Chapter 9

234 14 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi. Salsa masih menatap kertas yang sedari tadi di pegang nya.

Apakah ia harus ke Rooftop dan menemui Satya?

Apa ia harus kabur dan tidak mau bertemu dengan Satya?

Salsa masih bimbang dengan pilihannya. Suasana sekolah mulai sepi. Linda juga sudah di jemput oleh kakanya beberapa menit yang lalu.

Tak mau ambil pusing. Salsa berjalan hendak keluar gerbang. Namun lengannya lebih dulu di cekal dengan keras membuat tubuhnya linglung dan menabrak dada bidangnya.

Aroma maskulin menyeruak dalam hidung nya. Mengenali wangi farfum itu salsa sadar. Kalau itu adalah Satya.

"Lo mau kabur?!" Tanya Satya. Memicingkan matanya tajam. Mengunci pergerakan salsa.

"Eng—enggak kok"

"Gue gak suka pembohong!"

Bulu kuduk salsa merinding. Salsa takut situasi ini.

Satya kembali menarik lengan salsa. Memasukkannya ke dalam mobil. Lebih tepatnya membanting tubuh Sasa agar masuk.

Salsa mulai menitikan air mata takut. Takut jika Satya berbuat hal aneh nantinya.

"Biarkan aku pulang! Aku mohon! Hiks"

Satya benar benar menulikan telinganya. Acuh terhadap ocehan salsa yang minta keluar. Hingga akhirnya mobil Satya berhenti di tempat biasa Satya membawa salsa ke apartemen nya.

Setelah sampai. Satya membanting tubuh salsa ke atas kasur. Membiarkan wanita itu terus menangis.

"Mulai hari ini! Lo bakal tinggal sama gue!" Satya tampak tegas mengucapkan setiap kalimatnya.

Salsa kaget. Ia tidak bisa hidup seperti ini. Hidup bersama orang kejam seperti Satya.

"Enggak! Aku gak bisa tinggal di sini! Hiks" masih dengan air mata salsa memohon.

Namun percuma. Satya tidak akan membiarkan gadisnya pergi.

"Arghhh" Satya geram. Mengacak rambutnya frustasi. Menatap salsa sekilas dan kembali berbalik menutup pintu kamar. Menguncinya agar salsa tidak bisa kabur.

Sepertinya Satya harus membunuh orang. Untuk melampiaskan rasa amarahnya.

***

Hujan turun begitu derasnya. Seperti mendukung akan aksi Satya yang di lakukan ya pada malam ini.

Hujan itu sebagian dari iramanya setelah jeritan rasa sakit yang di rasakan korbannya. Alunan merdu. Satya menyukainya.

Satya memberhentikan laju mobilnya di tempat sepi. Beruntungnya. Karena Satya melihat seorang wanita gemuk sedang berjalan bersama payungnya.

Ini akan menjadi malam yang menyenangkan.

Satya mengambil alat untuk persiapan. seperti pisau kecil kebanggaan nya. Menyelipkan di kantung agar tidak ketahuan.

Mulai menghampiri wanita itu. Dan berbasa basi tentunya.

"Permisi"

Wanita yang tampak masih muda itu menoleh.

"Anda mau kemana?!"

"Saya, mau ke rumah mas" jawab wanita itu.

"Mari saya antar. Sepertinya hujannya semakin deras. Saya takut jika anda sakit nantinya!" Yap itu adalah rayuan seorang psikopat.

Tentu saja. Wanita itu tidak akan menolak manusia setampan Satya. Apalagi mengajak untuk mengantarkan nya pulang.

"Dengan senang hati mas"

Kemudian mereka masuk ke dalam mobil Satya. Satya mulai melajukan mobilnya. Untuk mengantar si wanita. Mengantar ke neraka maksudnya.

Tanpa sadar Satya mengeluarkan seringaiannya bangga.

"Lho mas, kenapa berhenti di sini?!"

"Kemarin saya kehilangan dompet saya di gang kecil itu! Apa bisa anda membantu saya mencarikannya terlebih dahulu. Setelah itu saya janji akan mengantarkanmu" ke neraka.

"Ouh tentu saja"

Mereka berjalan memasuki gang itu. Rencana berjalan dengan sangat lancar.

Ketika wanita itu berdiri menghadap tembok besar membelakangi Satya. Satya menyeringai.

Menunjukkan senyum devil-nya. Mengeluarkan benda tajam yang sudah di siapkan nya tadi.

"Sudah ketemu?!" Tanya Satya.

Wanita itu berbalik. Menatap seringai Satya yang menakutkan.

"Mengapa wajahmu menakutkan?!"

"Tidak apa! Aku akan menepati janji ku untuk mengantarkanmu pulang ke neraka"

Sontak wanita itu terkejut. Melihat lelaki itu yang memegang benda tajam.

"Apa mau mu?!"

"Nyawamu" jawab Satya enteng.

"Tidak! Biarkan aku pergi" wanita itu tampak ketakutan. Berjalan Munduk hendak menghindari langkah Satya yang mulai mendekatinya.

Tanpa basa basi lagi Satya mengarah kan pisau itu ke pipi sang korban. Korban itu menjerit kesakitan. Darah mulai mengalir seiring turunnya hujan.

"Terus lah nenjerit! Itu akan membuat ku semakin senang! Haha!"

Korbannya itu Linglung. Terjatuh ke tanah. Satya langsung menghampirinya. Duduk di perut buncit milik sangkorban.

Memasukan ujung pisau itu ke hidung sang korban. Merobek mulut korban sampai ke telinga. Mencolek kedua bola mata itu hinggga terlepas. Menghirup wanginya darah yang mengalir. Seirama dengan air hujan yang semakin deras.

Dan satu lagi yang membuatnya senang. Memenggal kepala sang korban.

Amarahnya terobati. Ia membersihkan sisa darah di pisaunya dan meninggalkan korban itu.

Si PsychopathDove le storie prendono vita. Scoprilo ora