Chapter 16|| Putus

191 9 1
                                    

Hari hari yang membahagiakan. Sejak kehadiran Anton papahnya. Hidupnya kembali bernyawa. Kembali bersinar. Ratih tidak lagi memperlakukannya kasar. Walau sedikit sih.

"Mah, pah. Aku berangkat sekolah dulu yah" pamit salsa. Menyalami tangan kedua orang tuanya. Rasanya ... Ah, mantap.

Ia berjalan keluar rumah. Berjalan sedikit untuk mendapatkan angkot yang akan ia tumpangi menuju sekolah.

Tanpa sadar. Motor yang sejak tadi berderung di sampingnya meneriaki. Memintanya untuk berhenti. Tapi salsa malah terlihat bersantai. Berpikir positif kalau kalau bukan dia yang orang itu panggil.

"Di panggil, kok gak nyaut" ucap lelaki itu. Masih berusaha mengejar langkah salsa yang semakin cepat.

Merasa dugaannya salah. Kalau orang di sampingnya ternyata benar memanggilnya.

Salsa menghentikan langkahnya. Menatap lelaki yang tidak salsa kenali heran. Siapa?

"Emm, Lo siapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya"

"Ah itu, gue gema. Cowok yang waktu itu chat Lo. Inget gak?" Jawabnya mengingat ngingat awal awal perkenalan mereka walau hanya lewat WA.

"Oh, iya iya gue inget. Kenapa ya? Kok Lo bisa ada di sini?" 

Gema. Salsa ingat. Ia bahkan pernah berpikir kalau kalau mereka akan bertemu. Melihat gerak gerik kocak yang di lakukan gema. Ah, lucu sekali anak ini.

"Rumah gue emang Deket kompleks ini. Kebetulan gue liat Lo"

"Wah, kebetulan banget yah"

"Yaudah cepet naik. Kita berangkat bareng"

Ajak gema. Memanipulasi sang korban adalah kecerdasan alaminya.

"Eh gak usah, gue naik angkot aja" salsa menolak halus. Bagaimanapun juga ia sudah ada niatan untuk menaiki angkutan umum.

Eh, bisa saja sih salsa menaiki motor gema dan berangkat bersama. Hanya saja gengsi nya terlalu besar. Coba kita tunggu, apakah gema akan memaksanya.

"Gue tahu, kita baru kenal. Gue juga gak ada niatan jahat kok. Udah cepetan naik aja. Apa perlu gue paksa Lo buat naik?"

Tuh kan, dia maksa. Jadikan impas. Tidak seperti cewek lain yang mau mau aja. Walaupun sedikit mempermainkan dengan cara ogah ogahan dulu. Hihi.

"Yaudah deh. Karena Lo maksa"

Akhirnya motor Gema melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah. Menikmati perjalanan berdua dengan canda tawa.

Nyaman. Itu yang di rasakan salsa saat ini. Berbanding terbalik jika salsa berada di samping Satya.

Ah, rasanya ingin lebih lama lagi merasakan saat saat ini.

Sialnya, motor sudah sampai di parkiran. Dengan terpaksa salsa turun memberikan helm dan hendak lebih dulu berpamitan ke kelas. Namun lengannya dengan cepat di pegang kembali oleh gema. "Gue anter Lo sampe kelas" Katanya.

Salsa bisa apa?

"Makasih yah, udah anter gue sampe kelas" ucap salsa. Setelah gema mengucapkan "sama-sama" ia kembali mengayunkan langkah nya menuju kelas tujuannya.

Bibirnya melengkung sempurna. Hendak balik kanan dan memasuki kelasnya. Lagi lagi tangannya di cekal kuat. Tidak seperti tadi. Ini lebih terasa sakit.

Satya menarik. Membawanya ke lorong yang cukup sepi. Membanting tubuh mungilnya ke tembok yang begitu dingin.

"Bagus ya? Lo selingkuh di belakang gue, dasar pelac---"

"Stop. Stop sat, kamu perlakuin aku kaya gini. Aku cape. Aku mau kita putus" putus salsa. Meneteskan air matanya kesal. Meninggalkan Satya yang masih menahan emosinya. Membiarkan salsa pergi.

"Argh. Sial"

Si PsychopathWhere stories live. Discover now