Ternyata-47

257 55 181
                                    

Jangan lupa votenya guys🌟

"Kalau saya, harus meninggalkan mu. Itu adalah salah satu hal yang mustahil terjadi, bahkan tidak akan mungkin"
--AlvaroWijaya

"Maaf pak, pak Alexnya gak ada. Anda bisa tunggu di ruang tunggu"

"Gue gak peduli" ucap lelaki berjas hitam dengan sorot mata tajam.

"Pak, seriusan pak. Pak Alex gak ada" kata karyawan wanita yang berusaha menahan Al untuk tidak nyelonong seenaknya. Karna ini perusahaan, bukan kandang ayam. Punya aturan, bukan sembarangan.

"Gue nyari Violin, bukan Alex"

Karyawan wanita itu mengerutkan dahinya, ia nampak kebingungan. "Violin?" ucap Al. "Gak ada nama Violin di kantor ini pak, anda mungkin salah orang"

Al melepaskan kacamata hitamnya, ia tatap karyawan wanita itu dengan dingin. "Viola," katanya sedikit ketus.

"Oh, nona Viola. Ada pak di ruangan itu" katanya memberitau di mana ruangan Viola berada.

Al melihat arah yang di tunjukkan kepadanya, tidak jauh hanya perlu berjalan sebentar saja. Al mengangguk mengerti. Ia tersenyum smirk. Ia memasang kembali kacamata hitamnnya yang kini bertengger di hidung mancung miliknya. "Apa pak Al butuh yang lainnya?"

"Tidak" katanya, pergi begitu saja.

Al tersenyum-senyum sendiri, Al tersenyum? Apakah ini tandanya Antartika akan menjadi panas? Gak mungkin ....

Al mengetuk pintu kaca yang ada di hadapannya.

Tok ....

Tok .....

Al berdecak, karna tak mendapat respon apapun dari sang pemilik ruangan. Ia segera membuka pintu kaca itu perlahan.

Ceklek ...

Nampak gadis berambut panjang yang di biarkan terurai, sibuk berkutat dengan berkas-berkas yang nampak berantakan di mejanya.

Al tersenyum melihatnya.

Tetap sama, gadis ceroboh. Tapi, aku menyukainya.

Al masih saja berdiri di ambang pintu, ia menikmati hal ini. Melihat penampakan gadis yang kerepotan dengan pekerjaannya.

Gadis itu tak sengaja menjatuhkan salah satu berkasnya, ia sedikit menunduk untuk meraihnya. Dan sebuah tangan kekar seketika meraih berkas itu. Gadis itu nampak terkejut, sangat-sangat-amat terkejut.

"L-LO?"

Al memberikan berkas itu kepada Viola, Viola dengan sigap mengambilnya. Ia menatap Al aneh. "Vio, saya gak mungkin salah ini kamu kan? Gak usah boong di sini cuman kita berdua, gak usah bersandiwara lagi. Saya gak suka kamu boong"

Viola mengepalkan tangannya, mengerutkan dahinya. Seketika ia naik pitan. "Hello, maksud lo apa sih? Gue gak ngerti sumpah. Gue kenal lo aja itu di acara semalam, seriusan. Lo mungkin salah orang deh" cetuk Viola berusaha mengelak dari dugaan Al.

Al mendekap Viola, ia mendekapnya meluapkan rasa rindunya yang sudah tak tertahan. Bayakan saja enam tahun. Itu bukan waktu yang sebentar.

"Vio, saya tau kejadian waktu itu pasti bakal buat kamu benci saya. Tapi Vi, saya gak akan pernah bisa membenci kamu. Saya sangat rindu kamu"

Just You And Me✔Where stories live. Discover now