Agam Ero Johanson [03] | Sebuah ide

169 21 2
                                    

Aku baru saja selesai mandi, aku memakai kaos berwarna peach yang terlihat besar sekali dibadanku. Rasanya aku seperti tenggelam dalam kaos ini.
Aku tengah berdiri di depan cermin, memutar-mutar tubuhku sembari meneliti. Setelahnya aku mendesah lemas.

"Nggak bodygoals," lirihku.

Aku memegang kedua pipiku yang rasanya semakin mengembang saja.
"Nambah gendut juga," desisku cemberut.

"Kok Dinda bisa bagus gitu ya badannya. Tinggi, bodygoals banget, cantik pula."

"Arghh!! tau ah!" geramku sembari berjalan menuju kasur sembari mengusak rambutku yang basah.

Tatapanku jatuh pada ponselku yang belum aku buka sejak jam 9 tadi.
Lagipula tidak ada hal penting lagi.

Karena penasaran aku membuka ponselku dan menghidupkan data.
Tidak ada pesan masuk. Ada, namun hanya 2 orang. Yakni;Dinda yang menanyakan kaos tadi pagi dan belum sempat kubaca dan Kak Rahma yang memberitahuku besok aku libur kerja lagi.

Tatapanku fokus pada satu nama kontak yang tak kunjung memberiku balasan pesan. Padahal sudah dibaca olehnya. Mungkin benar Kak Agam menghilang.

Baiklah, rasanya aku memang tidak diperbolehkan merasakan cinta di dunia maya maupun nyata.

Padahal saat bertukar pesan dengan Kak Agam aku selalu merasa nyaman dan nyambung. Namun rasanya hanya aku saja berharap lebih. Lagipula Kak Agam adalah lelaki dewasa, sibuk dengan kuliahnya, ditambah pasti banyak perempuan yang lebih menarik hati berseliweran didekatnya. Jelas aku tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka.

Baiklah, sekarang aku hanya harus fokus kepada pekerjaanku.

Ting!

Aku mengerjap segera mengambil ponsel yang kugeletakan diatas bantal.
Sebuah rasa senang seketika menyeruak, aku tidak munafik jika masih mengharapkan Kak Agam.

____________________________________
Kak Agam❤
online
____________________________________

Maaf kalo aku malah spam
semangat kuliahnya bby:)

19 oktober

Bbyyy❤❤
maaf aku gk ngabarin km
tugas aku banyak bgt kemaren kemaren
aku gk bosen sm km kok
jgn bilang gt ya
aku sayang sama km bby❤

tp kalo km emng udh punya pacar gapapa
kak agam bilang aja, nanti aku bakal berenti spam kak agam kok

aku gasuka km manggil aku kak ya bby
aku tetep jadi bby kamu

aku cuma takut kak agam ada pacar disitu
makanya aku gk berani buat manggil gt lg

engga sayangg
aku gk ada pacar
hati aku cuma buat km
justru aku mau kasih tau km sesuatu

apaan?

aku lg dirumah nenek aku
satu kota sama tempat km
jd kita bisa ketemu
gimana kalo kita besok ketemu, di timezone ya jam 7
aku tunggu bby
aku off dulu ya
lagi ada acara keluarga
love u bby❤

____________________________________

Aku diam seketika membaca pesan terakhir yang Kak Agam kirimkan tanpa aku balas.
Rasanya seperti mendengar guntur; kaget, sangat.
Kak Agam memintaku untuk bertemu dengannya?
lalu apakah aku harus menurutinya.
Selama ini Kak Agam memang tidak menuntut aneh-aneh terhadapku, pantas jika lelaki itu memintaku bertemu dengannya. Sebab aku yakin Kak Agam penasaran dengan diriku, wajahku.

Dan... itu membuatku takut. Aku jauh dari impiannya tentu saja.
Aku tidak secantik perkiraan Kak Agam.
Aku takut saat bertemu nanti Kak Agam akan menghindar setelahnya. Aku takut.

Atau lebih baik aku berhenti hubungan dengan Kak Agam? tapi aku sudah terlalu sayang dengan lelaki itu.

Aku takut kita berbeda. Kak Agam anak tunggal yang sering ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Bahkan ia sejak kecil terbiasa diasuh oleh pembantunya. Lelaki itu sudah jelas terdengar dari orang terpandang.
Sedangkan aku, disaat umurku 2 tahun, Ayah pergi entah kemana tanpa diketahui. Pasalnya terlilit hutang. Membuat Ibuku harus bekerja mencari uang untuk membayar hutang Ayah. Hal itu membuat Ibuku pergi mencari kerja. Namun hal tersebut menjadi kesempatan Ibu untuk kabur. Sampai akhirnya aku diasuh oleh Bibiku yang untungnya baik sekali.
Hingga akhirnya aku lulus Sekolah lalu merantau ke kota ini.

Aku sendiri selama ini. Dan cuma Kak Agam yang kupunya. Lalu apakah setelah lelaki itu mengetahui kehidupanku yang sebenarnya, ia akan pergi juga?
Aku rasa iya. Jadi aku memang harus menghentikannya sebelum Kak Agam membuatku kecewa lebih dalam lagi.
Seharusnya aku lebih sadar diri sejak pertama kali bertukar pesan dengan Kak Agam.

Aku menghapus air mataku, menarik napas dalam agar rasa sesak itu hilang perlahan.

"Apa aku minta bantuan Dinda aja ya?" pikirku menerawang cermin di depanku yang memperlihatkan wajahku yang sembab.

"Mending aku suruh Dinda buat jadi aku aja. Seenggaknya ini gak bikin Kak Agam terlalu kecewa," ujarku sembari mengangguk-anggukkan kepala mantap.

***

"Din..."

"Dindaaa.."

Pagi ini aku mengetuk pintu kamar Dinda yang kurasa anak itu belum bangun. Sebab memang jam kuliahnya sedang tidak ada.

"Din--"

"Apasih (Nam)? masih pagi juga ribut banget!"
Dinda baru saja muncul membuka pintu kamarnya.

Aku meringis lalu menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Maaf kali Din. Aku cuma mau minta bantuan ke kamu."

Dinda menguap lalu mengucek sebelah matanya, rambutnya acak-acakan sangat. Namun anehnya ia sama sekali tidak terlihat jelek. Berbeda denganku. Jauh sekali. Bahkan tinggiku hanya sebatas bahunya saja. Miris.

"Kita ngobrol di dalem kamar kamu aja ya."

"Hah?"

Selanjutnya aku menarik tangan Dinda masuk kedalam kamar kostnya lalu menutup pintu.

Aku harap semoga yang aku lakukan tidak mengecewakan Kak Agam.

✨❇✨

DIKIT SIH EMANG
LAGI GAK MOOD NGETIK AKHIR AKHIR INI
JADI SEMOGA KEMBALINYA AGAM DAPAT MENGHIBUR KALIAAAANNN

HAVEFUN:)

IMAGINE BOYFRIENDWhere stories live. Discover now