24. DON'T CLICK ! YOU NEVER KNOW

Depuis le début
                                        

"Kenapa kesal begitu?" tanya Rose sambil tersenyum sinis saat melihat respon Lolita yang kesal.

Lolita mengerjapkan matanya dua kali, "Aku pulang cepat hari ini, bye!" Lolita langsung pergi dengan terburu-buru.

"Bukankah hari ini pulang cepat? Ada apa dengannya?" tanya Norvin bingung melihat Lolita.

"Aku pulang!" Rose langsung pergi meninggalkan teman-temannya, tapi Norvin langsung mengejarnya karena ingin berbicara dengan Rose.

"Rose," panggil Norvin tapi Rose tidak menghentikan langkahnya.

Norvin berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Rose, "Kau belum menjawabnya," ucap Norvin membuat Rose mengernyitkan dahinya bingung.

"Apa maksudmu?"

"Kau mau masuk universitas mana?"

"Rahasia, hanya aku yang tahu."

"Apa kau akan masuk ke universitas kedokteran?"

"Untuk apa aku masuk ke sana? Aku tidak mau."

"Lalu?"

Rose menoleh sekilas, "Aku ingin menjadi polisi," jawab Rose sambil tersenyum tipis.

"Apa? Polisi? Bukannya kau tidak peduli dengan semua masalah orang lain? Kenapa malah ingin menjadi Polisi?" tanya Norvin bingung. Dia pikir Rose akan mengambil kedokteran karena gadis ini sangat pintar tentang sains, tapi kenapa tiba-tiba dia ingin menjadi polisi?

"Hanya ingin mencobanya saja. Siapa tahu aku berhasil, kan?" tanya Rose sambil tersenyum. Rose menghentikan sebuah taksi lalu masuk ke dalam, tidak biasanya Rose naik taksi, apa dia sedang ada masalah dengan ibunya?

Rose pulang ke rumahnya dan melihat ibunya sedang duduk santai di luar rumah sambil meminum secangkir teh dan membaca majalah.

"Ibu," panggil Rose menghampiri ibunya.

"Selamat," ucapnya tapi wajahnya terlihat biasa saja.

Senyum yang tadi ditunjukkan Rose surut begitu saja saat melihat ibunya terlihat biasa saja, "Aku tidak menggunakannya lagi. Nilai itu adalah murni dari kerja kerasku sendiri," jelas Rose sambil tersenyum dan berharap ibunya mengucapkan selamat dengan tulus.

Rashi mengangguk lalu dia memberikan buku tebal kepada Rose, "Pelajari itu. Ibu ingin kau masuk universitas kedokteran," ucapnya membuat Rose sedikit terkejut.

Rose menghela napasnya lelah saat melihat ibunya, "Aku sudah memutuskannya sendiri," ucap Rose datar.

"Apa? Kau mau menolaknya?"

"Iya aku menolaknya. Aku ingin mengambil jalan yang aku inginkan, bukan yang Ibu inginkan," jawab Rose bernada tegas membuat Rashi mendongakkan kepalanya melihat putrinya yang membantah.

"Memangnya kau mau masuk ke mana?"

"Kepolisian, aku ingin masuk ke sana."

Rashi bangun dari duduknya lalu tertawa tidak percaya, "Untuk apa masuk ke sana? Kau itu perempuan, kalau kau bersikeras ingin ke sana aku tidak akan membiayai mu," ancamnya membuat Rose terkejut.

"Apa maksud Ibu? Kenapa tidak mendukungku? Aku sudah bekerja keras selama ini. Kenapa Ibu seenaknya seperti ini?" tanya Rose kesal pada ibunya.

"Itu demi kebaikanmu sendiri, Ibu ingin melihatmu mengenakan pakaian Dokter."

"Tidak, ini bukan untuk kebaikanku tapi keinginan serakah Ibu."

Rashi memegang lengan Rose cukup kasar, "Kau mau menjadi seperti ayahmu, hah? Kau tidak belajar dari pengalaman masa lalu?" tanya Rashi dengan sorot mata tajamnya.

Rose menghela napasnya lelah, "Kenapa terus membahas itu lagi? Aku ingin mengambil jalanku sendiri, jangan terus membahas soal ayah karena itu sudah risiko pekerjaannya," tegas Rose kesal.

"Ibu hanya tidak ingin kau seperti ayahmu."

