"Memang siapa ayahnya?"
"Ayahnya adalah seorang donatur terbesar di sekolah ini. Jadi dia sangat disegani oleh guru-guru di sini. Kau pasti tahu apa yang aku pikirkan, kan?" tanya Gior sambil melihat Nevan yang melamun memikirkan sesuatu.
"Ah ... jadi ayahnya marah karena malu? Baiklah aku mengerti, dan sekarang aku tahu kelemahan Lucas," ucap Nevan sambil tersenyum sinis.
Sekarang Nevan tahu apa yang Lucas benci, yaitu ayahnya sendiri. Ayahnya adalah sebuah masalah bagi Lucas, Lucas terlihat berani dari luar, tapi di dalam, dia sangat takut dengan ayahnya sendiri.
***
Seorang wanita sedang menunggu kehadiran seseorang di depan gerbang, tapi sepertinya semua orang telah ke luar semua.
"Aku rasa Lolita sudah pulang. Padahal aku ingin meminta keterangannya soal kejadian itu," gumamnya sambil terus mencari Lolita, tapi sepertinya gadis itu sudah pulang cepat hari ini, alhasil dia sama sekali tidak mendapat apapun di sini.
Zetta yang sudah berulang kali bolak-balik ke rumah dan pergi ke sekolah ini untuk bertemu Lolita selalu mendapat hasil yang tidak memuaskan, karena Lolita seperti tengah menghindar dari Zetta karena kejadian itu.
Padahal niat Zetta ingin membantunya, tapi gadis remaja itu sama sekali tidak tertarik. Zetta berjalan sendirian, berharap dia bertemu seseorang yang dikenalnya. Tapi dia malah melihat seorang wanita sedang bertengkar dengan orang-orang yang berpakaian seragam siswa.
"Cepat minta maaf padanya," titahnya pada lima orang anak laki-laki yang sepertinya tidak tampak seperti siswa Andromexius School.
"Memangnya kau siapa? Kau bukan guru di sekolahku. Kau tahu apa? Dia berhutang pada kami, kami hanya menagih. Apa yang salah?" tanya seorang laki-laki yang terlihat seperti ketuanya.
"Apa tidak ada cara lain selain memukulnya? Kalian itu pelajar, bukannya preman. Jika orang tua kalian mengetahuinya, astaga," jawabnya sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Kami tidak punya orang tua. Lalu?"
"Ada apa ini?" tanya Zetta melerai pertikaian mereka dengan sengaja memakai identitasnya sebagai polisi.
"Si--siapa?" tanya laki-laki itu terlihat gugup saat membaca name tag Zetta.
"Aku polisi." Zetta menunjukkan identitasnya. "Kalian mau menyelesaikannya di kantor atau di sini?" tanya Zetta membuat mereka keheranan.
"A--apa tapi—"
"Baik. Ayo ke kantor bersama, ini mungkin akan membutuhkan waktu yang lama, jadi kalian memang ingin menyelesaikannya di sana?" tanya Zetta lagi.
"Ti--tidak perlu."
"Baiklah. Minta maaflah padanya," tunjuk Zetta pada seorang siswa yang berpakaian sama seperti yang lainnya tapi beda nya dia terlihat berantakan karena kelakuan anak-anak preman ini.
"Maaf."
Zetta memukul bahu mereka satu persatu, "Yang benar! Minta maaf yang benar! Kalian tidak diajarkan caranya minta maaf, hah?" tanya Zetta terlihat sangar.
"Kami minta maaf."
"Bagus. Sekarang minta maaflah pada guru ini," tunjuk Zetta pada wanita di sampingnya.
"Kami minta maaf, kami bersalah."
"Bagus. Awas saja kalau aku melihat kalian lagi, aku akan membawa kalian ke kantor, pegang kata-kata ku, mengerti?!" tegas Zetta membuat mereka terkejut karena suara Zetta yang cukup keras seperti seorang pemimpin.
"Baik, Bu!"
"Pergilah." Zetta membubarkan mereka semua dan beralih ke arah wanita di sampingnya.
"Bu Sophia tidak apa-apa?" tanya Zetta basa-basi.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih," ucapnya sambil tersenyum.
Zetta mengangguk, "Kalau ada masalah seperti ini hubungi aku saja, aku akan membantu," kata Zetta sambil tersenyum tulus.
