Part 15

900 88 2
                                    

Irna mengerjapkan matanya perlahan. Kepalanya masih pusing dan tubuhnya terlampau lemas. Jika begini, besok ia akan izin cuti pada Nyonya Nina untuk berobat, rasanya badannya sakit semua.

Sayup-sayup terdengar suara tangisan seseorang, Irna membuka matanya perlahan. Ternyata ia dikamarnya sendiri. Irna menolehkan kepalanya ke kanan dan mendapati bibinya menangis tersedu dipelukan paman Roni, sedangkan Nyonya Nina berdiri didepan ranjangnya dengan sorot iba, dibelakangnya ada si bajingan Efran yang menatapnya dengan sorot tak terbaca.

Irna baru menyadari bahwa dirinya tadi pingsan ketika akan menyajikan oseng ususnya pada Efran. Mungkin efek masuk angin atau asam lambung yang menderanya beberapa hari ini.

Irna bangun perlahan-lahan dari tidurnya dan terduduk walaupun kepalanya masih terasa pusing. Ketika duduk Irna terlihat begitu kebingungan dengan keadaan suram disekitarnya, ada apa ini sebenarnya.

Tiba-tiba tanpa aba-aba bibinya maju ke depan sambil terisak dan menampar pipi kirinya hingga kepalanya meneleng ke samping.

"Katakan!, katakan pada bibi siapa bajingan itu!!"

Irna memegang pipinya yang terasa panas sambil kembali menatap bibinya yang masih berurai air mata. Kemudian Irna menatap bingung pada orang-orang disekitarnya yang kini menatapnya dengan pandangan yang berbeda-beda.

"Ada apa bi. Bajingan apa, aku nggak ngerti" Irna menatap bingung bibinya, matanya berkaca-kaca karena ini kali pertama ia ditampar seseorang, dan itu bibinya sendiri yang selama ini begitu menyayanginya.

"Bibi selama ini menyayangimu dan Ilham sama besarnya, membawamu kesini dan berharap kau bekerja dengan rajin dan mengubah nasibmu. Tapi kau lihat apa yang terjadi sekarang, kau membuatku malu. Bibi malu pada ayah dan ibumu,apa yang harus bibi katakan jika bertemu mereka nanti. Ya Tuhaaaan."

Harumi terduduk diranjang Irna sambil menangis tersedu-sedu memegangi dadanya. Paman Roni menghentikan Harumi yang terus memukuli dadanya dan menenangkan istrinya.bNyonya Nina bingung sendiri, sedangkan Irna masih menatap bingung pada orang-orang disekitarnya, sebenarnya ada apa ini. Ia hanya pingsan dan kenapa setelah siuman semua jadi berubah muram.

"Bi, sebenarnya ada apa, aku benar-benar tidak tahu apa-apa, kenapa bibi menangis" Irna berusaha memegang pundak bibinya yang terus menangis, namun ditepis kasar oleh bibinya.

"Kau tidak tahu, kau hamil sekarang, kau hamil!!!" Harumi menatap Irna berang, pun ia kembali menangis setelah mengatakan kenyataan memalukan itu.

Irna terpaku sesaat. Kata-kata bibinya seolah badai yang menghantam otaknya.

Hamil

Satu kata tapi begitu menakutkan bagi Irna. Bagaimana mungkin dirinya hamil. Memang beberapa hari ini ia tidak berselera makan dan terus muntah, Irna pikir itu karena ia kelelahan. Ia juga sudah dua bulan ini tidak datang bulan, tapi Irna tidak menyadarinya. Pikirannya terlalu bercabang-cabang kemana-mana, hingga ia tidak menyadari jadwal pms tidak menghampirinya dua bulan ini.

Tapi sekarang, seolah Tuhan sedang bermain-main dengannya.

Ia hamil

Dan bajingan yang menghamilinya saat ini hanya menatap kearahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Bahkan ketika bibinya menamparnya, Efran sama sekali tidak melakukan pembelaan dan mengakui kesalahannya.

Apa ia harus menanggung kesalahan ini seorang diri.

Tidak

Ia tidak bersalah, ia dilecehkan.

Dan kenapa sekarang semua menatapnya seolah ia seorang pesakitan dimeja persidangan.

"Katakan pada bibi, siapa bajingan itu. Dia harus bertanggung jawab sebelum perutmu membesar. Jika perutmu membesar dan kau belum menikah, apa kata orang-orang, apa kau tidak memikirkan itu, ya Tuhaaaan" Harumi terus meraung memukuli dadanya, kemudian ia mendekati Irna dan menatap pedih pada keponakannya itu.

Edelweiss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang