39

2.4K 447 43
                                    

Dae--Eun mengulurkan satu cup kopi ke arah Fuyu yang duduk sambil menunduk. Dae--Eun duduk di depan gadis itu yang bahkan tidak menatapnya. Kedai sarapan itu sudah sepi, hanya menyisakan pemiliknya dan mereka berdua yang duduk di dekat jendela.

 Kedai sarapan itu sudah sepi, hanya menyisakan pemiliknya dan mereka berdua yang duduk di dekat jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dae--Eun menghela napas. Apa yang terjadi belum lama ini entah mengapa membekas di hati Dae--Eun walaupun dia tahu mungkin saja itu adalah sebuah ketidaksengajaan. Tapi melihat tingkah gadis yang terlihat berkelas itu begitu tidak tahu malu karena menginginkan Chan, membuat Dae--Eun merasakan respect nya terkikis habis.

Dae--Eun mengeluarkan ponselnya dan menatap Fuyu yang menyesap kopinya pelan. Dae--Eun mengetikkan sebuah pesan untuk ibu mertuanya bahwa dia akan pulang sedikit terlambat. Sejenak Dae--Eun membaca balasan ibu mertuanya yang menanyakan apakah dia baik-baik saja dan dia membalasnya cepat.

"Bicaralah."

Fuyu mendongak namun kembali menunduk ketika beradu tatap dengan Dae--Eun membuat Dae--Eun kembali menghela napas.

"Kau yang melakukannya bukan?"

Fuyu tidak menjawab. Hanya mendongak sejenak mengamati Dae--Eun dan akhirnya mengangguk. Dae--Eun menggeleng.

"Sekali saja pikirkanlah apapun sebelum kau bertindak. Kau mengetahui situasi ini dengan pasti, Fuyu. Aku sedang hamil dan apa yang kau lakukan bisa saja membuatku shock. Kau pasti tahu apa yang aku maksud."

"Maafkan aku."

"Di belahan bumi manapun. Dalam keyakinan seperti apapun yang diyakini oleh manusia, apa yang kau lakukan itu tidak benar. Aku tidak ingin menghakimi, tapi siapapun akan berpikir bahwa menginginkan milik orang lain itu tidak benar. Bahkan ketika kau melakukannya hanya dalam hati. Tidak ada pembenaran atas tindakan itu. Apalagi seperti apa yang kau lakukan padaku. Kau memiliki niat membuat aku celaka."

Dae--Eun membuka air mineralnya dan meminumnya hingga setengah botol.

"Maafkan aku. Tapi ada Bang Chan yang sudah memutuskan hidup seperti apa yang ingin dia jalani. Dan dengan siapa dia akan menjalaninya. Aku tahu dia menyakiti banyak orang karena dia public figure, tapi kau juga pasti tahu, sama halnya dengan dirimu yang menginginkan hidup untuk dirimu sendiri, Bang Chan merasakan hal yang sama."

"Aku tahu."

"Katakan sekarang ada apa?"

"Seseorang mengancamku."

"Apakah angin sudah berbalik arah? Aku tidak terlalu bodoh untuk mengartikan apa yang baru saja kau ucapkan. Pria itu berbalik mengancam dirimu. Lalu bagaimana aku menolongmu? Situasi ini bukankah seharusnya bisa kau atasi? Kau yang mengenalnya."

"Dia memerasku."

Dae--Eun menghela napasnya lagi.

"Apa yang kau sembunyikan? Kurasa dia bukan sembarang pria yang kau temukan di suatu tempat, huum...semacam pembunuh bayaran, penggertak dan semacamnya. Dia tidak terlihat seperti itu."

LEVANTER : ISTRI RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang