14. DON'T CLICK ! TERSEMBUNYI

543 136 18
                                    

Hari ini adalah hari semua siswa dan siswi Andromexius School mulai menjalani sekolah seperti biasa setelah banyaknya kejadian yang tak terduga di sekolah mereka, guru sudah mengumumkan tentang ujian kelas tiga yang akan segera dilakukan secepatnya, banyak dari mereka yang mengeluh dan terkesan cuek dengan apa yang diumumkan oleh guru.

Tetap saja, ujian atau pun tidak ujian, mereka harus tetap belajar untuk masuk ke universitas yang mereka impikan. Rose mendatangi ruangan yang biasa dipakai teman-temannya untuk berkumpul. Dia langsung duduk sambil melipat tangannya di dada dengan wajah angkuhnya.

"Kristy is dead, next?" tanya Rose pada Lucas dan Robin yang kebetulan ada di ruangan saat itu.

"Bisa diam tidak mulutmu itu?" tanya Lucas kesal dengan perkataan Rose yang terkesan meremehkan setiap kematian teman-temannya.

"Di mana Lolita?" tanya Robin yang sedari tadi tidak melihat Lolita di mana pun.

"Tidak berangkat, mungkin dia takut," jawab Rose, "Sekolah akan mempercepat ujiannya, apa kalian siap?" tanya Rose pada keduanya.

"Kau senang bukan karena pesaing mu mati satu persatu?" tanya Lucas sarkas.

Rose mengangkat satu alisnya, "Sekarang dunia bergerak lebih cepat, tidak ada pecundang seperti mu yang hanya bisa mengeluh karena ujian dipercepat, kompetisi membuatmu lebih ambisius dalam mengejar target," tutur Rose sambil tersenyum. Dia tidak terlihat gugup atau takut saat menghadapi ujian yang ada di depan matanya, percuma menghindar karena pada akhirnya mereka harus lulus dari sekolah ini.

Robin menoleh ke arah Rose, "Apa kau merasa sedih karena kehilangan mereka?" tanya Robin pada Rose.

Rose menoleh dan melihat Robin dengan santai, "Untuk apa terus berlarut-larut dalam kesedihan? Aku memang sedih, tapi aku tidak bisa berhenti begitu saja," jawab Rose sambil tersenyum.

"Menurutmu siapa yang selanjutnya mati?" tanya Lucas menoleh ke arah keduanya dengan wajah yang susah diartikan.

"Apa ini waktunya untuk memikirkan itu? Jangan sampai kau seperti Lolita yang tidak mau ke luar rumah hanya karena takut dibunuh," jawab Rose.

"Pisau dan pistol bukan hanya senjata untuk membunuh tapi mulutmu itu juga bisa membunuh orang lain secara tidak sengaja, apa kau tidak punya rasa simpati sedikit pun?" tanya Lucas yang tidak percaya kalau mulut Rose bisa berkata dengan gampangnya seperti itu.

Rose memutar bola matanya malas mendengar ucapan Lucas barusan, "Menurutmu kenapa wanita sering menjadi bahan percobaan hal-hal negatif?" tanya Rose membuat keduanya terdiam, "itu karena mereka tidak pernah melawan. Tak ada gunanya kita menjadi orang baik atau pun berempati, sekali kau menjadi baik, kau akan dimanfaatkan," lanjutnya sambil tersenyum sinis diakhir kalimat.

"Apa kau seorang psiko?" tanya Lucas heran karena Rose sama sekali tidak memiliki rasa simpati pada orang lain.

Rose menghela napasnya pelan, "Aku tidak mau membuang waktu percuma hanya untuk berbicara dengan orang bodoh," jawab Rose sambil bangun dari duduknya lalu kemudian dia pergi.

"Apa katamu?! Rose!" teriak Lucas yang ingin mengejar Rose tapi Robin malah menahannya.

"Tidak ada gunanya berbicara dengan gadis seperti itu," kata Robin datar.

"Apa gadis itu sudah benar-benar gila?"

"Tidak, dia seperti itu karena dia tidak mau tertindas oleh orang lain. Itulah cara bertahan hidup yang dilakukan Rose," jawab Robin.

"Kau tahu? Aku sangat takut ketika mendengar kabar Kristy tewas di rumahnya sendiri," ucap Lucas dengan serius. "Pembunuh mana yang tega membunuh orang-orang secara berturut-turut?" tanya Lucas.

Don't Click [END]Where stories live. Discover now