"Berhentilah mengkhawatirkan hal seperti itu. Aku lelah jika harus menuruti perkataan Ibu lagi, aku juga punya kehidupan sendiri. Aku lelah terkekang olehmu yang selalu menuntut ku untuk menjadi peringkat pertama, tapi saat aku mendapatkannya Ibu tidak juga berubah, aku sudah berusaha sampai saat ini, mengorbankan semua waktuku untuk masuk ke sekolah itu, belajar mati-matian sampai aku kelelahan dan insomnia karena memikirkan soal nilai yang bisa saja mengecewakanmu." Rose terengah-engah saat mengatakannya, bahkan matanya berkaca-kaca saat mengingat semua perjuangannya untuk masuk ke sekolah Andromexius School, bahkan Rose sampai tidak bisa tertidur dengan pulas karena memikirkan nilai yang bisa saja mengecewakan Ibunya, "Aku sudah dewasa sekarang. Bisakah Ibu menghargai semua usahaku selama ini? Bisakah tidak terlalu menuntut hal-hal yang tidak aku sukai? Bisakah untuk mendukung impianku? Dan bisakah tidak membahas kejadian masa lalu?" tanya Rose meneteskan air matanya tapi dia langsung menghapusnya karena tidak ingin terlihat lemah.

"Apa Ibu salah? Ibu menyayangimu, Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu karena Rose adalah anak satu-satunya yang Ibu punya. Bisakah menuruti keinginan Ibu sekali ini saja?" tanya Rashi memohon.

"Tidak, Ibu selalu bilang ini yang terakhir kalinya tapi kapan itu akan berakhir? Mau sampai kapan Ibu terus seperti ini? Aku juga punya kehidupan, aku tahu aku anak satu-satunya, selama ini aku tidak pernah mengecewakan mu dengan nilai ku yang hampir sempurna, karena dengan itu aku bisa secara perlahan ke luar dari ini semua. Aku ingin ke luar dari ini semua, aku lelah bahkan rasanya aku ingin menyerah. Tapi aku sadar, jika aku menyerah bagaimana nasibku kedepannya? Apa aku bisa bertahan? Apa Ibu akan mengurungku seperti dulu lagi karena nilai ku yang jelek? A--aku." Rose menjeda perkataannya karena dia menangis terisak, "Aku ... tidak baik-baik saja selama ini, Bu," ucap Rose terbata-bata karena dia menangis sesenggukan dan sudah tidak tertahankan lagi.

Rashi hanya diam saja mendengar putrinya berbicara.

"A--aku tidak baik-baik saja selama ini karena semua keinginanmu yang ingin menjadikanku sempurna, tapi aku sadar aku tidak sempurna dan tidak selalu berjalan sesuai keinginan. Aku tidak tidur, aku insomnia, aku meminum obat tidur diam-diam karena tidak bisa tidur dengan nyenyak, Ibu tahu itu?! Aku tersiksa selama ini!" teriak Rose dengan suaranya yang serak karena menangis. "Bisakah Ibu mendukung keinginanku? Bisakah hentikan semua ini? Aku tertekan selama ini, dari luar aku memang terlihat baik-baik saja, tapi tahukah Ibu kalau aku sangat tersiksa menjalaninya. Aku terus mengikuti keinginan Ibu, mengikuti les yang hampir berjalan setiap hari, Ibu pikir aku tidak lelah? Ibu pikir aku ini robot? Aku manusia, aku lelah setiap hari, aku tidak baik-baik saja, aku tersiksa di dalam tapi baik-baik saja saat di luar. Aku angkuh, aku sombong saat di sekolah, itu semua aku lakukan karena ingin terlihat baik-baik saja. AKU BENCI DIREMEHKAN!" Rose berteriak dengan keras lalu dia langsung pergi ke dalam kamarnya dengan pipi yang basah oleh air mata.

Selama ini Rose tersiksa, selama ini Rose tertekan, dia selalu mengikuti semua keinginan ibunya, tapi ibunya seperti tak peduli dan malah semakin memeras tenaga Rose untuk belajar dan belajar. Apa dia berpikir Rose tidak kelelahan? Apa dia berpikir Rose adalah robot? Rose juga ingin hidup bebas tanpa kekangan, Rose ingin selalu didukung bukan terus dituntut melakukan ini dan itu tidak ada hentinya.

Kesalahan besar lebih banyak dilakukan orang dewasa, tapi terkadang orang dewasa selalu menyalahkan sesuatu pada anak kecil. Orang dewasa tak seberani anak kecil, bahkan mereka tak berani mengakui kesalahan.

DON'T CLICK

Don't Click [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant