Part 4

745 81 1
                                    

Efran duduk memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang disekitar tempatnya duduk. Sudah setengah jam dirinya menunggu kedua sahabatnya itu, tapi keduanya belum nampak akan muncul.

Menikmati segelas caramel macchiato sambil sesekali memperhatikan beberapa orang yang sibuk mengabadikan kegiatan piknik mereka. Hari ini Disney world tidak seramai biasanya karena bukan hari libur, dan memang mereka sengaja memilih hari ini agar lebih leluasa berbincang panjang setelah lama tidak bertemu.

Ketika akan mengambil handphone dari sakunya untuk menghubungi Zivanna, terdengar seseorang yang suaranya tidak asing memanggil dengan suara cemprengnya. Efran seketika mendongak mencari sumber suara ketika tak lama kemudian matanya menemukan sosok yang telah dinantinya setengah jam lalu.

Zivanna berjalan sembari tersenyum sumringah menuju meja yang didudukinya. Tangannya mengapit lengan Firman sambil sesekali menariknya agar lebih cepat, hati Efran sedikit mencelos melihatnya. Namun secepatnya dia tepis bayangan-bayangan kecemburuan dihatinya, tdak pantas dia cemburu pada temannya sendiri. Ayolaaaah, mereka berteman sejak kecil, jadi wajar kadang bersikap mesra seperti itu.

"Udah lama ya Fran, sori banget ya, gara-gara Firman ini, jadi telat deh" Zivanna melepaskan tangannya yang mengapit lengan Firman dan segera memeluk Efran.bSudah setengah tahun mereka tidak bertemu setelah liburan terakhir Efran.

Setelah cukup lama berpelukan sembari diiringi sedikit candaan, Efran beralih memeluk Firman. Mereka saling menepuk bahu dan sesekali melempar lelucon. Suasana hangat tercipta setelah mereka sama-sama duduk dan membicarakan seputar kuliah S2 yang ditempuh Efran serta perjalanan pulangnya.

"Fran, ada sesuatu yang mau aku omongin sama kamu".  Zivanna tampak ingin memulai obrolan yang lebih serius.

"Aku juga, ada yang ingin aku omongin sama kalian berdua" Efran nampak berseri-seri, dia benar-benar tidak sabar ingin mengatakan sesuatu yang sangat ingin ia katakan dari bertahun-tahun yang lalu.

"Jadi aku gak dianggep ni, main rahasia-rahasiaan" Firman tersenyum kemudian bersandar pada kursi sembari melipat kedua tangannya didada.

"Helleh, sok manis" Zivanna memandang Firman sinis kemudian beralih ke Efran.

"Oh ya Fran, kamu duluan kalo gitu, mau ngomong apa, nanti kalo aku yang duluan ngomong kalian bisa jantungan setelah denger"  Zivanna antusias sembari menyeruput orange juz favoritnya.

Efran tersenyum memandang wajah manja Zivanna, mungkin karena anak tunggal dan memiliki dua sahabat pria sejak kecil, dia menjadi sangat manja.

"Kamu aja duluan, aku pengen denger, pengumuman apa yang mau kamu umumin ke aku sama Firman, sepertinya dari kemarin kamu gak sabar banget pengen kasih tau aku" Efran tersenyum sembari mengacak-acak rambut Zivanna.

Zivanna melirik Firman sebentar, kemudian cemberut karena Firman mengacuhkannya. Efran tersenyum melihatnya. Dari dulu keduanya memang sering ribut karena sifat manja Zivanna, tapi Firman selalu santai karena tak lama setelah ribut Zivanna akan mencarinya lagi dan meminta maaf, kemudian mereka akan lengket seperti semula.

Sejenak Zivanna menghembuskan nafas kasar sebelum berucap

"Aku mau nikah sama Firman"

Firman yang sedang menyesap kopinya terbatuk-batuk mendengarnya, begitupun dengan Efran yang melotot seolah bola matanya keluar dari tempatnya.

"Kami pacaran udah lama sebenernya, tapi aku gak bisa ngasih tau kamu. Aku juga minta Firman tutup mulut, maaf" Zivanna tampak memandang Efran penuh penyesalan.

Efran terdiam sejenak dengan keterkejutannya, kemudian dirinya segera sadar untuk menguasai keadaan.

"Se, ehm, maksudku sejak kapan kalian menjalin hubungan, dan kenapa kamu harus merahasiakannya, kamu udah gak nganggep aku sahabat kamu lagi" Efran tampak menelan ludah menata emosinya. Tidak menyangka keduanya sahabatnya merahasiakan hal sebesar ini darinya.

Edelweiss (TAMAT)Where stories live. Discover now