6. DON'T CLICK ! DIFFERENT

640 147 8
                                    

Sudut pandang berbeda-beda, semoga kalian memahaminya....

***

Rose Valerie, gadis yang memiliki wajah yang angkuh dan sinis, dia adalah anak dari seorang psikolog ternama, dan karena dia anak dari orang yang paling terkenal, semua orang mulai mengenalnya dan mencoba untuk berteman baik dengannya. Tapi apa? Rose malah selalu menyindir, ketus, dingin, dan terkesan selalu mencibir setiap orang yang menurutnya akan menghalangi sebuah prestasi atau pun karena dia tidak menyukai orang itu. Beberapa orang yang tidak tahan dengan sikap Rose ini memilih untuk meninggalkan, tapi Rose tidak peduli dengan hal itu, karena dia tidak butuh teman yang hanya datang jika ada butuhnya saja.

Rose berjalan santai ke luar dari sekolahnya dan melihat seseorang yang dikenalnya, yaitu ibunya yang bernama Rashi. Wajah Rose tiba-tiba langsung berubah menjadi senyum lebar saat berhadapan dengannya.

"Apa kamu baik-baik saja? Bukankah ada berita itu?" tanya Rashi khawatir saat melihat Rose datang.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," jawab Rose sambil tersenyum lalu dia masuk ke dalam mobil.

"Bagaimana pelajarannya? Kamu belajar dengan baik, kan? Apa ada yang menyusahkan mu?" tanyanya sangat penasaran.

Rose menghela napasnya pelan, "Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya," jawab Rose hanya menoleh sekilas pada ibunya.

"Untuk masalah ini jangan dipikirkan, fokus pada ujian dan masuk universitas ternama, kamu mengerti?"

"Iya aku mengerti," jawab Rose agak sedikit datar.

"Jangan terlibat dalam masalah, jangan membuat nilai mu berantakan. Aku sudah bersusah payah meminta pihak sekolah untuk meningkatkan catatan siswa milikmu."

Rose meliriknya sekilas lalu dia tersenyum yang terkesan dipaksakan, "Iya aku mengerti."

***

Seorang remaja perempuan dijemput oleh seseorang menggunakan mobil alphard hitam, yang tak lain adalah seorang artis remaja yang bernama Lolita Rowena. Tugasnya sebagai artis tidak menghalangi pendidikannya, karena itu adalah poin penting untuknya.

"Aku sangat lelah hari ini," ujar Lolita sambil meminum minuman yang tersedia di mobilnya. "Beberapa orang mengacaukan hariku, dan itu sangat menyebalkan sampai aku ingin menjambak rambutnya sampai rontok karena terlalu banyak bicara omong kosong," tambahnya merasa lelah untuk hari ini.

"Kalau kau mau melakukan itu, pikirkan masa depan mu, kau seorang publik figur, jaga bicaramu dan etika mu saat di luar, apalagi sekolah," tutur seorang laki-laki di sampingnya.

"Baik Pak Manager yang baik hati ... tapi apa berita itu tersebar cepat?" tanya Lolita penasaran.

"Berita? Oh berita kematian siswa di sekolah mu?"

Lolita mengangguk.

"Masih ada."

"Aku mau lihat."

"Untuk apa? Fokus saja dengan karir dan sekolahmu. Jangan melakukan hal aneh lagi setelah kejadian kau ketahuan membeli barang di minimarket," tuturnya sambil menghela napasnya lelah.

"Sekarang aku sudah merasa tenang, karena dia tewas." Lolita tersenyum penuh arti pada managernya.

"Apa? Jadi ... murid yang tewas di sekolahmu adalah ...."

"Benar, dia adalah orangnya."

"Apa kau melakukan hal konyol?"

Lolita meliriknya sinis, "Lebih baik aku membunuh orang saat akting, dari pada seperti itu." Lolita tersenyum saat mengingat kejadian naas yang menimpa teman sekelasnya.

Don't Click [END]Where stories live. Discover now