun harus berhati-hati karena setiap 30 menit sekali dua penja lagi akan berkeliling berpatroli.

Jaehyun mengikat kedua tangan pria-pria itu, tak lupa melakban mulutnya. Agar ketika mereka terbangun tidak ada yang bisa berbuat apa-apa.

Jaehyun memasuki Mansion, seperti biasa di dalam sepi karena setiap matahari terbenam para maid sudah di ruangan khusus maid. Ruangan yang lengkap untum mereka tinggal berada di mansion yang sama, hanya saja berada di bagian kiri dekat dapur.

Jaehyun berjalan menuju kamar utama, kamar yang biasa Ibunya tempati kini ditempati oleh Song Qian.

Jaehyun membuka pintu kamar dengan mudah, karena pintu itu tak terkunci. Ia dapat meliat Qian yang terlelap dengan posisi terbaring.

Jaehyun benci melihatnya, benci melihat Qian yang terlelap dengan damai setelah apa yang Qian lakukan pada kedua orang tuanya.

Jaehyun tersenyum kecil, ia menyiapkan suntikannya, lalu meraih bantal dan membekap wajah Qian. Sontak tubuh Qian mengejang dan memberontak. Jaehyun dengan sekuat tenaga berusaha membunuh Qian tanpa jejak.

"Mmmhhh mmhhhh" suara Qian teredam bantal.

"Selamat tinggal, Jalang" desis Jaehyun, lalu meraih jari Qian dan menyuntikan sesuatu di ujung jari Qian, lebih tepatnya di jari yang dekat dengan kuku dalamnya.

Qian berontak hebat beberapa menit, sampai akhirnya tubuhnya melemas karena reaksi obat yang begitu cepat. Jaehyun pun menaruh bantal itu di tempat semula.

Dapat Jaehyun lihat Qian sudah tak sadarkan diri, Jaehyun memeriksa nadi Qian yang tak berdenyut lagi.

"Ini memang tidak menyiksa, tapi aku agak sedikit puas" gumam Jaehyun seraya menyuntikan suntikan lain kedalam mulut Kian. Tak lupa ia mengambil gelas dan air yang tersedia di kamar besar itu, ia memasukan bubuk putih kedalam gelas itu.

Jaehyun dengan santai meraih tangan Qian seolah Qian menggenggam gelas itu untuk meninggalkan sidik jari.

Jaehyun berdecak ketika ia lupa menempel bibir Qian pada bagian atas gelas, ia pun berusaha melakukannya, dan berhasil.

Jaehyun menaruh gelas itu atas nakas.

"Kuharap Tuhan menghukummu" gumam Jaehyun seraya menyingkap selimut Qian dan membuat tubuh Qian meringkuk. Lalu ia keluar dari kamar itu.

PERFECT DEMON || Day and Night + Jung Jaehyun✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin