Part 5

689 80 19
                                    

Beberapa hari ini dilalui Efran tanpa konsentrasi. Pikirannya tak tentu arah. Keinginan Ayahnya untuk membuatnya memegang kendali perusahaan mereka segera ia setujui. Tentu saja itu supaya dirinya bisa segera lepas dari bayang-bayang Zivanna. Tak bisa ia pungkiri, dirinya patah hati teramat sangat.

Zivanna maupun Firman sesekali menghubunginya untuk bertemu, namun Efran selalu berkata bahwa dirinya masih sibuk karena harus belajar keras untuk memimpin perusahaan seperti keinginan ayahnya. Alasan sebenarnya Efran memang belum siap bertemu mereka. Walaupun berusaha mengikhlaskan, jujur hatinya terlalu sakit. Teganya untuk alasan malu, Zivanna seolah memberinya harapan palsu selama ini.

Ditengah lamunannya didepan laptop dikantornya, ayahnya tiba-tiba masuk keruangannya. Efran sedikit terkejut ketika ayahnya mengatakan akan segera berangkat kebogor untuk dua hari kedepan.

"Memangnya ada urusan apa pa,kok tiba-tiba banget?"

"Relasi papa yang dari Australia ternyata ada urusan dibogor, dan mengatakan akan menanam saham di perusahaan kita. Makanya papa dan mama bermaksud menjamu nya untuk sekedar makan malam. Mungkin dua malam papa sama mama disana,bibi dan pak Roni juga ikut disana buat bantu-bantu. Kamu dirumah jagain Erin, biar Irna yang mengurus dapur sementara."

"Oke pa, urusan sama perusahaan Firman dan perusahaan lain biar aku sama sekretaris aku yang handle semua, papa gak usah khawatir."

"Papa tahu kamu bisa diandalkan, papa bangga sama kamu. Oke, kalau begitu papa siap-siap dulu, jangan lupa kamu jagain Erin. Dia suka keluyuran gak jelas sama teman-temannya" Adrian menepuk bahu putranya sebelum berjalan keluar ruangan.

Efran menghembuskan nafas kasar, menyandarkan bahunya dikursi kebesarannya sambil menatap langit-langit diruangannya.

                 ******

"Kenapa gak omong sama aku dulu kalo mau kesini, aku bisa jemput kamu" Firman memandang Zivanna yang sedang memakan biskuit kesukaannya. Siang ini sepulang dari  sidang, wanita yang bertahun-tahun menjadi kekasihnya itu mampir kekantornya. Mereka duduk disofa ruang kerjanya menanti OB mengantarkan makan siang.

"Mau ngasih surprise sama kamu, aku kangen banget sama kamu" Jawabnya mengerling manja, kemudian tanpa aba-aba mencium bibir kekasihnya itu.Firman terkesiap, tapi kemudian membalas ciuman kekasihnya itu dengan lembut. Mereka berciuman beberapa saat, sebelum Zivanna mengakhirinya.

"Setelah ini ada sidang lagi," tanyanya sambil merapikan anak rambut Zivanna kebelakang telinganya.

"Enggak, aku malah izin pulang awal hari ini. Belakangan kasus-kasus semua bisa aku menangkan, jadi aku ngambil libur setengah hari. Oh ya, ada yang mau aku bahas sama kamu. Gimana rencana buat bicara sama mama dan papa?" Zivanna menatap Firman menunggu jawaban. Lelaki itu tersenyum sembari memeluk kekasihnya itu.

"Kapanpun aku siap, tapi sebelum itu ada yang mau aku omongin sama kamu, tapi jangan sekarang. Nanti sore setelah pulang kerja kita jalan-jalan, pumpung kamu libur, gimana?"

"Serius, kamu gak sibuk?" Zivanna berbinar mendengar ajakan Firman. Karena kesibukan masing-masing mereka sangat jarang punya quality time berdua.

"Hmmm, kita ketaman pinggir danau favorit kamu" jawabnya sembari mengeratkan pelukannya pada Zivanna.

Wanita itu tersenyum sembari memejamkan matanya menikmati pelukan kekasihnya itu. Lambat laut hidungnya mengendus-endus bau tubuh Firman yang menjadi favoritnya. Jemarinya menelusuri dada,dagu sampai bibir kekasihnya itu.

Firman menundukkan pandangannya ketika merasa kekasihnya itu menggodanya. Senyum mengembang di bibirnya ketika disadarinya bibir wanita itu semakin mendekati bibirnya. Firman bersiap menyambut bibir kekasihnya itu dan kemudian keduanya saling memejamkan mata sebelum pintu secara tiba-tiba diketuk dari luar. Secara reflek keduanya membuka mata dan saling melepaskan pelukan.

Firman berdiri membuka pintu dan mendapati office boy membawakan makanan untuk makan siang mereka. Dibelakang OB itu ada Diana sekretaris Firman yang bersiap membacakan jadwal rapat setelah makan siang.

Setelah keduanya keluar, Firman membawa makanan dan menaruhnya di meja,kemudian duduk kembali disamping Zivanna. Tiba-tiba Zivanna menarik jasnya dan bersiap menciumnya kembali bersamaan pintu kembali diketuk.

Zivanna menggeram kesal.Firman tertawa sambil mengelus puncak kepalanya kemudian menyuruh Diana untuk masuk.

Edelweiss (TAMAT)Where stories live. Discover now