part 2

829 82 2
                                    

Efran memasuki kamar yang sudah beberapa tahun ini ditinggalkan nya. Tubuhnya lelah. Penerbangan Amerika serikat Indonesia bukanlah waktu sebentar. Berjam-jam tertidur dipesawat membuat badannya pegal-pegal.

Saat merebahkan tubuhnya di kasur, Efran teringat dia belum menghubungi Firman, teman baiknya itu memang super sibuk hingga selalu kerap Efran yang menghubungi nya lebih dulu.

Tapi melihat jam di ponselnya, Efran mengurungkan niatnya. Dijam kantor seperti ini pasti pria sibuk itu sedang rapat.

Akhirnya dengan penuh pertimbangan, Efran mematikan ponselnya dan menggunakan sebelah tangannya untuk menutupi matanya. Lebih baik dia tidur saja, tubuhnya benar-benar lelah.

*****

Sementara ditempat lain, Irna tengah sibuk mencuci piring piring kotor bekas menyambut majikan tampannya. Ya, diluar dugaan, tuan mudanya itu sangat tampan. Sangat jauh dari pemikiran Irna yang membayangkan sosok culun dengan kacamata tebal yang identik dengan anak pintar.

Selain itu Irna juga bersyukur sisa makanan siang ini sangatlah banyak. Lagi lagi diluar dugaan, majikan mudanya itu juga makan dalam jumlah porsi yang sedang. Tidak seperti dibanyangannya, hingga makanan enak itu bisa ia makan bersama bi harum, paman Roni pak Asep si tukang kebun dan pak Dodi, satpam yang selalu setia dirumah majikannya itu.

Selesai mencuci piring dan mengepel lantai, Nyonya Nina menyuruh bi harum dan Irna beristirahat, mengingat tenaga mereka terkuras dari kemarin karena menyambut kedatangan Efran.

"Apa semuanya sudah selesai Ir?" Kedatangan bi harum sedikit mengangetkan Irna.

"Sudah bi,ini yang terakhir" jawabnya sembari meletakkan piring terakhir yang dilap ke rak piring.

"Istirahatlah, kamu pasti lelah"

"Iya, sebentar lagi" Irna menjawab sembari terus meneruskan kegiatan bersih-bersih nya.

"Bagaimana Irna, tuan Efran sangat tampan kan?" tanya bi harum sembari mengedipkan sebelah matanya pada Irna.

"Iya bi, aku pikir dia lelaki cupu yang berkacamata tebal, ternyata jauh dari perkiraanku bi." Jawab Irna sambil terkikik.

"Dia juga sangat baik dan pintar, berbeda jauh dari adiknya yang tidak pernah serius untuk kuliah, kerjaannya hanya bersenang-senang dan menghabiskan uang. Bibi heran juga,kenapa keduanya punya karakter yang berbeda jauh."

Bibinya mulai bercerita sembari membersihkan kompor.

"Ngomong-ngomong mbak Erin itu kuliah jurusan apa bi, aku kok gak pernah lihat dia ngerjain tugas ya?"

"Katanya sih jurusan bisnis, tapi gak tau ya. Bibi juga nggak begitu faham. Katanya dulu mau jadi model dan ditentang habis-habisan sama nyonya".

"Sayang banget ya bi. Dia kan tinggal kuliah aja, nggak usah pusing-pusing mikirin dananya".

Irna tampak merenung sebentar sambil sesekali mengelap dapur bersihnya. Pikirannya melayang kemana-mana.

Tidak munafik dia sedikit iri pada Erin yang punya segalanya. Sayang sekali, gadis itu tidak pandai memanfaatkan keadaan. Andai Irna jadi Erin, ia akan kuliah setinggi-tingginya, hingga mendapat karir yang cemerlang.

Yaaaaaa, apalah kata nasib,tetap Tuhanlah yang menentukan.

"Bibi punya ide, sini bibi bisikin"

Perkataan bibinya membuyarkan lamunannya. Dengan spontan Irna mendekatkan telinganya. Menerima bisikan bibinya dengan sedikit bergidik.

"Apa bibi sudah gila!"

