Part 1

1K 81 0
                                    

Sudah satu Minggu ini Irna bekerja dirumah majikan bibinya. Majikan bibinya ini ternyata sangat baik bahkan Irna digaji cukup tinggi untuk ukuran pembantu pemula.

Hari ini cuaca cukup panas dan Irna harus berkutat didapur karena kata bibinya hari ini anak majikannya yang kuliah diharvard university akan pulang. Jadinya nyonya Nina menyuruh bi harum dan Irna memasak cukup banyak.

Irna menyiapkan segala jenis makanan yang diminta nyonya untuk dihidangkan. Nyonya sudah berdandan cantik, sedangkan tuan dan paman Roni menjemput tuan muda itu dibandara. Sementara Erin, anak bungsu si nyonya, masih sibuk entah dimana.

Erin reana Atmaja namanya. Usianya kita-kita sebaya dengan Irna. Namun sifatnya masih seperti anak 15 tahun. Irna tidak habis fikir dengan anak orang orang kaya yang suka menghamburkan uang orangtuanya untuk hal yang sia sia. Padahal untuk remaja miskin seperti Irna, ingin kuliah pun harus bekerja keras terlebih dahulu.

Irna menyelesaikan piring saji berisi oseng usus ayam, piring itu menu yang terakhir matang. Akhirnya semua hidangan tersaji sesuai arahan sang nyonya besar. Irna mengibaskan tangannya lalu mengusapnya dengan serbet kecil.

Ketika memandang seluruh meja makan, Irna tak habis fikir seberapa besar perut tuan mudanya itu. Irna jadi membayangkan seperti apa rupa ank sulung majikannya itu.

Mendengar tuan mudanya itu kuliah diharvard, Irna membayangkan seorang berkaca mata cupu dengan perut yang besar, melihat jumlah makanan yang dimasak.

Tanpa sengaja Irna terkikik sendiri.

Bersamaan dengan itu terdengar bunyi hells yang keras menuju meja makan, Irna segera menoleh. Ternyata Erin yang sudah berdandan cantik dan sexy dengan tank top ketat berwarna hitam, celana jeans penuh lubang dan make up yang terlampau tebal. Dia berjalan menuju meja makan sambil menenteng cardigan dengan warna senada tank top nya.

Irna terkejut bukan main sampai mengelus dada. Kemudian Erin duduk dimeja makan seperti biasa. Meletakkan cardigannya disandarkan kursi. Disusul nyonya Nina yang sudah ber make up cantik sesuai usianya.

"Apa kakak belum tiba?"

"Belum Rin, bukannya tadi papa mengajak mu menjemput kakakmu, kenapa kamu malah dirumah?"
Nyonya Nina menyipitkan mata melihat dandanan Erin.

"Kamu mau kemana, kenapa berdandan seperti gadis urakan begini, kamu tidak malu pada kakakmu?"

"Mau ke mall bareng temen ma, nanti satu jam lagi."

"Dengan anak punk berandalan itu?"

"Ayolah ma, jangan kuno seperti itu, itu trend jaman sekarang, mama gak usah rempong deh."

"Kamu tuh ya, bukannya kuliah yang bener kayak kakak kamu, malah kerjaannya cuma shopping, clubbing, nggak kasian apa sama papa yang susah-susah cari uang?"

"Mama jangan mulai deh"

Ditengah perdebatan mereka pintu bel rumah berbunyi. Irna segera berlari menuju pintu utama. Dibukanya pintu itu cepat cepat takut kalau majikannya marah, padahal kalo dipikir-pikir tuan Adrian tak sediktator itu.

Ketika membuka pintu muncul tuan Adrian dengan wajah sumringah nya. Disusul paman Roni yang membawa dua koper besar. lrna segera keluar untuk membantu paman Roni mendorong salah satu koper.

Disaat akan meraih koper mata Irna terkesima melihat sosok tampan tinggi dibelakang pamannya. Pria dengan sorot mata teduh hidung mancung dan bibir tipis sexy itu memandangnya dengan heran.

