Rayyan Altama Pramuda [01] | Permulaan yang menyenangkan 18+

422 24 0
                                    

SIAP BAPER?
SIAP GIGIT BANTAL?
SIAP SENYUM SENDIRI?
TARIK NAPAS..... BUANG!
SIAPKAN HATI YANG KUAT WAHAI PARA JOMLO:(

[ps: Jadi cerita ini dibuat dimana pembaca yang akan menjadi tokoh utama. Ketika menemui kata (Namakamu) maka disitu nama kamulah yang disebut.
Begitupula dengan kata (Nam) maka nama kamu dipanggil setengah.
Ex: (Namakamu) > Soya
(Nam) > Soy

HAPPY READING!

✨❇✨

Sudah 6 bulan lebih lamanya aku selalu ada untuk Tama. Cowok tampan, anak dari pemilik SMA Taruna ini. Dulu aku menolak saat awal masa-masa pendekatan, karena kurasa Tama terlalu sempurna untuk mendekatiku yang notabenenya hanyalah seorang yatim piatu yang kebetulan mendapat beasiswa agar dapat bersekolah di sekeolah elit ini.

Namun siapa sangka, perhatian dan kelembutan Tama membuatku luluh seketika.

Aku bukanlah gadis suci, bukan pula yang begitu taat kepada agama. Aku hanya seonggok manusia yang ditakdirkan hidup tanpa adanya orangtua. Sejak bayi aku hidup di dalam panti asuhan.

Sampai akhirnya suatu ketika aku merasakan penyesalan yang teramat akibat kesalahan yang kuperbuat bersama dengan Tama. Namun, lagi Tama menenangkanku. Membuatku sedikit lega akan kata-katanya.

"(Nam) udah jangan nangis lagi. Kita ngelakuin juga sama-sama suka kan?" kalimat barusan muncul dibarengi dengan rengkuhan hangat di badanku. Aku masih terisak, sesekali menaikan selimut tebal yang membungkus badanku yang polos ini.

"Ta-tapi aku takut Tam..."

"Sssttt.... udah-udah. Jangan dipikirin. Masih ada aku."

Lagi aku merasa lega dengan kalimat yang Tama Lontarkan. Memejamkan mata aku mencoba menenangkan pikiranku yang hampir saja meledak.

"Untung hari ini libur, kalo engga gimana coba?" kekeh Tama seraya mengecupi rambutku.

Aku cemberut mencubit perutnya yang polos. Pasalnya ia pun tidak memakai apapun di tubuhnya. Sama sepertiku.

"Awh! sakit bby."

"Rasain!"

"Dendam nih keknya ya?" ledek Tama dengan smirknya. Ia sudah melepaskan pelukannya.

"Itu nggak seberapa. Aku nih, masih perih Tam."

"Ututututuu... sini, sini, sini. Sini aku peluk bby."
Setelahnya aku benar-benar mendekat dan memeluk cowok itu dengan erat. Sungguh aku merasa begitu hangat saat bersamanya. Hanya Tama satu-satunya manusia yang mengerti aku. Aku hanya punya tama disaat sebatangkara seperti ini.

"Tama..."

"Bby!" titahnya menggeram tidak suka dengan panggilanku.

Aku mendongak di pelukanya lalu terkekeh merasa lucu dan gemas.

"Panggil bby, aku nggak suka kamu manggil nama kayak gitu," protesnya yang kini sudah tidak lagi memelukku namun aku masih setia merengkuh badannya.

"Gitu aja ngambek, iya deh iya bby."

"Nah gitu dong!" ujar Tama semangat kembali memelukku dengan erat.

"Bby, aku takut."

"Hmm?" gumam Tama menunduk mengecupi pucuk kepalaku.

"Aku takut kamu bukan buat aku..."

"Bby, jangan ngomong gitu ah. Sampe sekarang aku masih sama kamu kan buktinya--"

"Tapi kita gak tau kedepannya Tam--"

"Sssttt... Aku ada buat kamu. Selalu. Aku janji."

Sebenarnya aku tidak yakin akan janji Tama. Hanya saja percaya dengan ucapannyalah yang bisa aku lakukan. Lagipula aku hanya gadis biasa sebatangkara. Selain anak-anak panti, Tama lah yang menjadi sandaranku saat aku tidak bisa mengadu ke panti.
Aku harap akhir ini tidak menyedihkan. Aku harap begitu.

IMAGINE BOYFRIENDWhere stories live. Discover now