17. DON'T CLICK ! RETAS

471 123 5
                                    

Semua murid mulai berdatangan satu persatu memasuki ruang ujian, kebanyakan dari mereka berjalan sambil menghafal materi pelajaran berharap dengan ini mereka akan bisa melewati ujian hari ini.

Seorang gadis yang akan turun dari mobil mengurungkan niatnya untuk turun lalu menoleh ke arah wanita yang sedang memegang stir.

"Ada apa Rose?" tanyanya bingung saat melihat Rose yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Kali ini aku tidak mau ada rekayasa nilai di ujian kali ini. Aku bisa menyelesaikannya, lagi pula murid paling pintar di sini sudah mati. Jadi, Ibu tidak perlu repot-repot," tutur Rose karena dia sudah muak dengan ejekan beberapa temannya di kelas soal keaslian nilai ujiannya. Padahal Rose pintar, tapi kenapa dia melakukannya?

"Apa aku bisa mempercayaimu?" tanyanya kurang yakin.

"Tentu saja, percaya padaku, aku bisa mengatasi ini. Aku tidak ingin hidup dalam kebohongan," jawab Rose sedikit ada penegasan dalam perkataannya. "Kalau Ibu tidak mau. Aku akan bilang sendiri pada bu Joanna," ucap Rose sambil membuka pintu mobil lalu dia pergi dari sana tanpa mendengar jawaban dari ibunya.

Semenjak kematian Leanna yang tiba-tiba, sikap Rose jadi berbeda dan terkesan sensitif, apalagi mengenai nilai ujian, dia bahkan sudah bertekad tidak mau lagi merekayasa nilainya karena dia berpikir sudah tidak membutuhkan itu lagi, dia percaya pada dirinya sendiri kalau dia bisa mendapatkan nilai yang sempurna dalam ujian kali ini, apalagi sekarang Rose tengah bersaing dengan Norvin.

Rose berjalan terburu-buru menuju ke ruang guru untuk bertemu dengan bu Joanna dan mengatakan padanya untuk tidak usah ikut campur lagi dengan nilai ujian Rose, karena sekarang dia tidak ingin lagi ada hal-hal seperti itu di hidupnya.

Rose tiba-tiba saja menghadang jalan Joanna, "Bisa kita bicara?" tanya Rose.

Joanna hanya mengangguk dan mengajak Rose pergi ke ruang konseling, mereka duduk saling menghadap, "Ada apa Rose?" tanya Joanna.

"Aku tidak mau ada rekayasa nilai lagi," jawab Rose membuat Joanna terdiam beberapa detik.

"Memangnya kenapa? Apa ibumu mengatakan sesuatu?" tanya Joanna bingung.

"Turuti saja perkataan ku, aku tidak mau ada hal-hal seperti itu lagi, aku mau nilai ini asli," jawab Rose agak tegas.

"Baiklah aku akan melakukannya, tapi setelah aku melapor pada ibumu," balas Joanna sambil tersenyum tipis.

"Tidak perlu. Aku sudah bilang padanya lebih dulu, dan dia menyetujuinya," tolak Rose cepat.

Joanna melihat Rose lalu kemudian dia tersenyum, "Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau mau," putusnya.

Rose bangun dari duduknya lalu pergi dari ruangan tanpa mengatakan terima kasih atau kata-kata ungkapan lainnya.

Rose berjalan menuju ke kelasnya dengan terburu-buru lalu dia melihat Norvin berdiri di depan kelasnya.

"Wow! Kau sudah siap?" tanya Norvin memastikan.

"Aku selalu siap," jawab Rose serius.

"Jangan ada rekayasa, kalau itu terjadi kau adalah siswi terlemah di Andromexius School," ucap Norvin sambil tersenyum sinis.

Rose melipat tangannya di dada lalu menoleh ke arah Norvin dengan lirikan sinis, "Rekayasa? Aku sudah tidak melakukannya, kali ini nilai ku murni dari hasil sendiri. Kalau kau tidak terima kau memang laki-laki payah yang hanya bisanya menuduh orang lain dan tidak ingin terkalahkan," balas Rose tak kalah sinis dari apa yang dikatakan Norvin barusan.

Rose langsung masuk ke dalam kelasnya dan duduk di kursi dengan tenang.

Bel sudah berbunyi dan semua siswa mulai masuk ke dalam ruangan yang sudah ditentukan, hari pertama Nevan yang akan mengawas di kelas laki-laki, semuanya sudah Nevan siapkan, tinggal bagaimana prosesnya kali ini.

Don't Click [END]Where stories live. Discover now