"Mas Efran, kenalkan, ini Irna keponakannya Harumi. Dia Bekerja disini seminggu yg lalu."

Paman Roni berinisiatif mengenalkan ketika melihat Irna dan Efran hanya saling diam. Anak sulung majikannya itu memang sosok yang ramah namun lebih banyak diam.

Efran memperhatikan sosok perempuan bertubuh kecil, wajah kusam,rambut lepek dan kening penuh keringat seperti baru bekerja habis-habisan didapur. Matanya menatap kasihan gadis seusia Erin harus bekerja seperti itu.

"Oh, begitu ya, saya Efran"

Hanya begitu ucapnya, Irna hanya mengangguk. Sejurus kemudian tuan muda itu masuk tanpa banyak bertanya. Irna dan paman Roni mendorong dua koper itu ke lantai atas kekamar tuan Efran yang dibersihkan olehnya beberapa hari yang lalu.

Diruang tamu tampak nyonya dan Erin menghambur kepelukan tuan muda yang baru datang itu. Mereka terlihat saling melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu.

"Sayang, kenapa kau semakin kurus?" Nyonya Nina mulai memperhatikan putranya itu dari atas sampai bawah.

"Gak kurus juga ma, kak Efran itu ideal, hot body. Mama tau gak sekarang itu trendnya cowok itu sexi, tubuhnya kayak kak Efran. Bukan yang pake kacamata trus megang buku kesana kemari" cetus Erin dengan gaya cueknya.

"Kamu nyindir Dimas?" Nyonya Nina menyipitkan mata memandang Erin yang berlagak menyebalkan.

"Siapa Dimas ma?" Efran bertanya penasaran tentang sosok yang menjadi bahan perdebatan ibu dan adiknya.

"Anak temen arisannya mama kak, anaknya pendek trus cupu gila. Pake kacamata, kemana-mana bawa buku kayak perpustakaan berjalan" jawab Erin dengan gaya menyebalkannya.

"Hus, kamu gak boleh ngomong gitu. Dimas itu pinter, nggak neko-neko. Nggak kayak cowok berandalan kamu itu."

"Ma, stop bilang Andre berandalan, dia anak band ma, bukan berandalan."

Erin terlihat tak terima pacarnya terus dikatai oleh mamanya itu. Ayolah, Andre modis, sexi dan jantan. Tatto dan kedua anting ditelinga nya membuatnya benar-benar terlihat jantan, bukannya urakan seperti kata mamanya.

"Kamu kok dandan kayak gini mau kemana?" Efran mengalihkan perdebatan adik dan ibunya.Matanya menatap aneh penampilan adiknya yang terkesan terlalu menonjolkan lekuk tubuhnya.

"Mau ke mall sama teman teman satu jam lagi kak. Biasa, shopping." Jawab Erin sambil mengerling manja pada kakaknya.

"Kalian kalo ngobrol terus makannya kapan, papa udah laper nungguin Efran dibandara".

Tuan adrian yg baru berganti pakaian santai berjalan menuju meja makan.

"Eh, iya, ayo Fran. Tadi mama udah suruh bibi masak banyak, ada kesukaan kamu, oseng usus ayam."

Sesampainya dimeja makan Efran terkesima melihat banyaknya hidangan dimeja makan.

"Ya ampun ma,siapa yang mau makan makanan sebanyak ini?"

Efran tidak habis pikir melihat betapa banyaknya makanan dimeja makan. Apa dia dinosaurus sehingga harus dihidangi makanan sebanyak ini.

"Mama tu kak, dari kemarin rempong banget. Cukup dimasakin oseng usus sama sate kambing doang, ini malah kayak mau kasih makanan gajah satu kampung." Erin mendengus geli.

"Udah pada makan,gak usah pada protes,mama capek dari kemarin harus belanja sana sini."

Dan mereka berempat pun makan diiringi perbincangan hangat seputar perjalanan anak sulungnya itu.

Edelweiss (TAMAT)Where stories live. Discover now