24. DON'T CLICK ! YOU NEVER KNOW

Mula dari awal
                                        

Seorang laki-laki ke luar dari ruangan dan menghampiri Lucas dan langsung menamparnya dengan keras sampai terdengar suara plak di seluruh ruangan.

Lucas memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari ayahnya sendiri.

"Lagi-lagi mempermalukan ku. Apa kau tidak pernah belajar, hah?! Aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu, kenapa selalu saja di peringkat terakhir? Apa yang salah dengan otakmu? Dasar anak bodoh," ucapnya dengan suara yang keras, membuat hati Lucas merasa sakit hati mendengarnya.

Lucas menurunkan lengannya lalu tangannya terkepal kuat saat melihat ayahnya, "Kenapa harus berkorban? Aku tidak meminta kau untuk berkorban," balas Lucas dengan mata yang memerah menahan air mata yang siap turun.

Lucas mendapatkan nilai 80 dari pelajaran kimia dan fisika, lalu kenapa? Apa yang salah dengan nilainya? Masih untung Lucas tidak mendapat nilai nol.

Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat di pipi Lucas karena dia berusaha melawan, pipinya bahkan lebih panas dari sebelumnya.

Tidak ada yang berani melerai dari pertengkaran ayah dan anak itu.

Mereka hanya diam dan menyaksikan.

"Berani-beraninya kau mengatakan itu! Aku sudah bersusah payah menyekolahkan dan memberikanmu fasilitas, tapi kau malah mendapat nilai yang jelek. Mau jadi apa kau?!" tunjuknya dengan emosi yang meluap.

"Kenapa selalu merendahkan ku? Memangnya apa yang salah dari nilai ku? Nilai ku delapan puluh, lalu kenapa?! Kenapa menyekolahkan ku kalau kau malah merendahkan ku?" tanya Lucas marah dan kesal pada ayahnya sendiri yang selalu merendahkan dan meremehkan Lucas, jika Lucas mendapatkan nilai tinggi dia akan selalu memuji Lucas, tapi saat nilainya jelek dia malah menghinanya, kenapa manusia selalu tidak merasa puas? Memangnya kenapa kalau tidak sempurna? Bukannya mendukung putranya, laki-laki ini malah semakin menuntut anaknya untuk menjadi sempurna, memangnya siapa dia?

"Aku adalah donatur terbesar di sekolahmu, seharusnya kau tidak mempermalukan ku. Apa yang salah dengan otakmu?"

"Iya! Ada yang salah denganku," tegas Lucas yang saat ini benar-benar sedang marah, "KAU! KAU MASALAHNYA!" lanjut Lucas dengan suara yang meninggi membuat beberapa orang yang berada di luar menjadi terkejut mendengar Lucas mengatakannya dengan sangat keras.

"Anak sialan ini!" Laki-laki itu akan mengangkat tangan dan hendak menampar Lucas kembali tapi—

"Bisakah tidak menamparku lagi? Memangnya kenapa kalau aku terlahir menjadi anak yang bodoh? Apa yang salah? Kenapa melahirkan aku kalau kau malah merendahkannya? Bisakah menghargai pencapaian ku saat ini dan seterusnya?" tanya Lucas yang air matanya langsung turun saat mengatakannya. "Bisakah untuk tidak meremehkan ku? Bisakah kau ... menjadi Ayah yang baik?" tanya Lucas sembari mengusap air matanya. "Tidak bukan itu yang aku mau, tapi ... bisakah aku tidak terlahir di keluargamu?"

Lagi-lagi tamparan itu mendarat mulus, "Apa kau bilang?! Aku sudah membesarkan mu dengan susah payah tanpa kehadiran seorang ibu, dan begini balasan mu?!" Dia mencengkeram kerah baju Lucas membuat beberapa security yang sejak tadi hanya menyaksikan dan tidak berani berbicara akhirnya melerainya.

Napas Lucas terengah-engah, wajahnya memerah menahan amarah, "KENAPA?! KENAPA AKU HARUS DILAHIRKAN?! Aku berharap di kehidupan selanjutnya aku tidak mau menjadi anakmu lagi! Aku ingin menjalani kehidupan yang baik-baik saja tanpa paksaan dari orang-orang yang bersembunyi dibalik kata ayah. Aku membencimu! Tidak aku tidak membencimu, tapi aku menyesal telah hadir di tengah-tengah keluarga yang sudah gila!" teriak Lucas tak tertahankan lagi. Dia menangis di sana, rasanya dia sudah tidak peduli dengan semua julukannya, dia tidak peduli lagi. Persetan dengan semua itu, yang terpenting adalah Lucas bisa mengeluarkan semuanya dari dalam hatinya. "Bisakah kau mengirim ku ke luar negeri saja hari ini?" tanya Lucas sambil tertawa tapi air matanya terus mengalir.

Don't Click [END]Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang