64

23.3K 1.4K 140
                                    


Happy reading


•••

Selfi membuka mata secara perlahan setelah seharian penuh tertidur, namun ia mengurungkan niatnya untuk bergerak ketika satu tangannya terasa berat. Selfi menatap jam dinding, pukul sepuluh pagi. Selfi meringis saat ia sedikit menggeliat, perutnya terasa nyeri.

Selfi menatap Bagas lekat, satu tangannya terangkat mengusap lembut puncak kepala Bagas. Selfi menatap Bagas yang nampak lelap, namun dugaannya salah ternyata Bagas tidak tidur.

Bagas membuka matanya, namun tidak mengangkat kepalanya. Keduanya hanya bertukar pandang beberapa saat. Tak lama Bagas mengangkat kepalanya, lalu ia tersenyum hangat pada Selfi.

"Mau minum?" Tanya Bagas lembut.

Selfi mengangguk, matanya menatap Bagas yang nampak cekatan meraih air untuknya dan membantu Selfi untuk minum.

Selfi kembali meringis kesakitan, Bagas yang melihat itu menghela nafas panjang wajahnya terlihat khawatir. Apalagi saat dokter bilang Selfi kehilangan banyak darah, beruntung di rumah sakit memiliki stok darah sesuai golongan darah gadis itu.

"Sakit ya" Selfi mengangguk lemah. Bagas mengelus pipi Selfi lembut.

Selfi menatap Bagas lekat, Bagas yang ditatap oleh Selfi tidak menurunkan senyumnya. Bagas mendudukkan dirinya senyaman mungkin di tepi ranjang Selfi.

"Kenapa?" tanya Bagas lirih.

Selfi tak menjawab, ia malah melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bagas dan menyembunyikan kepalanya di sisi perut Bagas.

Bagas membeku ditempat, ia sedikit terkejut dengan perlakuan Selfi padanya. Namun Bagas memahami keadaan Selfi saat ini, tangan Bagas terangkat mengelus rambut Selfi pelan.

"Gue cape Gas" lirih Selfi tiba-tiba.

Bagas terpaku, tangannya berhenti mengelus rambut Selfi.

"Semuanya udah berakhir Fi, buka lembaran baru. Gue yakin hidup lo akan berakhir bahagia, ada gue disini" ucap Bagas mengusap lembut punggung Selfi.

Selfi mengangguk pelan, ia sama sekali tidak menangis tatapannya kosong.

"Papa sama Mama mana?" tanya Selfi tanpa mengubah posisinya.

"Mereka baru aja pulang ke rumah Fi, gue yang maksa mereka pulang. Masalah Ibu udah di urus di kantor polisi" jelas Bagas.

Selfi hanya diam tak menanggapi, dalam hatinya ia tak tega jika Ibunya harus masuk penjara. Sejahat apapun Ibunya pada dirinya, perempuan itu tetap adalah ibunya orang yang melahirkan dirinya.

"Nggak usah dipikirkan" seru Bagas.

"Bolos?" ujar Selfi.

Bagas terlihat tersenyum lebar, lalu mengangguk walaupun Selfi tak melihatnya.

"Jagain kamu" ucap Bagas lembut.

Selfi mengangkat kepalanya, menatap Bagas lekat. "Sejak kapan jadi aku-kamu, lucu dengernya" ucap Selfi sambil memainkan ujung kaos Bagas.

BAGASKARAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt