Chapter 6

264 13 0
                                    

Mobil yang di kendarai Satya melaju pergi dari rumah salsa. Tanpa pikir panjang salsa langsung memasuki rumahnya. Tidak memikirkan bagaimana nasibnya nanti di hadapan Ratih.

Sudah ia duga. Ratih sudah bersedekap dada ketika tahu salsa masuk rumah. Memasang wajah garang agar salsa takut.

"Dari mana saja kamu?!"

"Maaf mah! Salsa gak ngabarin mamah! Salsa nginep di rumah temen kemarin" salsa beralasan.

Eh tapi bener kok kalau salsa nginep di rumah Satya temannya. Eh memang Satya temannya? Bukannya kekasihnya?

"Alasan! Pasti kamu nginep di rumah om om itu kan?!"

"Astajim mah! Salsa gak pernah kaya gitu! Kenapa sih mamah selalu beranggapan buruk tentang salsa?! Salsa salah apa mah?!" Salsa mulai menanyakan hal yang sudah ia simpan.

"Em ... Kesalahan kamu itu banyak salsa! Kamu terlalu merepotkan di rumah ini! Saya tidak suka!" Ratih to the poin.

"Kalau perlu kamu pergi saja dari rumah ini" lanjutnya.

Enak saja ratih mengusirnya seperti itu. Ini kan rumah papahnya. Ini bahkan sudah menjadi rumahnya juga sejak kecil. Sungguh tidak punya hati.

Salsa hanya menggeleng kan kepala tidak percaya. Orang seperti ini ternyata ada! Bahkan berada di dekatnya.

Ratih kembali menyorot tajam pada salsa. Ketidaksukaan nya begitu ia tonjolkan kepada salsa. Salsa sakit. Sakit banget. Ia bahkan merindukan mamahnya yang sudah mendahuluinya.

Rasanya salsa ingin menyusul dan hidup bahagia bersama mamahnya.

Ratu berjalan ke arah salsa. Terlihat wajah ketakutan salsa yang tidak pernah hilang ketika berhadapan dengan sang ibu tiri.

Tangannya membawa untuk memegang dagu salsa. Mencengkramnya kuat sampai salsa meringis kesakitan.

"Kamu itu-"

"Sayang" potong suara berat yang menghentikan aksi Ratih.

Ratih melepaskan dan menoleh pada laki laki asing yang bahkan salsa tidak mengenalinya.

"Mas pram" jawab Ratih menghampirinya dan bergelayut manja di lengan lelaki itu.

"Kamu pasti bingung ya salsa?! Mas Pram ini adalah calon suami mamah" Ratih berucap blak blakan.

"Ca—calon suami?!" Beo salsa.

"Iya, karena mamah tahu! Sebentar lagi papah kamu itu akan menjadi tua dan pasti akan cepat meninggal"

Sungguh ucapan itu menyakiti hati salsa. Bagaimana kalau papah nya tahu. Astajim salsa tidak bisa membayangkan.

"Saya Pram" lelaki itu menjulurkan lengannya hendak bersalaman dengan salsa. Namun salsa merasa risih.

"Om! Om itu udah merusak keluarga saya! Sebaik nya om pergi dan jangan ganggu keluarga saya termasuk mamah saya" salsa berucap dengan lantang.

"Kurang ajar" Ratih tidak terima. Menampar salsa hingga pipinya memerah.

"Anak tidak tahu diri! Seharusnya kamu bersyukur punya papah yang masih muda! Masih untung saya masih menampung kamu di sini"

Pipi salsa memerah. Sakit. Salsa mengeluarkan air matanya sakit.

"Mah, emang masih kurang harta yang papah berikan buat mamah, iya?!"

"Jelas kurang! Papah kamu itu gak pro lagi!! Udah tua! Dan saya gak suka! Saya cuma suka hartanya"

"Dasar wanita jahat"

Ratih kembali tidak terima. Mengangkat tangannya hendak melayangkan tamparan. Tapi terlebih dahulu lengannya di cekal oleh Pram yang sedari tadi hanya menyaksikan kegaduhan ini.

"Sudah sayang, biarkan! Dia butuh waktu" ucap Pram pram itu. Sedikit mengedipkan matanya genit ke arah salsa

Tentu salsa jijik melihatnya. Kembali menangis da meninggakkan mereka berdua.

***

"Hiks mamah ... Salsa rindu mamah" tangis Salsa. Ia terus menangis mengeluarkan rasa sakitnya.

"Mamah Ratih jahat sama aku mah, hikss .. dia jahat. Huaaa"

"Sayang, biar aku yang bicara dengan salsa, pasti dia akan mengerti" ucap Pram menenangkan Ratih yang masih kesal.

Ratih mengangguk. Dan pram mulai berjalan melewati tangga ke lantai atas menemui salsa.

Tanpa ragu Pram membuka pintu kamar salsa. Terlihat salsa Yangs sedang menangis. Kasihan.

"Astaghfirullah hal adzim" salsa terkaget bukan main. Pram main masuk masuk saja ke dalam kamarnya tanpa mengetuk. Tidak sopan.

"Om, ngapain di sini?!" Tanya salsa bangkit dari duduknya sambil menyeka air matanya.

"Tenangkan diri kamu salsa! Saya tidak akan macam macam, kamu tenang saja"

"Om, om udah berani masuk ke kamar saya tanpa ijin! Itu gak sopan namanya om! Keluar gak? Keluar om" salsa tidak terima. Ia kesal. Dia tidak sopan.

Pram malah menutup pintu kamar salsa. Membuat salsa ikut mundur karena takut.

"Om tolong keluar! Atau saya akan teriak"

"Saya kan sudah bilang, saya gak akan ngapa ngapain kamu"

Terlihat wajah pram yang mungkin tidak akan melukai salsa. Salsa mulai percaya dan diam. Membiarkan pram berucap.

"Salsa! Saya tidak akan menganggu keluarga kamu lagi termasuk mamah kamu"

"Bagus deh om! Saya gak perlu repot lagi buat jauhin om dari keluarga saya"

"Tapi dengan satu syarat salsa"

"Syarat?!" Beo salsa.

"Syaratnya, kamu harus menikah dengan saya"

"Om, gila" salsa kaget bukan main.

Si PsychopathWhere stories live. Discover now