Bagian 28

33 8 0
                                    

"Dalam waktu yang selalu berubah - ubah, lakukan lah satu hal yang bisa dilakukan. Menunggu—"

HAPPY READING!

°°°°°°°°°


Ia mulai berjalan menuju perpustakaan, koridor sekolah begitu sepi ia sedikit takut untuk melangkah lebih jauh lagi. Suara langkahan kakinya bergema memenuhi lorong sekolah, "gue bener - bener sendirian,"gumamnya was - was.

Salma mengedarkan pandangan ke sekeliling sudut, tinggal melewati beberapa ruangan lagi ia akan sampai di perpustakaan. "It's ok, gue bakal ikhlasin semuanya,"ujar gadis itu sebelum ia benar - benar masuk kedalam perpustakaan.

Begitu masuk, pintu langsung tertutup rapat. Gadis itu berusaha menelan salivanya beberapa kali. Dalam benaknya terdapat banyak pikiran yang aneh - aneh. Kakinya melangkah mengelilingi rak - rak buku yang ada disana, keadaannya tidak begitu gelap, masih bisa ia melihat judul - judul buku yang terpajang diatas rak.

"Gue ngapain kesini? Seharusnya dia dateng lebih dulu daripada gue,"desisnya karena orang yang menyuruhnya kemari tak menampakkan diri. Ia beralih mengambil ponselnya, mencari email yang pernah orang itu kirimkan. Dan ia mengirimi balasan pesan waktu itu.

Tepat setelah gadis itu mengirimi pesan, suara langkah menggunskan sepatu hak terdengar tepat dibelakang gadis itu. Salma otomatis membalikkan badannya hingga ia berada dihadapan seseorang dengsn jaket hitam, celana jeans, topi, dan sepatu hak. Salma menautkan kedua alisnya, heran.

Kenapa orang ini ingin menemuinya, apa yang ia inginkan?

Salma membranikan dirinya berbicara pada orang itu lebih dahulu, "s-siapa?"ucap gadis itu, tubuhnya sudah menegang kala orang itu maju selangkah kehadapannya.

"Lo nggak perlu tau siapa gue, lo perlu tau apa permainan gue selanjutnya,"kembali mendekati Salma yang berjarak tinggal beberapa senti darinya. "Waktu kita tinggal beberapa hari, jadi bersiap buat permainan tetakhir lo."ujarnya penuh penekanan diakhir kalimat gadis itu.

Disisi lain, siapa sangka Manda lebih pintar dari sosok gadis yang ditemui Salma di perpustakaan, ia kini berada di ruangan IT, setelah meminta izin pada anggota IT. "Gue juga bakalan ikut permainan lo,"sargas Manda mendengar samar percakapan Salma dengan sosok itu.

Gadis itu telah keluar dari perpustakaan dan akan segera menuju pulang, sesekali juga ia bergumam tentang orang aneh itu.

Ia kemudian langsung keluar dari ruangan IT dan segera berlari keluar sekolah. Manda bersembunyi di belakang pos satpam, menungu Salma hingga ia keluar dari sekolah. Hingga beberapa menit kemudian, gadis itu datang dan berjalan dengan ssntai seolah tidak terjadi apa - apa dengan dirinya. Manda sempat mengernyitkan keningnya sebentar,  lalu ia tersenyum tipis melihat begitu kuat temannya. Salma telah menaiki taksi menuju pulang, sementara Manda ia menunggu mama nya menjemput.

Tepat setelah gadis itu melangkah menuju trotoar, seseorang datang dari belakang tanpa ia sadari. Langkahnya yak terdengar, tangannya yang sudah bersiap dengan kain berwarna hitam, dan–

Srak.

Tangan gadis itu segera membekap mulut Manda dan mengeluarkan pisau cutter  dari balik jaket hitamnya.

"Orang kayak lo perlu enyah dari dunia ini," seringainya tepat di samping telinga Manda.

Gadis itu kemudian membawa Manda kembali masuk ke area sekolah, meninggalkan ponselnya yang tergeletak di atas trotoar. Ia mencoba menyeretnya kedalam, ke sebuah ruangan lama yang tak pernah terpakai—gudang. Masih dengan membekap mulutnya, ia menarik paksa gadis itu masuk, Manda yang terus memberontak tak diperdulikan olehnya.

"Tenang aja, lo nggak bakal gue bunuh. Asalkan..., Lo tutup mulut." membuat Manda meneteskan air matanya, tanpa suara.

