Nizar Deandre Kusuma [03] | Terlambat menyadari

444 42 18
                                    

LANJUT HALUNYA SIAP?

HAPPY READING

✨❇✨

Aku memang sudah putus dengan Kak Nizar. Namun, bukan berarti aku harus lari tanggungjawab dari pekerjaanku. Setidaknya aku harus profesional. Semoga aku tidak bertemu dengan Kak Nizar, karena... aku belum siap untuk melihat wajahnya.

"(Nam) kamu akhir-akhir ini kebanyakan ngelamun. Kenapa?"

Aku mendongak menatap Mbak Yura yang berdiri disebelahku.
"Engga kok Mbak," ucapku sembari tersenyum.

"Mbak," panggilku pada wanita itu. Mungkin seharusnya aku memberitahukan soal hubunganku dan Kak Nizar yang sudah putus.
"Aku sama Kak Nizar udah putus."

"Hah? serius?"

Aku lantas mengangguk membenarkan.

"Syukur deh! Bukannya apa-apa, tapi Mbak nggak mau kamu dikecewain lagi sama Nizar (Nam)."

"Iya Mbak, (Namakamu) ngerti kok. Makasih ya udah baik sama aku."

"(Nam), Mbak udah anggap kamu kayak adik kandung sendiri."

***

NIZAR POV

Putus?
Kemarin (Namakamu) memutuskan hubungannya denganku. Awalnya dia yang menyuruhku untuk memutuskan hubungan ini, tapi... aku tidak bisa.
Dan sialnya malah dia yang memutuskan hubungan ini. Sial! kenapa aku jadi tidak rela seperti ini. Padahal sudah lama aku pun ingin putus dengan (Namakamu).

Sial! sial! sial!

Buru-buru aku bangun dari kasur dan menuju kamar mandi.
Aku ingin segera ke cafe untuk melihat keadaan (Namakamu) eh-- bukan, maksudku keadaan cafe.
Sesegera mungkin aku harus melupakan (Namakamu), karena ini memang hal yang kutunggu-tunggu. Tidak seharusnya aku mennjalin cinta dengan gadis itu.
Seharusnya aku mencari pasangan sesuai standar dengan keluargaku, karena hal tersebut tidak membuat keduorangtuaku malu. Bahkan kemarin saat aku mambawa Luna, aku memperkenalkan (Namakamu) sebagai pelayan di cafe milikku. Bukan sebagai pacar.

Tapi... sial! kenapa aku malah semakin memikirkan (Namakamu)?

Tidak-tidak. Aku harus segera mandi untuk mendinginkan kepalaku.

***

Baru saja aku turun dari mobil, namun perasaan tak tenang langsung menyerangku. Dibalik pintu kaca cafe ini aku bisa melihat (Namakamu) yang sibuk mengantarkan pesanan bagi pelanggan.

Gadis itu... tampak ramah dan hangat.

Sial! kenapa aku jadi tidak tega saat melihatnya menangis kemarin.

Oh, ayolah Zar, kamu bisa lupain (Namakamu).

Dengan pelan aku membuka pintu cafe, bunyi lonceng yang dipasang khusus di atas pintu terdengar disetiap penjuru ruangan. Bahkan, (Namakamu) yang baru saja meletakkan pesanan di meja pelanggan langsung menoleh kearahku. Namun tidak berlangsung lama. Hanya tiga detik saja.
Sial! harus berapa kali aku mengumpat. Kenapa aku menjadi tidak rela seperti ini saat gadis itu tidak lagi menatapku dengan senyum ramahnya.

NIZAR POV END

***

Kali ini aku harus menebalkan benteng pertahananku. Aku harus menjaga mataku dari Kak Nizar. Ya, karena jika aku melihatnya maka aku akan semakin terluka. Ingat (Nam), sekarang kamu bukan siapa-siapanya Kak Nizar.

"(Nam) ini bahan makanan udah hampir habis. Kamu tanyain ke Nizar diruangannya ya!"

"Ta-tanyain apa mbak?" tanyaku gugup, baru saja aku melontarkan kalimat pemohon agar tidak lagi bertemu Kak Nizar, tapi Mbak Yura barusan malah menyuruhku untuk mendatangi ruangannya.

IMAGINE BOYFRIENDWhere stories live. Discover now