64

1.7K 368 53
                                    

Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati

Happy reading semua...

*

JB mengehentikan mobilnya. Suara berdecit terdengar cukup keras. Chan keluar dari mobil di susul JB. Mereka masuk ke kedai pangsit dan Chan segera meraih Hannah dari gendongan Hani. Gadis kecil itu memeluk leher Chan erat.

JB menghela napas panjang. Dia meraih tangan Hani yang kebingungan. Pandangan mata Chan mengamati sekelilingnya dan dia bisa melihat beberapa anak buah Kim Bong ada di tempat itu.

"Hyung...apa harus seperti ini caranya?"

"Sebaiknya kita bawa Hannah ke asrama. Tempat itu jelas tidak akan dijangkau oleh siapapun."

Chan mengusap kepala Hannah pelan. Dia menyembunyikan Hannah di balik mantelnya ketika dia berjalan keluar dan bergegas masuk ke dalam mobil JB. JB dan Hani menyusul sesaat kemudian. Beberapa orang Kim Bong terlihat bergerak menjaga mereka.

"Ada apa?" Hani nyaris berteriak. Dia benar-benar kesal karena JB tidak segera menjelaskan apa yang sedang terjadi. Hani masuk dan menutup pintu. Dia melongok ke arah JB yang ada di depan kemudi. Namun Hani segera terhempas ke sandaran kursi ketika melihat JB menggeleng.

"Tidak apa-apa. Kita akan bertemu ibu sebentar lagi." Chan berbisik pada Hannah yang bertanya lirih padanya menanyakan keberadaan Dae--Eun. "Hannah tidur di asrama okay?"

"Huum."

Mobil JB berputar balik menuju asrama. Mereka berdiam diri diselingi helaan napas Hani yang bersedekap. Chan menatap kaca spion dan melihat sebuah mobil Range Rover Evoque mengikuti mereka. Mobil itu berisi 4 anak buah Kim Bong.

Mereka tiba di asrama. Jalanan di depan asrama masih cukup ramai oleh pejalan kaki yang sengaja berhenti untuk sekedar melihat-lihat. JB melajukan mobilnya masuk ke halaman gedung asrama dan terus masuk menuju basement. Mereka memutuskan untuk menggunakan lift dari basement untuk naik ke asrama.

Mereka berempat turun dari mobil. Chan segera membawa Hannah dan Hani naik sementara JB berjalan di area parkir dan menemui anak buah Kim Bong.

Chan menatap adik-adiknya yang masih berkumpul di ruang tengah.

"Hyung? Bagaimana?"

Han yang beranjak terlebih dulu bertanya dengan wajah khawatir.

"Aku belum tahu. Kita tunggu JB hyung. Dia masih di bawah."

Chan duduk dan melepas topinya. Mereka semua diam dan menunggu. Dan mendongak serempak ketika JB masuk ke ruang tengah.

"Bong hyung akan menambah anak buah untuk mengawal kalian menjalankan rutinitas. Kerjakan semua seperti biasa. Kau memulai jadwalmu besok bukan, Hyunjina?"

Hyunjin mengangguk. JB menatap Chan dan menghela napas panjang.

"Sedikit bentrokan terjadi di perempatan Hongdae."

Alis Chan bertaut. "Dengan anak buah Tuan Choi?"

JB mengangguk. "Sepertinya mereka mengikuti pergerakan kita dengan intens, termasuk pergerakan Dae--Eun dan Hani."

Chan mengusap punggung Hannah yang masih memeluknya erat. "Apakah mereka salah perhitungan? Polisi harus terlibat bukan? Ini sudah cukup membahayakan."

"Kurang lebih seperti itu. Anak buah Bong hyung selalu menjadi bayangan untuk mereka. Jadi pergerakan sekecil apapun pasti bisa diredam. Tapi, sepertinya tadi terjadi sedikit letupan karena anak buah Tuan Choi yang datang dari arah Hongdae berniat melakukan sesuatu pada Dae--Eun dan Hani. Jadi mereka menahannya di sana agar tidak mencapai kedai pangsit. Beberapa orang anak buah Bong hyung langsung membawa Dae--Eun dan memecah perhatian. Polisi? Kurasa belum. Kita tunggu."

LEVANTER : ISTRI RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang