Part 19

1K 101 21
                                    

Suasana hening menyelimuti meja makan keluarga Zivanna. Rumah yang biasanya ramai akan canda tawa mereka bertiga sudah dua bulan ini mendadak jadi seperti raga kosong tanpa jiwa.

Sejak kejadian putusnya hubungan Firman dan Zivanna, serta memburuknya kesehatan Zivanna, membuat Adam seolah menjaga jarak dari istrinya. Rasa kesal karena keputusan sepihak istrinya membuatnya seolah menjadi ayah yang tidak berguna, terlebih dengan renggangnya hubungannya dan Firman membuat kepalanya serasa ingin pecah.

Demi Tuhan, Firman selama ini sudah ia anggap putranya sendiri, ia memang sangat berharap suatu saat pria baik seperti Firman yang akan mendampingi putrinya. Tapi kenapa takdir harus sekejam itu pada pemuda yang sudah harus memikul beban berat sejak remaja itu. Adam ingin menangis rasanya.

"Ma, pa, aku berangkat dulu."

Perkataan Zivanna menyadarkan Adam dari lamunannya. Sungguh menyedihkan kini nasib putrinya. Gadis yang biasanya ceria itu mendadak jadi murung dan sakit-sakitan. Sebagai seorang ayah,Adam merasa tidak berguna karena kalah argumen dari istrinya.
Dan akibatnya kini,rumah mereka yang biasa ramai akan canda tawa, mendadak semua mati rasa.

"Papa antar sayang." Adam berdiri sambil menggeser kursinya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Zi berangkat ma."

Zivanna mencium lesu tangan ibunya kemudian melangkahkan kaki menyusul ayahnya ke bagasi mobil.

Joanna menghembuskan nafas kasar setelah anak dan suaminya keluar dari pintu rumah. Air matanya menitik tanpa bisa dicegah. Sudah dua bulan ini sejak adu argumen hebat yang terjadi antara dirinya dan suaminya yang berujung ancaman bunuh diri yang ia lontarkan, kini suami tercintanya itu benar-benar menghindarinya. Hubungan mereka yang sehari-harinya hangat, kini seolah bak hidup dikutub utara.

Mungkin kini dua orang tercintanya itu menjauhinya karena menganggap ia egois, tapi Joanna yakin suatu saat mereka akan mengerti jika yang ia lakukan ini semata-mata untuk putri tersayang mereka. Joanna tidak ingin Zivanna hidup menyedihkan seorang diri dimasa tuanya. Ia hanya ingin melihat putrinya hidup normal, berkeluarga, dan punya anak seperti teman-temannya, bukan mengabdikan diri pada pria sakit yang tidak bisa memberikan keturunan padanya.

Walaupun sekarang semua terasa salah, Joanna yakin suatu saat mereka berdua akan mengerti keinginannya, dan keinginannya semata-mata adalah melihat putrinya bahagia.

                   *******

Dikantornya Zivanna benar-benar kacau secara mental. Walaupun pekerjaannya tergolong tetap tidak terganggu, tapi teman-temannya bisa merasakan jika dua bulan gadis yang biasanya ceria itu mendadak murung dan sering ijin karena tidak enak badan.

Berbagai spekulasi mencuat terkait putusnya hubungan yang terjalin antara atasan mereka itu dengan kekasihnya. Mereka yang telah lama bekerja di kantor itu hampir semua telah tahu jika Zivanna punya kekasih kaya raya yang kerap menjemputnya menggunakan mobil sport keluaran terbaru.

Namun begitu tak banyak yang tahu wajah pria idaman masa kini itu. Pria itu hanya menunggunya diparkiran dan tak pernah menampakkan batang hidungnya dihadapan para karyawan Freddy partner.

Ditengah tangannya yang sibuk menggeser laptopnya Zivanna dikejutkan oleh sentuhan pelan dipundaknya. Ia segera menoleh dan melihat Fredi tersenyum manis padanya. Atasan sekaligus seniornya di kampus itu memang menunjukkan rasa lebih padanya, namun Fredi harus menelan pil pahit ketika ia tahu saingannya adalah Firman Hadiwijaya, konglomerat muda sekaligus teman masa kecil Zivanna.

Namun mendengar rumor yang beredar belakangan tentang sikap murung Zivanna membuat Fredi terbawa pikiran kemana-mana, benarkah Zivanna putus dari Firman, ia hanya ingin memastikannya.

Edelweiss (TAMAT)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora