Part 6

845 82 5
                                    

Firman menggenggam erat tangan Zivanna. Sore itu setelah merampungkan pekerjaan lebih awal, Firman menepati janjinya untuk jalan-jalan ditaman dekat danau yang terletak tak jauh dari rumahnya. Sejak kecil mereka bertiga sering bermain bersama disini karena dekat dengan rumah Firman.

Angin sepoi-sepoi disore hari itu menghembus pelan menerpa wajah dua orang yang sedang dimabuk asmara. Saat tengah asyik menyaksikan keramaian ditaman, telunjuk Zivanna mengarah pada sepasang anak kembar yang tengah bermain bersama.

"Sayang, lihat kedua anak itu,menggemaskan bukan. Kelak kalau kita menikah, aku ingin punya banyak anak denganmu. Bahkan aku ingin salah satu dari mereka kembar, agar rumah kita ramai. Aku anak tunggal, kau juga. Makanya aku ingin punya banyak anak supaya rumah kita ramai, bagaimana?" Tanyanya sembari menoleh menunggu jawaban Firman yang mematung sesaat.

"Aku janji akan mengurangi aktivitas pekerjaanku, bahkan aku akan istirahat total jika kita sudah punya empat atau lima anak, bagaimana sayang, kau setujukan?" Lanjutnya menatap Firman berseri-seri.

"Kita duduk disana" Firman tersenyum sembari mengelus rambut Zivanna dengan sayang.

Zivanna menurut, mereka duduk di kursi taman menghadap danau yang airnya mengkilat-kilat terkena cahaya senja. Sejenak keduanya terdiam, kemudian Firman mulai bicara.

"Ada yang harus ku katakan padamu, seharusnya ini ku katakan dari dulu, tapi aku tidak punya keberanian mengatakannya, aku terlalu takut,maaf."

Zivanna seketika menoleh, matanya bertemu dengan mata hazel milik Firman. Ada banyak rahasia disana, Zivanna tahu itu sejak lama, namun ia mengabaikannya. Firman bersamanya dan mencintainya, itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Katakan, aku sudah lama ingin mendengarnya" Zivanna menjawab tenang, Firman agak terkejut dengan ketenanganan wanita itu. Biasanya dia akan heboh jika Firman bicara yang tak ia mengerti. Apa Zivanna sudah tahu, tapi tidak mungkin. Hanya ia dan dr.Rangga yang tahu.

"Aku menderita azoospermia" Firman terdiam sebentar sebelum meneruskan

"Kemungkinan aku tidak bisa memberikanmu keturunan, ditambah jantungku mengalami gangguan. Kata dokter ini sejenis penyakit bawaan, tapi aku baru merasakan gejalanya ketika kita disekolah menengah keatas. Inilah salah satu alasanku tidak mengungkapkan perasaanku padamu sejak lama. Aku ingin kau hidup normal bersama pria yang sehat, tapi semenjak malam itu, dimana kau mengatakan perasaanmu padaku, aku ingin bersikap egois. Aku ingin memilikimu dan bahagia bersamamu. Tapi nyatanya aku tidak tega membohongimu. Aku ingin kau bahagia, bukan hidup bersama pria sakit sepertiku. Hiduplah dengan pria yang normal. Aku ingin kau bahagia, memiliki anak yang banyak, dan aku akan membantumu mengasuh mereka. Dan apapun yang membuatmu bahagia, aku akan ikut bahagia."

Sejenak Zivanna terkejut dengan pengakuan Firman,tidak menyangka Firman memendam luka seorang diri. Mengatasi rasa sakit seorang diri dan tidak memberi tahu siapapun. Tiba-tiba air mata Zivanna jatuh dengan sendirinya, lalu cepat-cepat ia menghapusnya. Tidak ingin Firman melihat itu. Kemudian senyum terbit dibibirnya, jemarinya menggenggam erat jemari Firman, kemudian bibirnya menciumi buku jari lelaki itu.

"Kau pikir aku bisa bahagia tanpamu, tidak akan. Kau pikir memiliki banyak anak tapi itu bukan denganmu aku akan bahagia, tidak akan. Bahagiaku hanya denganmu. Dengan atau tanpa anak sekalipun, asal kita menua bersama, itu kebahagiaan terbesarku. Aku tidak ingin yang lain, denganmu. Hanya denganmu, entah besok,atau selamanya, aku hanya ingin bersamamu."

Setelah mengatakan itu, Zivanna memeluk erat Firman dari samping. Firman membatu, meresapi setiap kata-kata sahabat kecilnya itu. Tanggapan Zivanna benar-benar diluar dugaannya. Ia sangat tahu dari dulu Zivanna sangat menyukai anak kecil. Maka dari itu ia berniat melepaskannya supaya wanita itu bahagia. Namun sekarang, bagaimana tanggapan Zivanna benar-benar membuatnya bingung.

Edelweiss (TAMAT)Where stories live. Discover now