"Kenapa ada di sekitar sekolah? Apa ada masalah?" tanya Sophia penasaran karena sadar akan keberadaan Zetta di dekat sekolah.
Zetta berpikir sebelum menjawab, "Tidak ada masalah, aku hanya kebetulan lewat," jawab Zetta tersenyum kaku.
"Apa kasusnya masih berjalan?"
"Tentu saja, kita masih mencarinya, bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun aku akan mencarinya," jawab Zetta serius.
Sophia tertawa pelan, "Aku akan membelikan kopi untukmu, mau?" tawarnya.
"Tidak perlu, aku tidak minum kopi. Lagi pula aku harus kembali ke kantor," jawab Zetta.
"Oh begitu ... aku kira kau ke sini untuk bertemu dengannya."
"Siapa?" Zetta berpikir, "Oh dia ... tidak aku tidak mencarinya. Aku bisa menelponnya kalau mau."
"Begitu ...." Sophia tersenyum kaku.
Zetta mengangguk lalu dia melihat taksi lewat dan menghentikannya, "Aku pergi dulu," pamit Zetta sambil membuka pintu taksi dan masuk.
Sophia hanya tersenyum ramah saat Zetta melambaikan tangannya dengan kaku.
***
Lucas baru saja turun dari mobil jemputan yang khusus untuk mengantar dan menjemputnya, tanpa Lucas sadari seorang laki-laki yang usianya sudah berusia 45 tahun menunggunya di ruang tamu.
Tidak seperti biasanya.
Pasti ada maunya.
Lucas pura-pura tidak melihat keberadaannya dan hendak pergi, tapi laki-laki yang biasa disebut ayah memanggilnya, "Lucas," panggilnya dan Lucas berhenti melangkah, "duduk!" titahnya bernada tegas.
Lucas menghela napasnya dan berpikir baik-baik, karena hari ini Lucas tidak ingin ada keributan lagi, "Ada apa?" tanya Lucas sambil duduk berjauhan dengan ayahnya sendiri.
"Besok aku akan datang ke sekolahmu. Jangan mempermalukan ku," tuturnya membuat Lucas terdiam. Ada satu ketakutan di dalam hatinya, di mana setiap siswa Andromexius School merasa senang dengan adanya ujian, tapi tidak dengan Lucas, dengan adanya ujian seperti ini membuatnya terlihat ... menyedihkan dan takut jika kejadian itu terulang kembali.
Lucas mengangguk sebagai jawaban.
"Aku sudah mengorbankan segalanya untukmu setelah ibumu meninggal. Jadi jangan kecewakan aku lagi. Mengerti?!" tegasnya sambil melihat putra satu-satunya.
Lucas menghela napasnya pelan lalu mengangguk karena tidak ada gunanya jika dia melawan. Lucas bangun dari duduknya lalu meninggalkan ayahnya sendirian. Lucas sangat membenci menjadi anak satu-satunya keluarga, entahlah rasanya seperti banyak kesalnya dari pada bahagianya.
Lucas merebahkan tubuhnya di ranjang untuk beberapa menit lalu bangun saat merasa ada yang mengirim pesan lewat ponselnya.
Tidak dikenal
Lawanlah dia. Untuk apa terus diam saat harga dirimu diinjak-injak? Bukankah kau sudah menahannya sangat lama? Sekarang saatnya membalas.
Lucas terdiam saat membaca pesan dari seseorang yang nomornya tidak terdaftar di ponselnya. Siapa dia? Kenapa mengirim pesan seperti ini? Rasanya sekarang dia seperti seorang pecundang yang sedang bersembunyi, apa Lucas terlihat sangat menyedihkan?
DON'T CLICK!
YOU ARE READING
Don't Click [END]
Mystery / ThrillerAkibat salah click di sebuah video yang dilarang dibuka disitus tersembunyi, seorang murid dari sekolah elit Andromexius School meninggal begitu saja tanpa sebab, pelaku pembunuhan tidak berwujud, dan misterius. Banyak dari mereka yang tidak mengeta...
23. DON'T CLICK ! PEMARAH
Start from the beginning
![Don't Click [END]](https://img.wattpad.com/cover/187747029-64-k900961.jpg)