19. DON'T CLICK ! ANEH

437 122 2
                                    

"Aku kira kau akan kembali meretasnya," ucap seseorang di telepon yaitu Willy.

"Aku tidak bisa, itu terlalu berisiko. Kemarin aku hampir saja tertangkap," balasnya memelankan suara walau dia ingin sekali berbicara dengan keras.

"Lalu bagaimana selanjutnya?"

"Kemarin aku datang ke sekolah malam-malam."

"Apa? Untuk apa?"

"Aku bertemu dengannya. Tapi aku tidak dibunuh."

"Kau ... bertemu dengannya? Wah! Kenapa baru mengatakannya hari ini?"

"Aku tidak ada waktu, nanti aku akan jelaskan lagi." Nevan langsung mematikan sambungannya saat melihat Sophia berhenti di hadapannya.

"A--ada apa?" tanya Nevan gugup.

"Bisa kita bicara?"

Nevan mengangguk dan Sophia mengajaknya ke ruang konseling untuk bicara, "Lolita ke sini," ucap Sophia.

"Apa tadi pagi dia ke ruangan mu?" tanya Nevan penasaran.

Sophia mengangguk, "Apa semalam kau pergi ke sekolah?" tanya Sophia selidik.

Nevan mengerjapkan matanya gugup karena Sophia menanyakan soal Nevan datang ke sekolah malam-malam, "Bagaimana kau tahu?"

"Lolita yang mengatakannya. Dia bilang dia melihatmu datang dan berkelahi dengan seseorang."

"Apa dia melihat semuanya?" tanya Nevan penasaran

"Mungkin saja itu terjadi. Dia terlihat cemas saat bertemu denganmu, dia berpikir kau adalah pembunuhnya."

"Apa?" Nevan membelalakkan matanya kaget, tuduhan macam apa itu?

"Kenapa? Apa mukaku terlihat seperti seorang pembunuh? Kenapa dia mencurigai ku?"

"Mungkin dia hanya waspada, atau dia mungkin merasa tertekan."

Nevan berpikir dan mengingat kalau saat kematian Kristy, Lolita sempat datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, apa mungkin karena itu dia jadi tertekan? Atau kah ada hal lainnya?

"Oh aku ingat sekarang, saat kematian Kristy, Lolita datang ke kantor polisi dan—" Nevan menjeda kalimatnya karena sadar akan ucapannya.

Nevan terdiam, "Kenapa? Kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Sophia keheranan.

"Maaf aku belum bisa memberi tahu mu," jawab Nevan menyesal karena dia tidak bisa memberi tahu Sophia soal kasus ini karena itu bersifat rahasia.

Sophia mengangguk mengerti, lalu tangan Nevan merogoh sakunya dan menunjukkannya pada Sophia. Sophia mengamatinya, "Bukankah ini ...."

"Ini cincin milik bu Joanna. Aku menemukannya saat datang ke sini tadi malam," jelas Nevan membuat Sophia sedikit terkejut.

"Tapi bagaimana bisa dia—"

"Aku bertemu dengan seseorang, wajahnya tidak jelas, dia cukup handal dalam bela diri, dan begitu cepat. Aku masih menyelidikinya, tapi yang membuatku curiga adalah bu Joanna sakit," jelas Nevan tapi Sophia masih belum memahaminya. "Aku sempat berkelahi dengannya." Sophia mengangguk mengerti. Sophia masih belum mengerti kenapa ini semua berpusat pada bu Joanna? Apa dia memang seperti itu?

***

Frans, Norvin, Lucas, Robin, Rose, dan Lolita kini sedang berada di ruangan biasa, masih dengan keadaan yang sama, Lolita masih merasa cemas dengan apa yang terjadi semalam.

"Semalam aku pergi ke sekolah," ucap Lolita membuka pembicaraan.

Mereka menoleh ke arah Lolita, "Untuk apa kau ke sekolah malam-malam?" tanya Robin heran, seorang artis seperti Lolita punya waktu kosong dan malah datang ke sekolah malam-malam, apa dia kurang kerjaan?

Don't Click [END]Where stories live. Discover now