Adega Altawijaya [01] | Simpanan

1.2K 43 0
                                    

SIAP BAPER?
SIAP GIGIT BANTAL?
SIAP SENYUM SENDIRI?
TARIK NAPAS..... BUANG!
SIAPKAN HATI YANG KUAT WAHAI PARA JOMLO:(

[ps: Jadi cerita ini dibuat dimana pembaca yang akan menjadi tokoh utama. Ketika menemui kata (Namakamu) maka disitu nama kamulah yang disebut.
Begitupula dengan kata (Nam) maka nama kamu dipanggil setengah.
Ex: (Namakamu)    > Soya
       (Nam)                  > Soy

HAPPY READING!

✨❇✨

Siapa yang mau hidup susah di dunia ini? biar kutanya, siapa yang mau hidup susah di dunia ini? tidak ada, tidak satupun yang mau. Aku yakin tidak ada manusia yang betah hidup susah di dunia. Sulit mendapat uang, dan semua bisa didapatkan hanya dengan uang. Aku paham kalimat 'Tuhan tidak akan memberikan ujian yang lebih dari kemampuan hambanya', Aku paham kalimat 'Masih banyak orang diluaran sana yang lebih menderita'. Aku paham dan aku tahu. Tapi bukankah manusia juga ada batas kesabarannya? Manusia juga makhluk lemah. Dimana setiap kali mendapat terpaan masalah hanya bisa menangis, mengeluh dan lelah. Itu menderita, tentu. Sangat malah. Dan aku benci dunia susah itu. Maka aku telah berusaha agar tidak ada kata susah lagi dalam hidupku, dengan membuang semua harapanku serta mimpiku demi bisa mendapatkan uang yang kubutuhkan. Yang Ibuku butuhkan.

Jika kau tanya mengapa Ayahku tidak bekerja, beliau pergi. Beliau pergi entah kemana tanpa memikirkan tanggungjawabnya pada ibuku dan diriku. Jahat? jangan ditanya. Biarkan Tuhan yang membalas.

Selama ini aku menyamar disekolah, berpura-pura layaknya siswi pada umumnya yang hanya tahu mengenai belajar dan belajar. Ada sesuatu rahasia yang kusembunyikan selama ini. Menjadi simpanan Om-Om. Tidak punya harga diri? haha... Asal kalian tahu, prinsip itu sudah kubuang jauh-jauh dalam diriku sejak sebuah kenyataan menamparku, kenyataan dimana ibuku sakit-sakitan dan tidak bisa lagi bekerja untuk membayar uang sekolahku. Tidak ada lagi kata harga diri dalam sejarah hidupku. Tidak, tidak sama sekali.

"Sayang... ayo masuk."
Itu suara Om Edgar menyuruhku masuk kedalam mobilnya. Hari ini aku ada janji untuk menemaninya disebuah bar, tempat dimana biasanya aku selalu menemani pria yang berumur 30-an itu bermain judi. Iya, hanya sekedar memaninya duduk sembari melihatnya bermain tanpa aku mengerti cara bermain judi tersebut. Tak ayal kadang aku harus rela menahan pusing saat bau alkohol dan asap rokok menyeruak masuk kehidungku. Serta suara dentuman musik dan cahaya lampu kerlap-kerlip yang membuatku tidak nyaman. Semua kulakukan demi bisa membayar uang sekolahku.

"Hari ini pulang jam berapa om?" tanyaku menoleh kearah Om edgar yang fokus menyetir mobilnya.
Jika kalian pikir pria ini adalah lelaki tua yang berperut buncit serta mempunyai istri dan anak. Kalian salah besar. Awalnya aku juga berpikiran seperti itu, namun saat melihat wajah tampannya aku sampai tertegun beberapa detik.
Om Edgar adalah pria berumur 30 tahun yang masih lajang serta mempunyai paras yang tampan. Sungguh, aku tak berbohong.

Pria itu menatap balik ke arahku dengan senyum menawannya, "Jam satu, kenapa? kamu keberatan?"

Aku menggeleng, "engga kok."
Bagaimanapun juga aku tidak bisa menolaknya. Pria itulah yang memberiku uang, jadi akan sangat kurang ajar jika aku menolaknya.

Mengenai mengapa aku mau menjadi pendampingnya dibar, Om Edgar sudah tahu alasannya. Ya, tentu saja aku bercerita kepadanya mengenai kondisi keuangan keluargaku.
Aku bertemu dengannya di sebuah aplikasi pertemanan online. Awalnya aku hanya iseng, namun ternyata pria itu juga butuh seseorang yang mau menemaninya saat bermain di bar. Saat pertama kali bertemu pun aku sangat canggung dan malu. Namun Om Edgard memakluminya. Itulah kenapa aku bersyukur menemukan pria yang bisa dikategorikan baik.

IMAGINE BOYFRIENDWhere stories live. Discover now