Gadis itu mengikat kain di bagian belakang kepala sehingga mengumpal mulut Manda,  kain yang terikat itu masuk kedalam mulutnya—membuatnya sulit berbicara. "L-lo, penipu!" ucap gadis itu Samar, rupanya ia kenal dengan orang yang berdiri di depannya saat ini. "Ohooo, ternyata lo peka sama orang. Gue harap lo juga cepat sadar sama keadaan lo!" gadis itu kembali berjongkok didepan Manda, "lo nggak bisa lari dari sini," menyunggingkan senyum smriknya dihadapan Mandan.

Ia sudah tidak tahan lagi dengan gadis ini, tidak ada yang bisa ia perbuat selain menunggu. Gadis itu telah pergi, meninggalkan Manda sendirian di dalam sana, dengan keadaan pintu terkunci.

***

Salma melangkahkan kakinya menuju ruangan kelas. Hari ini sekolah mengadakan kerja bakti di sekitar lingkungan serta ruangan sekolah. Tanpa membawa alat apapun dari rumah, mereka dihimbau agar kerja sama untuk membersihkan sekolah dikarenakan akan dilaksanakan ulangan kenaikan kelas.

"Dik, bawa sampahnya ke TPA, biarin dibakar sama pak Ija." ujar seorang gadis—anggota OSIS yang bertugas mengatur jalannya kerja bakti agar berlangsung lancar.

"Iya kak," segera mengangkat bak sampah.

Salma yang saat itu baru saja keluar dari kelas segera dihampiri  Lia. "Salll?!!" serunya di ambang pintu.

"Eh? Jan triak - triak, kayak orang kesurupan aja." random gadis itu berbicara.

"Gawat , gawat. Lo pokoknya harus bantuin," masih dengan suara ketar - ketir gadis itu mencoba menjelaskan sesuatu. Salma menaikkan sebelah alisnya, "apa?" ringannya.

"MANDA HILANG!!!" gusar Kila, dan menarik nafas panjang hendak melanjutkan pembicaraan, "dia nggak pulang dari kemarin, mamanya nelfon ke gue dan pas gue mau ngehubungin lo nggak aktif. Lo kemana Sal?" ekspresinya begitu khawatir.

"Kemarin? Hp gue ketinggalan di perpustakaan!" sial Salma melupakan ponselnya karena buru - buru pergi dari sekolah kemarin.  "Perpustakaan?" mengulang kata yang janggal bagi Lia. Lia memberhentikan Salma yang hendak oergi keluar, "sekarang lo jelasin sama gue, apa yang lo sembunyiin sama Manda?" nadanya bergetar. "Gue nggak pernah nyembunyiin apapun dari lo Lia," melepaskan tangan Lia yang menahan tangannya. " Lo bohong!" mempererat cengkramannya.

"Oke. Gue akhir - akhir ini srring di teror, entah itu orang atau enggak gue enggak tau. Dan sekarang, gue rasa Manda hilang karena gue." tanpa disadari air mata gadis itu telah membasahi pipinya.

Lia tercekat. "Maksud lo apa Sal?" mengontrol nada bicaranya, dan berusaha tidak salah paham.

"Ayo ikut gue, kita cari Manda sekarang!" menarik tangan Lia untuk segera mengikutinya. Pertama Salma mengajak gadis itu ke perpustakaan mencari ponselnya, juga melihat spakah Manda ada disana dan kedua ke kamar Mandi yang sudah lama tak terpakai—diantara keduanya mereka sama sekali tak menemukan Manda. Lia segera berlari menuju gudang dan disusul Salma.

***

Tangannya memegang ponsel kuat - kuat. Ruangan yang ber–AC membuat tangannya berkeringat, ponselnya nyaris terjatuh. "Maafin mama ya, kita nggak bisa balik cepet." ujar Sang wanita patuh baya padanya.

"Iya gak pa - pa ma," balas pria itu menunduk.

"Ulangan kamu tinggal beberapa hari lagi, mama sempet bicara sama kepala sekolah dan wali kamu. Kamu ikut saja ulangan secara virtual," tegas wanita itu, mengambil tempat duduk disebelahnya.

"Iya ma," jawab Nathan.

"Yaudah, kamu siap - siap gih. Kita betangkat ke rumah Oma sepuluh menit lagi." ujarnya dan meninggalkan anak demata wayangnya sendiri.

Nathan membuang nafas panjang, rasanya setiap ia bernafas dangat sedak hingga sampai menganggunya. "Gue... gue..., Pengecut."lirihnya frustasi. Semenjak ia berangkat ke Kanada—ke rumah Oma nya, pria itu tidak memberitahu Salma ataupun temannya sama sekali. Waktunya juga tifak sebentar berada di luar negeri, yang dilakukan hanya menunggu.

***

Ps; Hapsun all, lagi apa nih? Aku dah update, jangan lupa vote dan komennya yaa.
TBC...

Love Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang