Agam Ero Johanson [04] | Drama menyakitkan dimulai

178 18 0
                                    

"Ah, males gue sebenenya (Nam)," dumel Dinda kesal. Pasalnya malam ini gadis itu tengah bersamaku di dalam taksi untuk menuju timezone tempat dimana Kak Agam ingin bertemu denganku. Namun sayangnya bukan aku yang akan menemui Kak Agam, melainkan Dinda.
Iya, Dinda. Aku meminta bantuan kepada gadis itu untuk membantuku. Meski terdengar konyol memang.

"(Nam), kalo tuh cowok jelek gimana coba? ah, gue nggak mau lagi bantuin lo kalo beneran gitu!" dengus Dinda membuatku menatapnya dengan kekehan.

"Engga, percaya deh sama aku. Kak Agam tuh... ganteng Din, baik, perfect pokoknya," jelasku sembari menerawang kaca mobil di samping Dinda. Aku jujur, Kak Agam memang seperfect itu. Makanya aku meminta Dinda dalam hal ini. Aku hanya.... takut.

"Emang lo pernah liat mukanya?"

"Iya, dia pernah kirim poto dia pas lagi liburan ke puncak."

"Lo yakin kalo itu dia? bisa aja kan ngambil di pinterest," sewot Dinda sembari mendengus melipat tangan di dada.

"Engga Din. Percaya deh. Udah ah, nanti kan kamu ketemu sama dia."

"Awas kalo gak sesuai sama yang lo omongin."

Aku hanya mengangguk mengiyakan saja agar Dinda kembali diam.
Aku menautkan tangan, masih bertanya apakah yang aku lakukan ini benar atau salah?
Apakah Kak Agam merespon baik jika Dinda lah yang menjadi diriku?
kulirik Dinda yang tengah sibuk memainkan ponselnya. mengamati gadis itu yang malam ini terlihat cantik, meski nyatanya setiap hari dia selalu cantik.
Hanya liptint dan maskara saja yang dipakai sudah secantik ini.

Kak Agam pasti terpesona, aku yakin itu;batinku sedikit meringis membayangkan apa jadinya  kalau akulah yang menemui Kak Agam. Mungkin keesokkan harinya lelaki itu akan menghilang, dan aku tidak mau itu terjadi.
Maka dari itu aku akan sedikit membatasinya dengan membohongi lelaki itu.

Maafin aku Kak Agam.

Taksi yang aku tumpangi dengan Dinda sudah berhenti di tempat yang akan kita datangi. Setelah membayar taksi, aku dan Dinda langsung berjalan masuk kedalam timezone.

Aku berjalan di samping kanan Dinda. Astaga, aku merasa gagal menjadi perempuan. Aku sama sekali jauh dari Dinda yang tubuhnya tinggi semampai. Sedangkan aku seperti bolu bantet.
Bayanganku semakin yakin, Kak Agam akan kabur saat aku mencoba berjalan mendekat ke arahnya.

"Dimana orangnya?" tanya Dinda kesal yang berjalan disebelahku.

"Dia lagi nunggu di sebelah boneka capit," jelasku pada Dinda saat membaca isi pesan Kak Agam barusan.

Langsung saja aku menarik lengan Dinda menuju tempat tersebut. Aku merapalkan doa dan permintaan maaf kepada Kak Agam, pasalnya aku harus berbohong seperti ini.
Sebenarnya ingin sekali aku langsung yang bertemu dengan Kak Agam, saling melepas rindu dan mengobrol bebas tanpa harus melalui pesan. Namun aku harus sadar jika itu tidak akan pernah terjadi.

Aku berhenti pada jarak 10 meter dari tempat Kak Agam berdiri. Lelaki itu tengah berdiri sembari menolehkan kapala seolah menunggu seseorang, yakni diriku yang harus kugantikan menjadi Dinda.

"(Nam) mana ihh... jangan bilang cowok tua itu ya?" celoteh Dinda sembari menunjuk seorang pria tua berperut buncit tengah berdiri disebelah permainan boneka capit pula.

Aku menggeleng sembari terkekeh, "bukan itu Din, tapi yang itu," ujarku menunjuk sosook Kak Agam berdiri menggunakan kemeja kotak-kotak dengan dalaman kaos hitam polos serta celana jeans. Tak lupa memakai gelang hitam yang entah aku tidak tahu namanya, namun Kak Agam memang suka sekali memakai ataupun mengoleksinya; sebab ia selalu memberitahuku jika sehabis membelinya.

Dinda menatapku penuh selidik dengan mimik wajah tak percaya.
"Lo nggak boong kan (Nam)?"

"Engga," jawabku cepat sembari menggeleng.

IMAGINE BOYFRIENDOn viuen les histories. Descobreix ara