"Agensi tidak akan diam. Mereka akan segera memberi tanggapan. Kita akan terhubung dengan Bin dan yang lain."

Kepala Dae--Eun luruh membentur dada Chan. "Bagaimana kau keluar dari sini? Apartemen ini hanya punya satu akses. Chan...aku tidak ingin kariermu hancur."

"Kau masih saja memikirkan aku."

Dae--Eun tidak mendongak. Dia hanya menghela napas panjang agar tidak menangis. "Beritanya pasti sedang ada di internet."

"Tidak usah melihat media sosial apapun selain milik agensi."

"Kau sudah menutup kolom komentar?"

"Aku mengunci semua akun."

"Hooooh ...ini mengerikan sekali. Maafkan aku. Kalau sampai semua terbongkar, pasti akan merembet kemana-mana. Ayahmu... bagaimana dengan beliau? Beliau politisi, kariernya akan tercoreng..."

"Kim Dae--Eun."

Dae--Eun sontak mendongak menatap Chan yang menggeram.

"Heeeh?" Wajah Dae--Eun terlihat bingung. "Ada apa?"

"Agensi akan mengurus semuanya bersama ayahku. Mereka sudah bergerak sejak semalam bersama dengan kakakku dan pengacara Jung. Kau tidak boleh menyiksa dirimu dengan rasa bersalah."

"Aku..."

"Wartawan pasti akan mencari tahu siapa dirimu karena kau adalah gadis yang bersamaku. Tapi tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan melindungimu."

"Huum..."

"Kau sudah tidak asing dengan dunia seperti ini, Dae--Eun. Tenanglah."

"Aku takut."

"Heeh? Huuufftt..." Chan mengangkat Dae--Eun dan menurunkannya pelan.

"Aku takut padamu..." Dae--Eun mendorong Chan pelan. Chan yang lalu menatap Dae--Eun dengan heran. "Kalau...semua ini menjadi kacau...kau akan menemui kesulitan. Aku tidak bisa membayangkan apapun. Aku tidak bisa melihatmu marah. Aku pernah menyaksikan kau marah..."

"Mereka gila Dae--Eun. Koreografer itu. Semua mengeluh. Semua menyerah kelelahan. Bin jatuh sakit dengan jadwal yang dia buat. Aku harus seperti apa? Katakan..."

Mereka mengingat...peristiwa yang terjadi di tahun kedua Stray Kids setelah debut. Mereka sedang berada di puncak dengan jadwal tour yang sangat padat. Seharusnya semua berjalan lancar sampai tim koreografi mereka memberikan jadwal yang mematikan tanpa libur. Mereka masih menjalani latihan dengan berat sampai Bin tumbang. Saat itulah Chan sebagai leader mengamuk. Beradu mulut dengan tim koreografi. Dae--Eun sempat melihat Chan keluar dari ruang pimpinan agensi dengan wajah memerah siap meledak.

Yang berakhir dengan Chan menendang sebuah tong sampah hingga tong sampah tak berdosa itu terguling kencang di sepanjang koridor dan berhenti tepat di samping Dae--Eun yang berdiri di depan pintu lift.

"Tong sampah malang itu nyaris menghantamku."

Chan menghela napas. "Maafkan aku."

Mereka terdiam.

Dae--Eun bersandar di tembok. Menghela napas samar berulang kali. Chan akhirnya duduk di dekat jendela dan menekuni ponselnya. Dae--Eun luruh ke lantai dan belum bisa melepaskan kebingungannya. Beberapa kali Chan terlihat menerima telepon dari Bin dan teman-temannya. Juga dari kakaknya. Hampir satu jam dan mereka terus seperti itu.

Chan mendongak ketika Dae--Eun berdiri dan melangkah ke dapur kecilnya. Dan dia kembali menerima telepon dari seseorang dari agensi. Mereka terlibat pembicaraan serius hingga Chan berdiri dan bertolak pinggang.

LEVANTER : ISTRI RAHASIA Where stories live. Discover now