Cinta pertama

1.3K 107 3
                                    

Seorang pria tersenyum sambil memandangi awan dari kaca pesawat yang ditumpanginya. Matanya berbinar sembari sesekali menatap layar ponselnya.

Dia mengusap pelan layar ponsel yg memperlihatkan foto dua orang pria dan seorang wanita muda nan cantik. Jemarinya mengusap foto wanita itu.

Zivanna, semangat hidupnya,cinta pertamanya hingga sekarang menjadi cinta dihatinya tanpa dia ungkapkan.
Efran kembali tersenyum mengingat kenangan demi kenangan yang ia lalui bersama dua sahabat nya itu.

Kemudian memori itu kembali berputar di kepalanya.

Efran pertama kali mengenal Zivanna saat dirinya pindah sekolah. Saat itu usinya baru enam tahun. Ayahnya membuka perusahaan baru diibukota hingga mengharuskan Efran berpindah sekolah.

Awalnya dia asing dengan sekolah barunya. Efran sosok yang sulit beradaptasi. Ketika dia sibuk mengamati sekolah barunya tiba tiba dirinya dikejutkan oleh suara seseorang yang memanggil ibunya.

"Nina apa kabar?"

Seorang wanita seusia ibunya menyapa mereka dengan ramah.Disamping wanita itu tampak seorang bocah tampan seusia dirinya tapi lebih tinggi.

"Baik, kamu sendiri apa kabar sis?"

Mama menyalami wanita itu serta mencium pipi kiri dan kanan kemudian memeluk wanita itu seolah mereka tak dipertemukan sekian lama. Kemudian keduanya menoleh pada anak masing masing.

"Ini pasti Firman ya?".
Mama menabak nama anak laki-laki yang sedari tadi diam disamping tante Siska.

"Iya, dan ini pasti Efran. Sudah besar ya.Padahal dulu bayinya kecil banget." Ujar Tante Siska sembari berjongkok dan mencubit pipiku gemas.

"Dimana-mana bayi juga kecil sis."
Jawab mama dengan sewot setengah dibuat-buat.
Kemudian Tante Siska berdiri dan mengenalkan aku dengan bocah lelaki tampan yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi kedua wanita itu.

"Efran, kenalin, ini Firman anak tante. Usianya hampir sama dengan kamu. Cuma beda 7 bulan lebih dulu. Jadi manggilnya firman aja."

Kemudian Tante Siska menoleh.

"Firman, ayo salaman sama Efran."

Bocah tampan berusia 7 bulan diatasku yang sedari tadi diam itu tersenyum kemudian mengulurkan tangannya padaku.

"Firman." Sapanya sembari tersenyum manis.Akupun mengulurkan tanganku malu- malu.

"Efran."

Setelah menyebut namaku aku langsung menarik tanganku dan bersembunyi dibelakang ibuku, sifatku memang pemalu dan sulit bersosialisasi.

Setelah perkenalan kami, ibu kami berbincang kesana kemari bernostalgia. Ternyata setelah aku mencuri dengar, tante Siska adalah teman ibuku sewaktu SMA. Kemudian pertemanan mereka berlanjut ketika papa merintis bisnis dan bekerjasama dengan papa Firman yang lebih dulu sukses karena memang keturunan pengusaha kaya raya.

Ibuku tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih pada Tante Siska karena papanya Firman membantu papa merintis bisnisnya diibukota. Sedangkan bisnis induk papa dibogor diserahkan kepada orang kepercayaan nya.

Membuka bisnis diibukota sangatlah berat. Mama sampai menitikkan air mata karena terimakasih nya pada tante Siska.

"Sudah, sebagai teman kita memang perlu saling membantu. Gak usah dibesar besarkan."

Kemudian Tante Siska mengajak kami memasuki sekolah. Setelah sampai diruang guru dan mengurus beberapa data pendaftaran, mama pamit padaku dan berpesan agar aku berteman baik dengan Firman. Aku mengangguk saja.

Sedangkan Firman yang dari tadi hanya menatapku dan mamaku berjalan ke arahku ketika kedua ibu kami sudah pergi.

"Ayo ikut ke kelas, kukenalkan dengan teman-teman kita nanti."
Katanya ramah sembari menuntun tanganku.

Ketika sampai di taman Firman melepaskan genggaman tangannya dan melambaikan tangannya pada seorang anak.

"Zi, Zivanna, Zi."

Firman memanggil-manggil gadis kecil yang tengah bermain dengan teman-temannya membelakangi kami.

Merasa dipanggil sontak gadis dengan rambut panjang dikucir dua itu menoleh,dia tersenyum sembari melambaikan tangannya pada Firman dan mendekat kearah kami.
Saat itulah pertama kali aku melihat nya. Matanya, senyumnya, gerak larinya, membuatku mematung seketika.

Dadaku merasakan debaran aneh untuk pertama kalinya. Dia berlari menghampiri kami. Jantungku berdegup kencang. Dia tersenyum padaku sembari mengulurkan tangannya.

"Kamu pasti murid baru ya. Kenalin, namaku Zivanna."
Dia mengulurkan tangannya dan aku menyambutnya.Dan dari situlah perasaan itu dimulai.

Edelweiss (TAMAT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant