Chapter 17|| Memberikan Ruang

217 12 2
                                    

Keesokan harinya. Salsa benar benar tidak di ganggu oleh kehadiran Satya. Sudah beribu kali ia menghembuskan nafas lega.

Semoga saja. Kehidupannya kembali normal tanpa pengganggu. Tanpa si Psychopath. Tanpa seseorang yang selalu mengekangnya. Selalu menyudutkannya. Selalu membuatnya merasa bersalah walau sebenarnya itu bukan salahnya.

Oke. Hari ini mari berbahagia. Melupakan kejadian sebelumnya yang ... Ah, mengerikan. Kejadian yang tidak ingin ia ingat ingat kembali.

"Gue nyontek PR Lo mana?" Suara Linda masuk kedalam gendang telinganya. Menghancurkan segala pemikiran buruk yang ia lakukan tadi.

"Eh, iya nih" tersadar. Mengambil buku biologi. Menyerahkan kepada si pencontek tingkat nasional. Linda.

Setelah sekitar hampir setengah jam belajar. Istirahat pun telah tiba. Jam yang di nanti nanti kan.

Mari ke Kantin.

Pesanan salsa seperti biasa. Nasi goreng dan es teh hangat manis. Sesimpel itu untuk manusia spesies salsa.

Tangannya siap menyendok kan satu suapan. Sebelum manik mata cokelatnya melihat sosok yang baru saja .... Kemarin ia lupakan. Sosok yang pernah membuatnya tertekan dengan keadaan yang sebenarnya tidak ingin ia hadirkan. Seseorang yang hampir pagi tadi ia ingat ingat dan berusaha untuk melupakan.

Ayolah. Jangan sampai dia mengacaukan semuanya. Mengacaukan usahanya untuk bisa melupakan.

Mata itu mengakhiri tatapan keduanya. Sedikit lega dengan sifat Satya yang bisa di bilang cuek. Syukurlah. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk keduanya.

Mencoba untuk acuh dan kembali melahap suapannya.

***

Memberikan sedikit ruang pada gadis nakal. Itu tujuan dan ide yang bagus. Biarkan dia bersenang senang sebelum ia mendapatkan hukuman yang pantas.

Baiklah. Mari kita lihat betapa bahagianya dia tanpa dirinya. Seseorang yang sudah mengikatnya dalam hubungan. Seseorang yang akan mencekamnya sampai tidak bisa lepas.

"Lo putus sama Salsa ya?" Nano. Bertanya sambil menyomot gorengan yang mereka pesan tadi.

"Kenapa, kok bisa Weh?" Reza tak kalah kepo.

Sedari tadi Satya memperhatikan Salsa. Gerak geriknya Memnag terlihat baik baik saja. Tapi lihat saja, setelah ini, Satya tidak akan membiarkan gadis nakal itu hidup tenang.

"Gak usah kepo kalian berdua, udah makan aja. Gue tlaktir" putus Satya. Bercerita kepada dua sahabat nya ini bukanlah ide yang bagus.

"Wuih, asik atuh"

"Wokeh! Thanks sat"

"Bay the wey, Lo pacaran sama salsa udah lama banget kan ya? Kok bisa putus", Nano.

"Salsa cantik sih! Cocok kalau buat gu-"

"Gue sama salsa gak putus! gue cuma mau ngasih kebebasan aja buat dia sebelum gue berbuat keras lagi!"

"Sat, saran gue! Jangan keras keras lah sama cewek! Apalagi gue liat liat, salsa itu cewek yang gampang banget rapuh! Kesian kalau Lo siksa"

"Terserah gue lah! Dia cewek gue!"

***

Salsa menopang dagunya dengan malas. Pelajaran yang di sampaikan oleh guru di depan sama sekali tidak masuk dalam kepalanya.

Apa ia memikirkan Satya? Bagaimana bisa ia memikirkan Satya, yang bahkan ia sudah berhasil merusak masa remajanya. Enggak mungkin kalau Salsa sampai Jatuh cinta pada Satya. Bumi menangis melihat ini.

"Lesu, banget Lo. Kenapa?" Linda menaruh bukunya ke dalam tas. Melihat ke arah salsa di sampingnya yang terlihat tidak bersemangat.

"Enggak papa"

"Cewek, kalau ditanya jawabnya enggak papa. Itu artinya ada apa apa! Udah lah, masih gengsi aja Lo mau cerita sama gue. Liat! Linda sahabat Lo ini akan selalu mendengarkan segala keluh kesah Lo"

"Ck, bisa aja Lo"

"Jiaaah, gue serius juga"

"Gue, gak papa" Salsa masih menyakinkan pada sahabatnya ini bahwa dia tidak apa apa. Salsa cuma tidak mau. Semua orang tahu cerita kehidupannya. Ia... Sedikit tidak suka bercerita. Apalagi tentang kehidupannya.

Si PsychopathWhere stories live. Discover now