Irna melotot memandang bibinya mendengar ide yang terlontar lirih dari mulut bibinya. Bi harum cekikikan sendiri.

"Dia kaya raya lo Ir. Hartanya nggak akan habis dimakan tujuh turunan. Apalagi sapinya, kamu minta dua aja udah bisa buat hidup berbulan-bulan tanpa kerja. Orangnya juga ganteng, sapi sama kambing nya banyak banget, kebunnya apalagi."

"Tapi istrinya udah dua bi. Apalagi waktu kita mau berangkat kesini katanya dia mau nikah lagi sama temen SMA aku, Linda. Kok dia mau sih, kalo aku mah ogah".

"Anwar itu kan sholeh dan kaya raya Ir, wajahnya juga ganteng. Siapa yang nggak mau sama dia. Kekurangannya cuma satu, tukang kawin."

Bibinya itu cekikikan menceritakan juragan sapi dikampung mereka. Sudah jadi rahasia umum dikampung kalo Anwar naksir berat pada Irna, namun sayangnya ditolak mentah-mentah oleh Irna.

Irna tidak sudi dijadikan istri ketiga. Apalagi mereka semua tinggal serumah, mengerikan. Irna bergidik sendiri membayangkannya.

"Kalo kamu nerima Anwar, hidup kamu terjamin, kamu bisa kuliah sampai kemanapun yang kamu inginkan, kamu juga gak perlu susah-susah kerja gini" Bi harum cekikikan.Irna melengos.

"Nggak akan, lebih baik aku banting tulang sendiri, kerja sendiri demi kuliah, atau terpaksanya aku nggak mau kuliah kalo harus menukar harga diriku demi uang. Lebih baik capek gini tapi punya harga diri, dari pada jual diri dengan kedok nikah siri sama Anwar."

"Gitu aja sewot, bibi cuma becanda." Bi harum mencolek pipi keponakan nya itu.

"Nggak lucu, aku mau belajar dulu mumpung ada waktu." Irna menaruh lap nya kemudian berjalan keluar dapur.

"Semangat banget, kamu serius mau kuliah tahun depan?"

"Iyalah bi, aku udah punya rencana ngumpulin uang gaji. Aku juga udah ngecek universitas mana yang aku tuju. Nyonya juga baik banget. Benar kata bibi, disini gajinya lumayan. Beberapa bulan gajinya cukup untuk mendaftar dan biaya satu semester."

"Ya sudah, kamu istirahat dulu, baru belajar, jangan capek-capek."

Irna mengangguk kemudian melangkah menuju kamarnya.
Mereka tidak sadar sedari tadi tuan Adrian menguping pembicaraan mereka sembari tersenyum.

*******

Karena sudah tidak terbiasa tidur siang Irna memilih membawa beberapa buku dan laptop nya ke taman belakang. Ditaman yang luas itu ada kolam renang besar ditengah dan diselingi rumput-rumput hijau dan bunga bunga berbagai warna yang ditata rapi.

Pak Asep tukang kebun, pria berumur 60 an yg sedang memotong rumput itu melambaikan tangannya pada Irna dan dibalas lambaian serta senyum manis dari Irna.

Udara sejuk ditanam inilah yang jadi favorit Irna untuk belajar disela pekerjaannya. Menghirup udara dalam dalam Irna mulai menghidupkan laptopnya dan membuka beberapa bukunya.

Untunglah ada beberapa teman baiknya bersedia memberikan beberapa materi ujian Irna yang ketinggalan. Selama dikota ini, sahabat nya itu selalu memberi tahu Irna materi apa saja yang diajarkan sang dosen dari hari kehari. Irna berharap ketika kembali kuliah nanti dirinya tidak ketinggalan terlalu banyak.

Ditengah-tengah dirinya yang sedang berkonsentrasi terhadap laptopnya, Irna dikejutkan oleh suara yang menginterupsi dirinya dari samping pintu menuju kolam.

"Kamu gak istirahat?"

Irna menoleh dan mendapati tuan Adrian berjalan menuju ke arahnya.

Edelweiss (TAMAT)Where stories live. Discover now