26. DON'T CLICK ! MENGHILANG

440 109 8
                                    

Robin berjalan gontai pulang ke rumahnya, perasaannya campur aduk, tadinya dia berpikir tidak ingin pulang, karena keadaannya pasti akan sama seperti sebelumnya.

"Kak!" panggil seseorang dari belakang dan langsung merangkul bahu Robin. "Aku ikut les," ucapnya senang tapi Robin hanya diam saja.

"Kau punya uang?" tanya Robin basa-basi padahal dia sudah tahu jawabannya pasti ayah dan ibu yang membiayainya.

"Ibu dan ayah punya uang untukku agar bisa les, bukankah itu bagus?" tanyanya membuat Robin tersenyum tipis karena dugaannya benar.

Laki-laki yang berada di samping Robin ini adalah adiknya yang bernama Regan. Entah hanya perasannya saja atau bukan nasibnya dengan adiknya ini terasa sangat berbeda.

"Oh ya aku dengar hari ini pengumumannya, bagaimana? Apa peringkat mu naik?" tanya Regan sambil tersenyum.

"Aku dapat peringkat keenam."

"Benarkah? Wah pasti ayah dan ibu sangat senang mendengarnya."

"Bagaimana sekolahmu?"

"Sangat baik, aku sekolah dengan sangat baik karena ayah dan ibu memberikan segalanya."

Robin tersenyum tipis mendengarnya. Keduanya membuka pintu rumah dan melihat ibunya sedang memasak di dapur.

"Sudah pulang? Cepat duduk dan makan." Ibunya membawa piring berisi makanan ke meja makan.

"Robin panggil ayahmu." Robin mengangguk lalu bangun dari duduknya untuk memanggil ayahnya.

Regan mengambil nasinya sedikit, "Kenapa sedikit sekali? Makan yang banyak biar pintar." Ibunya yang bernama Yomi memberikan nasi lagi untuk Regan.

"Oh ya Bu, kak Robin dapat peringkat keenam, bukankah itu sangat bagus?" tanya Regan senang dan Yomi hanya mengangguk. "Bahkan aku berpikir kalau kak Robin itu sangatlah pintar karena bisa masuk ke sekolah elit itu. Mungkin jika aku bersekolah di sana aku sudah sangat kerepotan," tutur Regan.

"Kau juga pintar, tadinya Ayah akan memasukkan mu ke sekolah itu, tapi kau menolaknya. Sayang sekali," ucap Richard—ayahnya yang baru ke luar dari kamar lalu duduk di hadapan Regan sementara Robin duduk di sebelah Regan.

"Tidak aku tidak mau masuk ke sana," ucap Regan.

Robin mengambil banyak nasi untuknya tapi saat Robin akan mengambilnya lagi ibunya menahannya, "Jangan banyak-banyak, nanti kau gendut," ucap Yomi datar.

Robin terdiam lalu meletakkannya kembali.

"Tadi Robin berada di peringkat ke berapa?" tanya Richard.

"Enam," jawab Regan.

"Itu bagus." Robin tersenyum tipis, "Jika kau bekerja pasti langsung diterima karena kau lulusan sekolah elit itu," lanjut Richard membuat Robin kembali meletakkan sendok nya karena mendengar lanjutan perkataan ayahnya.

"Bekerja? Aku pikir kak Robin akan kuliah," ucap Regan bingung karena dulu Robin pernah bilang ingin melanjutkan sekolah ke universitas ternama, tapi ini membuatnya kaget.

"Untuk apa kuliah? Laki-laki itu harus bekerja untuk masa depan, tidak perlu repot-repot kuliah, bekerja saja," tutur Richard membuat Robin dan Regan terdiam.

Regan melirik sekilas ke arah kakaknya, "Tapi—"

"Aku akan kuliah," potong Robin tiba-tiba membuat Richard diam.

"Turuti perkataan Ayahmu, Robin," titah Yomi sambil duduk di samping suaminya.

"Untuk apa aku menuruti perkataan Ayah?" tanya Robin melawan, membuat ketiganya terdiam, "Aku ingin kuliah, aku akan masuk ke universitas," tegas Robin sambil melihat kedua orang tuanya secara bergantian.

Don't Click [END]Where stories live. Discover now