60

2.2K 437 128
                                    

Pengen jadi mahkluk REBAHAN. Sekian.







"Sejak kapan?"

Chan menatap Dae--Eun lekat. Mereka baru saja keluar dari kamar Hannah melalui pintu penghubung setelah memastikan Hannah tidur dengan baik.

"Huum...kurang lebih sebulan lalu. Tapi, karena ini tidak intens aku melupakannya dan tidak bicara denganmu."

Chan menghela napas perlahan.

"Apapun itu, bicaralah. Seperti ini bisa jadi sesuatu yang serius. Aku perlu menelaahnya dengan hati-hati."

"Aku menyimpan dalam arsip. Semuanya." Dae--Eun menggulirkan ponselnya dan memberikan pada Chan.

Chan mengamati papan pesan Dae--Eun dan membacanya perlahan. Meneliti tanggal dan jam. Untuk rentang sebulan, tiga pesan jelas bukan sesuatu yang intens. Tapi oleh nomor yang tidak dikenal? Itu lebih dari sekedar iklan layanan dari provider yang sering muncul di sebuah ponsel.

Chan meneruskan pesan-pesan itu ke ponselnya. Dia menyerahkan lagi ponsel Dae--Eun sambil mengangguk.

"Jangan khawatir."

"Itu seperti sebuah ancaman dalam sebuah lirik lagu atau semacamnya?"

Chan yang kini sibuk menekuni ponselnya mengangguk pelan. "Mungkin saja. Aku sudah meminta seseorang untuk menyelidiki nomor itu."

"Huum."

"Penggemar yang iseng juga bisa." Chan berdeham membuat Dae--Eun mencebik.

"Kupikir tidak..." Dae--Eun mengeryit. "Ini seperti sebuah konspirasi. Bagaimana mereka mendapatkan nomor ponselku? Hebat sekali."

"Apa jiwa detektifmu meronta ronta?" Chan mengacak rambut Dae--Eun lembut.

"Huum...setidaknya, aku hanya meninggalkan nomor ponselku untuk registrasi di rumah sakit. Itu saja. Dan aku harus menulis dengan tangan waktu itu karena komputer di meja pendaftaran tiba-tiba bermasalah. Hanya di rumah sakit."

Chan tertegun. "Tidak di tempat lain?" Wajahnya mulai terlihat serius.

Dae--Eun menggeleng. Dia mencoba mengingat lagi apa yang terjadi dalam rentang waktu lebih dari sebulan lalu itu.

"Ada seseorang yang berada di dekatmu?"

"Pihak rumah sakit tentu memiliki komitmen tertulis untuk tidak membocorkan informasi pribadi pasien bukan? Semacam standar operating procedure?"

Chan mengangguk. "Huum. Mari kita buat ini serius. Kau tidak mencurigai sesuatu?"

Dae--Eun mulai menggigit kukunya dan Chan segera meraih tangan Dae--Eun agar tidak melakukan hal itu.

"Huum, tidak ramai saat itu. Semua duduk tertib di ruang tunggu...aktivitas yang biasa saja. Hanya seorang wanita meminta selembar kertas kecil untuk menulis sebuah note."

"Dia menulisnya di dekatmu?"

Dae--Eun mengangguk. "Tapi, sangat cepat. Hanya beberapa detik saja. Sepertinya tidak memungkinkan untuk melihat lalu mengingat sederet nomor."

"Banyak orang yang punya kemampuan seperti itu di dunia ini."

"Mungkin saja penggemarmu?"

"Yang tahu bahwa kau istriku?"

"Istri? Terdengar aneh bukan?"

"Kim Dae--Eun..."

Dae--Eun tertawa dan merengkuh pinggang Chan.

"Aku berharap ini bukan sesuatu yang serius. Dan kalau itu penggemarmu, semoga dia tidak melakukan hal gila apapun."

"Aku akan tetap menyelidiki ini."

LEVANTER : ISTRI RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang