Bagian 15

59 39 19
                                    


"Semoga lo cepet sembuh. Gue harap lo bisa bersikat selalu hangat ke gue"

HAPPY READING!
°

°°°°°°°°

Disinilah Salma, disebuah gedung yang menjulang tinggi. Apartement. Salma ingat bahwa Nathan pernah mengajaknya kesini, ia juga pernah bilang bahwa ia tinggal disini. Apa mungkin ia berada disini sekarang?

Dengan perlahan Salma menuju pintu masuk. Berbekal bubur buatan mamanya, sebelum berangkat Salma sempat meminta ijin kepada mamanya kalau ia akan pergi kerja kelompok. Ya namanya juga seorang 'ibu' pasti overprotektif, tidak berhenti dipertanyaan itu saja Zarah juga bertanya siapa teman yang akan Salma ajak bekerja kelompok dan kenapa tidak suruh saja dia datang kerumah.

Salma dengan sabar menjelaskan, bahwa ia akan bertemu Nathan dan ia tidak mungkin menyuruh Nathan untuk datang kerumah Salma dalam keadaan sakit. Dari situlah Zarah berinisiatif membuatkan Nathan bubur. Salma harus menunggu beberapa menit agar bubur yang mama buat jadi dan sampai ke Nathan. Mama juga menyarankan agar kerja kelompoknya dibatalkan dan sebaiknya Salma datang menjenguk Nathan saja.

Salma hanya setuju saja dengan ucapan mamanya. Dan ia pergi pamit untuk ke aprt Nathan, tapi sebelumnya ia sempat berhenti di super market untuk membeli coklat batang dan susu coklat untuk dirinya juga satu porsi buah potong untuk Nathan.

Salma mengehla nafas saat mulai menaiki lift.

Ting!

Salma sampai dilantai tiga, tempat dimana letak kamar Nathan. Ia berjalan melewati beberapa kamar dan tibalah ia dikamar Nathan. 'Haruskah ia masuk? Atau.. pulang saja?"bingungnya.

"Oke Salma, lo bisa. Masuk aja"semangatnya kepada diri sendiri.

Tok, tok, tok.

"Masuk aja, nggak dikunci"jawabnya dari dalam kamar aprt.

Ceklek.

"Lo?"ucap Nathan spontan saat melihat kehadiran Salma.

"Hai. Maaf gue ganggu ya?"ucap Salma sedikit canggung.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Nathan masih memandang Salma.

"Emm, kalau ganggu gue bisa pulang aja kok"pasrahnya.

"Duduk dulu"ucap Nathan kemudian.

Nathan masih setia berbaring dikasurnya dengan wajar yang sedikit pucat.

Saat Salma duduk ia mulai bertanya kepada Nathan,
"Nat, lo beneran sakit ya?"tanya Salma.

"Menurut lo?"balas Nathan dengan nada yang dingin.

"Ini ada titipan dari mama, disuruh abisin. Nanti kotak makannya balikin lagi, sama ini buah. Jangan lupa dimakan, gue kesini cuma mau nyampein kalo lo udah sembuh, kita ada kerja kelompok"jelasnya yang membuat Salma datang kemari.

"Oke"

"Yaudah. Tugas gue udah selesai, gue cuma mau nyampein itu dan nganterin ini makanan. Gue pulang"ucapnya yang hendak melangkah kearah pintu.

"Bentar"ucapnya membuat Salma berhenti.

"Kenapa?"

"Temenin gue makan sampe selesai"pinta Nathan kepada Salma.

"Oke"balas Salma yang kini berjalan mendekati kursi yang ada disamping tempat tidur Nathan.

Nathan pun merubah posisinya menjadi duduk. Tiba - tiba, Salma menempelkan tangannya di dahi Nathan,"Astaga nat. Dahi lo panas banget, kenapa nggak bilang kalo demam. Udah minum obat lo?"khawatir Salma.

"Udah"

"Dari kapan udah minum obat?"tanya Salma yang tengah mencari keberadaan obat Nathan.

"Bacot amat lo"balas Nathan.

"Tinggal jawab aja, susah banget!"kesal Salma.

" Kemarin"ucap Nathan.

"Mana obatnya?"tanya Salma akhirnya, karena tak kunjung menemukan dari tadi.

"Ini. Di laci depan kursi yang lo dudukin"ujarnya santai.

"Astagaa, kenapa baru bilang sih"gerutunya.

"Lo nggak nanya"

Salma membuka laci yang disuruh Nathan dan mengambil satu bungkus obat. Dengan teliti ia membaca tiap judul obat, benar. Itu obat paracetamol. Tapi, kenapa panasnya tidak turun? Padahalkan dari kemarin Nathan sudah meminumnya.

"Lo minum obat, berapa kali sehari?"tanya Salma karena bingung.

"Satu kali sehari"ucapnya yang tengah memakan bubur dari mama Salma.

"Astagaaa. Lo itu bisa baca nggak? Disini tuh ditulis tiga kali sehari, kenapa minum satu kali sehari?"pusing Salma.

"Sama aja kali. Gue ambil tiga sendok, gue minum sekali sehari"bego Nathan.

"Gue kira lo pinter masalah obat. Kelebihan dosis tahu rasa lo"gerutu Salma yang tak menyangka Nathan akan se-bego itu.

"Cepet makannya, gue mau pulang"ujar Salma yang tengah membuka coklat batang yang tadi ia beli.

"Sini bentar"ucap Nathan, spontan Salma mengerutkan kening.

"Gue udah disini nat"

"Deketin"ujarnya, menyuruh Salma mendekat ke samping Nathan.

"Sabar"ucapnya yang sedang menarik kursi untuk lebih dekat disamping Nathan.

Nathan mengambil tisu yang ada di meja lampu tidurnya dan mengarahkan tisu itu ke sudut bibir Salma.

Salma membeku karena gerakan tangan Nathan yang menyentuh sudut bibirnya. Nathan berniat membersihkan cokelat yang ada dibibir Salma, hanya itu. Setelah selesai mengelapnya, Nathan menaruh di tisu itu ditangan salma.

Salma tesadar karena tiba - tiba Nathan menaruh tisu itu ditangannya. Dengan canggung Salma berdiri dan membuang tisu tadi.

Nathan telah menyudahi kegiatan makannya. Ia beralih mengambil buah yang Salma bawakan, sebelum memakannya ia sempat melirik Salma yang tengah berdiri disamping tempat sampah.

"Ngapain?"ujarnya membuat Salma sadar.

"Ee, enggak kok. Cuma buang sampah aja"

"Minta?"ujar Nathan yang mengangkat buah ditangannya.

"Enggak. Lo makan aja, itu buat lo. Kalo gue pengen gue bisa beli nanti"ucapnya yang kembali duduk dan membuka susu coklat miliknya.

Nathan yang melihat Salma memakan makanan seperti anak kecil menjadi terkekeh pelan. Ia mengangkat sudut bibirnya. Dan bergumam,

"Bocah"sambil melirik kearah Salma.

"Gue bisa denger loh nat"kesal Salma karena dibilang 'bocah'.

***

FREE SPEAK

Part pendek.

TERIMA KASIH TELAH
MEMBACA!
________________________

Love Story ✓Where stories live. Discover now