Part 38

2.4K 156 55
                                    


Hari ini adalah saat yang dinanti Firman. Setelah delapan delapan tahun lebih, akhirnya ia berkumpul kembali bersama Zivanna dan Efran, dua sahabat karibnya. Meskipun selama kurun waktu itu ia dan Efran masih kerap bertemu, entah ketika ia meninjau perusahaan induk, atau ketika Efran berkunjung ke Oxford. Dari cerita Efranlah ia mengetahui jika Zivanna sampai sekarang belum memiliki keturunan yang sangat ia idam-idamkan.

Firman sangat sedih untuk hal itu. Ia berharap setelah berpisah darinya, Zivanna hidup bahagia bersama Efran dan memiliki banyak anak seperti yang selama ini ia impikan. Namun seolah kenyataan berkata lain, selama menikah dengan Efran justru Zivanna belum memiliki keturunan. Meskipun kata Efran mereka berdua dinyatakan sehat, tapi Firman yakin psikis Zivanna tidak sesehat itu. Ia yakin Zivanna pasti mendapatkan sedikit tekanan dari ibunya.

Memikirkan itu entah kenapa hati Firman merasa ngilu. Ia benar-benar merasakan sakit yang teramat dalam membayangkan keadaan Zivanna. Berbagai kata seandainya memenuhi pikirannya, namun cepat-cepat ia tepis. Ia sudah memiliki Irina, dan Zivanna memiliki Efran, dan Firman harus membuang jauh-jauh pikiran tidak pentingnya itu.

Firman tiba satu jam lebih awal dari jam pertemuan mereka. Bukan bertemu kedua temannya saja tapi ia juga meninjau seluruh keadaan Disney world. Sebagai pengusaha, ia orang yang cukup teliti, ia tidak melulu main suruh sana suruh sini. Baginya, ketelitian seorang pemilik sangat mempengaruhi kinerja karyawannya.

Firman kembali melongok ke arloji mahalnya, memeriksa waktu dan memastikan bahwa kedua sahabatnya itu tidak terlambat. Ia kembali meneguk jus jeruknya sambil sesekali melirik para orang tua yang aktif menuntun anaknya bermain keberbagai wahana. Irina dan Arfi sendiri juga masih sibuk berkeliling Disney world. Arfi terlihat sangat antusias ketika mengetahui jika Disney world itu milik ayahnya. Dengan tidak sabar ia berkeliling berbagai tempat hingga Irina sempat menghubunginya jika ia kelelahan akibat menuruti Arfi yang begitu aktif dan ingin tahu.

Firman tersenyum lalu menyuruh Irina dan Arfi beristirahat sebentar diruang pribadi miliknya. Ia akan menghubungi mereka lagi jika Zivanna dan Efran sudah tiba. Dan ketika asyik memeriksa ponselnya, Firman dikejutkan oleh suara yang sangat tidak asing ditelinganya meski bertahun-tahun tidak berjumpa.

"Bagaimana kabarmu?"

Firman mendongak dan melihat dua orang yang begitu ia rindukan berdiri dihadapannya. Ia menatap Efran yang tersenyum padanya, dan selanjutnya menatap Zivanna yang juga tengah memandangnya intens. Ia berpandangan sebentar dan memperhatikan Zivanna, ia tampak lebih kurus dan wajahnya terlihat lebih tirus. Namun kecantikannya berhasil sedikit membungkam perubahannya.

"Aku baik, seperti yang kalian lihat" Firman berdiri kemudian memeluk Efran erat.

"Aku senang kau akhirnya kembali" kata-kata Efran berbanding terbalik dengan hatinya yang mulai resah oleh tatapan Firman pada Zivanna. Namun ia berusaha menepisnya.

"Zi" Firman sedikit ragu tapi kemudian juga memeluk Zivanna meski tidak seerat saat ia memeluk Efran.

"Aku senang kau terlihat baik-baik saja" nyatanya sakit hati Zivanna masih kalah oleh cintanya pada Firman. Melihat Firman yang lebih sehat dan bugar dari delapan tahun lalu membuat semua kekecewaannya lenyap. Sama seperti Firman yang bahagia melihat ia baik-baik saja, begitupun sebaliknya, ia juga bahagia melihat Firman yang terlihat segar dan sehat.

"Duduklah, kalian bisa pesan apa saja, dan tentu saja, gratis" katanya sambil tersenyum jenaka.

"Kau tidak takut bangkrut nanti jika mentraktir kami" canda Efran sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Kalian kaya, aku bisa minta ganti rugi" katanya lagi sambil memanggil pelayan.

Setelah memesan menu yang mereka suka dan Firman juga memesankan untuk Arfi dan juga Irina membuat Efran dan Zivanna bingung, kenapa Firman memesan banyak sekali.

Edelweiss (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora